CERMIN: Makna Keluarga Bagi Orang Minang dalam Onde Mande
loading...

Film Onde Mande yang berlatar budaya Minang menggambarkan makna keluarga dengan cara yang penuh kehangatan. Foto/Visinema Pictures
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2002. Dua tahun setelah merilis film Petualangan Sherina, Riri Riza mengejutkan pencinta film dengan Eliana Eliana.
Eliana Eliana adalah sebuah kisah tentang kompleksitas hubungan ibu dan anak, tentang bagaimana dua generasi memandang zaman, dan terutama tentang bagaimana orang Minang (diwakili ibu Eliana) memaknai soal keluarga. Dengan gambar dan penyuntingan yang disengaja kasar, kita justru melihat keindahan di tengah keriuhan Jakarta. Sebuah pendekatan yang tak pernah lagi dipakai oleh Riri dalam film-film setelahnya.
Pemaknaan soal keluarga yang membuat saya masih menjadikan Eliana Elianasebagai film terbaik dari Riri, salah satu sutradara yang saya hormati. Soal keluarga akan selalu terasa dekat bagi kita, bahwa jejak keluarga tak akan hilang sepanjang usia masih dikandung badan.
Hal ini pula yang membuat Onde Mandeterasa relevan, bahkan untuk mereka yang bukan orang Minang sekalipun seperti saya. Di tangan Paul Agusta, film ini lahir dengan penceritaan yang kuat, tidak tergesa-gesa, dan memberi kejutan demi kejutan menuju ending filmnya. Sebuah kisah yang akan membuat hati kita terasa hangat setelah menontonnya.
![CERMIN: Makna Keluarga Bagi Orang Minang dalam Onde Mande]()
Foto: Visinema Pictures
Onde Mandedatang dengan premis menarik. Salah satu warga yang dituakan di desa Sigiran, Angku Wan, menang sayembara berhadiah uang Rp2 miliar. Angku Wan adalah seseorang yang sangat mencintai desanya. Ia bahkan menolak merantau ke Jakarta dan membiarkan istri dan anaknya berangkat sendirian.
Sebelum menang sayembara, Angku Wan sudah punya banyak rencana untuk membangun desanya. Tapi sayang, sebelum rencananya terlaksana dan sebelum menerima hadiah uang Rp2 miliar, Angku Wan dipanggil Yang Maha Kuasa.
Cerita pun mengalir lancar dari sini. Da Am yang menganggap dan dianggap Angku Wan sebagai kerabat terdekatnya pusing tujuh keliling. Bagaimana cara mengklaim hadiah uang 2 milyar dengan Angku Wan yang tak meninggalkan ahli waris seorang pun? Maka rencana pun dibuat. Sebuah rencana yang akan menemukan kejutan demi kejutan, bukan saja bagi penduduk desa Sigiran, tapi juga buat kita sebagai penonton. Dan kita pun belajar banyak, sekali lagi, soal makna keluarga bagi orang Minang.
Skenario yang ditulis cemerlang oleh Paul bekerja efektif, yang membuat Onde Mandetak pernah kehilangan momentum. Sebagai penonton yang bukan orang Minang, saya memahami yang ingin disampaikan oleh Paul.
Eliana Eliana adalah sebuah kisah tentang kompleksitas hubungan ibu dan anak, tentang bagaimana dua generasi memandang zaman, dan terutama tentang bagaimana orang Minang (diwakili ibu Eliana) memaknai soal keluarga. Dengan gambar dan penyuntingan yang disengaja kasar, kita justru melihat keindahan di tengah keriuhan Jakarta. Sebuah pendekatan yang tak pernah lagi dipakai oleh Riri dalam film-film setelahnya.
Pemaknaan soal keluarga yang membuat saya masih menjadikan Eliana Elianasebagai film terbaik dari Riri, salah satu sutradara yang saya hormati. Soal keluarga akan selalu terasa dekat bagi kita, bahwa jejak keluarga tak akan hilang sepanjang usia masih dikandung badan.
Baca Juga :
CERMIN: Perjuangan Menjadi Orisinal
Hal ini pula yang membuat Onde Mandeterasa relevan, bahkan untuk mereka yang bukan orang Minang sekalipun seperti saya. Di tangan Paul Agusta, film ini lahir dengan penceritaan yang kuat, tidak tergesa-gesa, dan memberi kejutan demi kejutan menuju ending filmnya. Sebuah kisah yang akan membuat hati kita terasa hangat setelah menontonnya.

Foto: Visinema Pictures
Onde Mandedatang dengan premis menarik. Salah satu warga yang dituakan di desa Sigiran, Angku Wan, menang sayembara berhadiah uang Rp2 miliar. Angku Wan adalah seseorang yang sangat mencintai desanya. Ia bahkan menolak merantau ke Jakarta dan membiarkan istri dan anaknya berangkat sendirian.
Sebelum menang sayembara, Angku Wan sudah punya banyak rencana untuk membangun desanya. Tapi sayang, sebelum rencananya terlaksana dan sebelum menerima hadiah uang Rp2 miliar, Angku Wan dipanggil Yang Maha Kuasa.
Cerita pun mengalir lancar dari sini. Da Am yang menganggap dan dianggap Angku Wan sebagai kerabat terdekatnya pusing tujuh keliling. Bagaimana cara mengklaim hadiah uang 2 milyar dengan Angku Wan yang tak meninggalkan ahli waris seorang pun? Maka rencana pun dibuat. Sebuah rencana yang akan menemukan kejutan demi kejutan, bukan saja bagi penduduk desa Sigiran, tapi juga buat kita sebagai penonton. Dan kita pun belajar banyak, sekali lagi, soal makna keluarga bagi orang Minang.
Skenario yang ditulis cemerlang oleh Paul bekerja efektif, yang membuat Onde Mandetak pernah kehilangan momentum. Sebagai penonton yang bukan orang Minang, saya memahami yang ingin disampaikan oleh Paul.
Lihat Juga :