Zootopia Jadi Film Animasi Terbaik, La La Land Sabet Satu Oscar

Senin, 27 Februari 2017 - 11:23 WIB
Zootopia Jadi Film Animasi Terbaik, La La Land Sabet Satu Oscar
Zootopia Jadi Film Animasi Terbaik, La La Land Sabet Satu Oscar
A A A
LOS ANGELES - La La Land adalah film dengan nominasi Oscar terbanyak tahun ini. Film yang dibintangi Ryan Gosling dan Emma Stone tersebut secara total mengantungi 14 nominasi, termasuk untuk aktor/aktris terbaik, sutradara dan film terbaik.

Tapi, di perhelatan Academy Awards 2017 yang digelar di Dolby Theater, Hollywood, Los Angeles, California, Minggu (26/2/2017) waktu setempat atau Senin (27/2/2017) waktu Indonesia, film ini baru mengantungi satu piala. Kemenangan ini diraih La La Land di kategori Produksi Terbaik.

Prestasi ini tentu kalah dengan apa yang diraih film Hacksaw Ridge. Dalam dua jam penganugerahan Oscar, film ini telah meraih sejumlah piala, termasuk untuk kategori Editing Terbaik.

Sementara, seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, animasi buatan Disney, Zootopia berhasil memenangkan Oscar untuk kategori Animasi Terbaik. Film ini sukses mengungguli empat nominator lain, termasuk Moana yang juga merupakan keluaran Disney. Nominator lain adalah Kubo and the Two Strings, My Life as a Zucchini dan The Red Turtle.

Zootopia adalah salah satu peraih box office terbesar pada 2016. Film ini berhasil mengantungi lebih dari USD1 juta pendapatan di seluruh dunia.

Film ini mengisahkan tentang Judy Hopps, seekor kelinci yang meninggalkan kampung halamannya untuk mewujudkan impiannya menjadi polisi di kota besar. Zootopia mengemukakan masalah sosial ketika warga kota metropolis hewan terpecah akibat prasangka dan ketakutan.

Zootopia
tiba ketika Amerika Serikat (AS) sedang menghadapi kampanye pemilu presiden yang diwarnai isu rasisme, seksisme dan ketidaksetaraan. Para pembuat film ini mulai mengembangkan Zootopia sekitar lima tahun lalu.

“Ide gila membahas kemanusiaan dengan hewan yang bisa bicara, dengan harapan ketika film ini muncul, ini akan membuat dunia menjadi tempat yang sedikit lebih baik,” ujar salah satu sutradara film ini, Byron Howard saat menerima piala Oscar, seperti dikutip Reuters.

Panggung Oscar kemudian berubah menjadi ajang politik setelah film asal Iran, The Salesman, meraih piala untuk kategori film berbahasa asing terbaik. Sayang, akibat kebijakan larangan berkunjung atau travel ban yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, sutradara film ini, Asghar Farhadi, tidak bisa datang untuk mengambil pialanya.

Farhadi kemudian diwakili Anousheh Ansari yang juga pernyataan sutradara tersebut di pergelaran ini. Pernyataaan ini langsung merujuk pada larangan berkunjung ke AS dari tujuh negara, termasuk Iran, yang diberlakukan Trump.

“Ini adalah kehormatan besar bisa menerima penghargaan bernilai ini untuk kali kedua. Saya minta maaf tidak bisa bersama Anda semua malam ini, ketidakhadiran saya adalah untuk menghormati rakyat negara saya dan enam negara lain yang tidak dihormati oleh undang-undang tidak berperikemanusiaan yang melarang imigran dari tujuh negar datang ke AS,” ungkap pernyataan tersebut seperti dikutip BBC.

Sebenarnya, Oscar tidak mengizinkan pemenang mengirimkan orang lain untuk menerima penghargaan atas nama mereka. Academy biasanya hanya membolehkan hal tersebut jika pemenang tidak bisa hadir, misalnya karena meninggal dunia.

Tapi, Academy tampaknya memutuskan untuk mengizinkan Farhadi diwakilkan orang lain. Farhadi memilih tetap berada di Iran menyusul larangan kunjungan yang dterapkan Trump.

Oscar milik Farhadi kemudian diambilkan Ansari, astronot keturunan Iran-Amerika. Ansari mengaku, keputusan Farhadi untuk tidak hadir di acara itu sangatlah sulit dan sebuah keputusan besar.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2218 seconds (0.1#10.140)