Ini Kata yang Sudah Nonton Spider-Man: Across the Spider-Verse
loading...

Sejumlah orang yang sudah menonton Spider-Man: Across the Spider-Verse memuji gaya seninya yang lebih beragam ketimbang film sebelumnya, Into the Spider-Verse. (Foto: Digital Trends)
A
A
A
Spider-Man: Across the Spider-Verse mulai tayang di Indonesia hari ini, Rabu (31/5). Antisipasi terhadap sekuel ini sangat tinggi di kalangan penggemarnya. Apalagi, film pertamanya, Into the Spider-Verse, sukses secara kritis dan komersial.
Spider-Man: Across the Spider-Verse berlatar satu tahun setelah Into the Spider-Verse. Film ini masih berfokus pada Miles Morales (Shameik Moore). Dia bertemu lagi dengan Gwen Stacy (Hailee Steinfeld) yang diberi misi menghadapi penjahat super Spot yang bisa pergi melintasi multiverse. Miles kemudian diperkenalkan dengan Spider-Society, organisasi wadah Spider-People yang dipimpin Michael O’Hara/Spider-Man 2099 (Oscar Isaac).
Sebagian besar kritikus yang sudah menonton film ini memberikan pujiannya atas seni yang ditampilkan trio sutradara Joaquim Dos Santos, Kemp Powers dan Justin K. Thompson. Film ini juga disebut lebih gelap dari film yang pertama. Yang jelas, Spider-Man: Across the Spider-Verse adalah film pertama dan masih bersambung lagi.
Into the Spider-Verse yang dibesut duo sutradara Phil Lord dan Chris Miller menggunakan gaya animasi berbeda untuk mewakili Spider-People dari dimensi alternatif. Across the Spider-Verse mendorong gaya visual itu lagi. Kali ini, Miles mengunjungi lini masa berbeda. Tidak heran kalau kemudian kritikus memuji sekuel ini untuk gaya animasinya.
![Ini Kata yang Sudah Nonton Spider-Man: Across the Spider-Verse]()
Foto: CNN
Michael Lee memuji film ini atas animasi yang membuka mata. Dia juga memuji cerita yang menjadi jantung film ini. Michael menyebut film ini fenomenal.
“#SpiderMan #AcrossTheSpiderVerse menentang ekspektasi tingginya untuk memutar babak selanjutnya yang mengagumkan secara visual yang bergelayutan dan tinggi. Ada cerita coming-of-age yang nyaman yang pas dengan animasi pembuka mata, musik, kegelapan, dan meta-humor. Benar-benar fenomenal,” tulis Michael.
Sean O’Connell dari CinemaBlend menyebut film itu hidup satu langkah di atas Masterpiece dan merupakan karya seni sejati. Dia juga memuji lelucon dan anggukan terhadap dongeng Spidey.
![Ini Kata yang Sudah Nonton Spider-Man: Across the Spider-Verse]()
Foto: Ars Technica
“OK. #SpiderManAcrossTheSpiderVerse hidup satu langkah di atas Masterpiece. Ini adalah benar-benar karya seni. Setiap frame layak digantung di museum. Lelucon dan anggukannya terhadap dongeng Spidey-nya sempurna. Ini LUAR BIASA. Film #SpiderMan terbaik. Mungkin menjadi film favorit saya selamanya. Memujinya,” kata dia.
Brian Davids dari The Hollywood Reporter menyebut Across the Spider-Verse lebih gelap. Tapi, baginya, itu penting. Dia juga memuji penampilan Hailee sebagai Gwen Stacy.
Spider-Man: Across the Spider-Verse berlatar satu tahun setelah Into the Spider-Verse. Film ini masih berfokus pada Miles Morales (Shameik Moore). Dia bertemu lagi dengan Gwen Stacy (Hailee Steinfeld) yang diberi misi menghadapi penjahat super Spot yang bisa pergi melintasi multiverse. Miles kemudian diperkenalkan dengan Spider-Society, organisasi wadah Spider-People yang dipimpin Michael O’Hara/Spider-Man 2099 (Oscar Isaac).
Sebagian besar kritikus yang sudah menonton film ini memberikan pujiannya atas seni yang ditampilkan trio sutradara Joaquim Dos Santos, Kemp Powers dan Justin K. Thompson. Film ini juga disebut lebih gelap dari film yang pertama. Yang jelas, Spider-Man: Across the Spider-Verse adalah film pertama dan masih bersambung lagi.
Into the Spider-Verse yang dibesut duo sutradara Phil Lord dan Chris Miller menggunakan gaya animasi berbeda untuk mewakili Spider-People dari dimensi alternatif. Across the Spider-Verse mendorong gaya visual itu lagi. Kali ini, Miles mengunjungi lini masa berbeda. Tidak heran kalau kemudian kritikus memuji sekuel ini untuk gaya animasinya.

Foto: CNN
Michael Lee memuji film ini atas animasi yang membuka mata. Dia juga memuji cerita yang menjadi jantung film ini. Michael menyebut film ini fenomenal.
“#SpiderMan #AcrossTheSpiderVerse menentang ekspektasi tingginya untuk memutar babak selanjutnya yang mengagumkan secara visual yang bergelayutan dan tinggi. Ada cerita coming-of-age yang nyaman yang pas dengan animasi pembuka mata, musik, kegelapan, dan meta-humor. Benar-benar fenomenal,” tulis Michael.
Sean O’Connell dari CinemaBlend menyebut film itu hidup satu langkah di atas Masterpiece dan merupakan karya seni sejati. Dia juga memuji lelucon dan anggukan terhadap dongeng Spidey.

Foto: Ars Technica
“OK. #SpiderManAcrossTheSpiderVerse hidup satu langkah di atas Masterpiece. Ini adalah benar-benar karya seni. Setiap frame layak digantung di museum. Lelucon dan anggukannya terhadap dongeng Spidey-nya sempurna. Ini LUAR BIASA. Film #SpiderMan terbaik. Mungkin menjadi film favorit saya selamanya. Memujinya,” kata dia.
Brian Davids dari The Hollywood Reporter menyebut Across the Spider-Verse lebih gelap. Tapi, baginya, itu penting. Dia juga memuji penampilan Hailee sebagai Gwen Stacy.
Lihat Juga :