Hapus Intoleransi dan Diskriminasi, Anak Muda Harus Jadi Pendorong Perubahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni adalah momen untuk merefleksikan betapa nilai-nilai toleransi yang telah tertanam di dalam kelima sila Pancasila adalah titik temu dan pemersatu kemajemukan di Tanah Air. Namun, tak dapat dipungkiri Indonesia masih dihadapkan dengan banyak kasus intoleransi dan diskriminasi.
Halili Hasan, Direktur Eksekutif SETARA Institute menyampaikan, sejumlah data terkait masalah tersebut. Antara lain dari Global Gender Gap Report 2022 oleh World Economic Forum (WEF) yang menempatkan Indonesia di peringkat 7 dari 11 negara ASEAN dalam hal indeks kesenjangan gender.
Selain itu, menurut data Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2022 terdapat 4.371 kasus telah diadukan, di mana 79% di antaranya adalah kekerasan berbasis gender. Lalu, menurut Laporan Kemitraan Australia-Indonesia (AIPJ), Indonesia mengalami persoalan serius berkaitan dengan kuatnya stigma seputar penyandang disabilitas, pendekatan berbasis karitas dan medis terhadap mereka, serta tidak adanya data yang akurat serta komprehensif tentang penyandang disabilitas di Indonesia.
Sementara itu, dalam catatan SETARA Institute, sepanjang 2022 terdapat 175 peristiwa dengan 333 tindakan pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) di Indonesia. Angka ini meningkat dibandingkan temuan tahun lalu.
"Menyikapi kondisi ini, setiap dari kita punya peran dan tanggung jawab untuk berkontribusi merawat toleransi, mulai dari pemerintah, individu, hingga institusi atau organisasi," kata Halili Hasan dalam diskusi bertema Merawat Toleransi: Bicara Equity, Diversity & Inclusion di Hari Lahir Pancasila yang digelar SETARA Institute bersama Unilever Indonesia belum lama ini.
Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia Kristy Nelwan menerangkan, pihaknya terus menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menghormati keragaman di masyarakat Indonesia.
"Kami ingin turut berkontribusi pada berbagai upaya kolektif untuk mewujudkan budaya yang merangkul individu atau kelompok dengan latar belakang, kemampuan, serta perspektif yang berbeda atau kurang terwakili, agar kita dapat menegakkan Equity, Diversity & Inclusion (keadilan, keberagaman, dan inklusi) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya merawat toleransi," bebernya.
Ada tiga fokus komitmen ED&I Unilever Indonesia dalam masalah ini. Pertama, keadilan gender. Beberapa tahun belakangan Unilever Indonesia bukan lagi bicara mengenai kesetaraan atau equality, melainkan keadilan atau equity, memberikan kesempatan yang sama, perlakuan adil, serta support yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan unik dari setiap perempuan dalam menunjukkan potensi dan kiprahnya.
Kedua, keadilan untuk penyandang disabilitas. Yakni dengan menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas, dan membuka peluang yang adil bagi penyandang disabilitas untuk membuktikan kemampuan mereka tanpa keraguan.
Lalu terakhir, penghapusan diskriminasi dan stigma dengan cara mempromosikan rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua orang dengan melawan diskriminasi dan stigma.
Kristy juga memaparkan sejumlah fakta yang mencerminkan harapan bagi masa depan Indonesia yang lebih inklusif. Antara lain Indonesia Millennial Report 2022 yang menunjukkan bahwa 61% milenial mendukung kesetaraan gender, dan 62% percaya bahwa perempuan memiliki kemampuan setara untuk menjadi pemimpin.
Di situs indorelawan.org, tercatat setidaknya lebih dari 160 gerakan/program yang dimotori generasi muda untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas.
Riset International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan Lembaga Demografi FEB UI di 2022 menyebutkan, 74% Gen-Z mendukung adanya tempat ibadah agama minoritas di sekolah-sekolah.
Demi memperkuat geliat positif tersebut, Unilever Indonesia menggelar program Every U Does Good Heroes sejak 2021 untuk memberikan mentorship, micro grant, disertai pembinaan lanjutan pada sederet sosok generasi muda agar mampu jadi sociopreneurs masa depan yang mampu menginspirasi untuk merawat toleransi.
Halili Hasan, Direktur Eksekutif SETARA Institute menyampaikan, sejumlah data terkait masalah tersebut. Antara lain dari Global Gender Gap Report 2022 oleh World Economic Forum (WEF) yang menempatkan Indonesia di peringkat 7 dari 11 negara ASEAN dalam hal indeks kesenjangan gender.
Selain itu, menurut data Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2022 terdapat 4.371 kasus telah diadukan, di mana 79% di antaranya adalah kekerasan berbasis gender. Lalu, menurut Laporan Kemitraan Australia-Indonesia (AIPJ), Indonesia mengalami persoalan serius berkaitan dengan kuatnya stigma seputar penyandang disabilitas, pendekatan berbasis karitas dan medis terhadap mereka, serta tidak adanya data yang akurat serta komprehensif tentang penyandang disabilitas di Indonesia.
Sementara itu, dalam catatan SETARA Institute, sepanjang 2022 terdapat 175 peristiwa dengan 333 tindakan pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) di Indonesia. Angka ini meningkat dibandingkan temuan tahun lalu.
"Menyikapi kondisi ini, setiap dari kita punya peran dan tanggung jawab untuk berkontribusi merawat toleransi, mulai dari pemerintah, individu, hingga institusi atau organisasi," kata Halili Hasan dalam diskusi bertema Merawat Toleransi: Bicara Equity, Diversity & Inclusion di Hari Lahir Pancasila yang digelar SETARA Institute bersama Unilever Indonesia belum lama ini.
Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia Kristy Nelwan menerangkan, pihaknya terus menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menghormati keragaman di masyarakat Indonesia.
"Kami ingin turut berkontribusi pada berbagai upaya kolektif untuk mewujudkan budaya yang merangkul individu atau kelompok dengan latar belakang, kemampuan, serta perspektif yang berbeda atau kurang terwakili, agar kita dapat menegakkan Equity, Diversity & Inclusion (keadilan, keberagaman, dan inklusi) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya merawat toleransi," bebernya.
Ada tiga fokus komitmen ED&I Unilever Indonesia dalam masalah ini. Pertama, keadilan gender. Beberapa tahun belakangan Unilever Indonesia bukan lagi bicara mengenai kesetaraan atau equality, melainkan keadilan atau equity, memberikan kesempatan yang sama, perlakuan adil, serta support yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan unik dari setiap perempuan dalam menunjukkan potensi dan kiprahnya.
Kedua, keadilan untuk penyandang disabilitas. Yakni dengan menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas, dan membuka peluang yang adil bagi penyandang disabilitas untuk membuktikan kemampuan mereka tanpa keraguan.
Lalu terakhir, penghapusan diskriminasi dan stigma dengan cara mempromosikan rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua orang dengan melawan diskriminasi dan stigma.
Kristy juga memaparkan sejumlah fakta yang mencerminkan harapan bagi masa depan Indonesia yang lebih inklusif. Antara lain Indonesia Millennial Report 2022 yang menunjukkan bahwa 61% milenial mendukung kesetaraan gender, dan 62% percaya bahwa perempuan memiliki kemampuan setara untuk menjadi pemimpin.
Di situs indorelawan.org, tercatat setidaknya lebih dari 160 gerakan/program yang dimotori generasi muda untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas.
Riset International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan Lembaga Demografi FEB UI di 2022 menyebutkan, 74% Gen-Z mendukung adanya tempat ibadah agama minoritas di sekolah-sekolah.
Demi memperkuat geliat positif tersebut, Unilever Indonesia menggelar program Every U Does Good Heroes sejak 2021 untuk memberikan mentorship, micro grant, disertai pembinaan lanjutan pada sederet sosok generasi muda agar mampu jadi sociopreneurs masa depan yang mampu menginspirasi untuk merawat toleransi.
(tsa)