Konferensi Pertama AGI Bahas Genetika Berkelanjutan untuk Cegah dan Obati Penyakit di Indonesia
loading...
A
A
A
"Kenapa? Karena teknologi ini harus diimbangi dengan regulasi yang baik. Kalau tidak akan berakibat negatif karena ada unsur etik, legal, dan sebagainya," kata Lusia.
Sementara itu, dalam konferensi ini para ahli dari berbagai bidang, termasuk kesehatan genetika dan keberlanjutan pangan, dipertemukan untuk membahas kemajuan serta tantangan terkini di bidang genomik di Indonesia, baik dari perspektif teknologi maupun bisnis.
Saat ini AGI yang diinisiasi Dr. dr. Ivan R. Sini, SpOG, Adrian Lembong, drg. Adittya, MARS, Levana Sari, Prof. Hera Sundoyo, dan dr. Ariel Pradipta, Ph.D terus melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Pada awalnya teknologi ini sangat susah, namun sekarang dengan kemajuan teknologi relatif lebih cepat,” ujar Lusia.
Adapun tujuan konferensi ini adalah untuk mempromosikan AGI dalam komunitas genom, sekaligus mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan menjajaki peluang yang ditimbulkan oleh genetika berkelanjutan di Indonesia.
"Bidang genetika telah merevolusi cara kita memahami kesehatan manusia dan produksi pangan. Dengan kemajuan teknologi dan alat genetika, kami telah mampu mengidentifikasi penanda genetik yang berkontribusi terhadap risiko penyakit dan memahami faktor genetik yang memengaruhi kualitas dan keamanan pangan. Namun, kemajuan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan praktik genetika dan dampaknya terhadap lingkungan," beber Ivan.
Di Indonesia, negara yang kaya akan keanekaragaman genetik, genetika berkelanjutan semakin menjadi topik yang menarik. Genetika berkelanjutan, yang mengacu pada penerapan teknologi dan praktik genetika yang berkelanjutan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan, memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan manusia serta ketahanan pangan di Indonesia. Namun, genetika berkelanjutan juga memiliki tantangan tersendiri, seperti memastikan akses yang adil terhadap teknologi genetika dan mengatasi potensi risiko lingkungan yang terkait dengan modifikasi genetika.
Terkait tema konference, maka akan fokus pada penelitian terkini mengenai genetika berkelanjutan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit di Indonesia yang meliputin pengembangan pengujian genetik berkelanjutan, penggunaan informasi genetik berkelanjutan untuk mempersonalisasi pengobatan, dan identifikasi genetik berkelanjutan terhadap faktor risiko penyakit lokal.
Apalagi kini pemanfaatan teknologi genomik terus dikembangkan, tidak saja pada sektor kesehatan saja. Namun, sudah menyasar sektor pertanian hingga peternakan.
“Kita bisa perbaiki bibit unggul untuk sektor pertanian,” imbuh Ivan
Sementara itu, dalam konferensi ini para ahli dari berbagai bidang, termasuk kesehatan genetika dan keberlanjutan pangan, dipertemukan untuk membahas kemajuan serta tantangan terkini di bidang genomik di Indonesia, baik dari perspektif teknologi maupun bisnis.
Saat ini AGI yang diinisiasi Dr. dr. Ivan R. Sini, SpOG, Adrian Lembong, drg. Adittya, MARS, Levana Sari, Prof. Hera Sundoyo, dan dr. Ariel Pradipta, Ph.D terus melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Pada awalnya teknologi ini sangat susah, namun sekarang dengan kemajuan teknologi relatif lebih cepat,” ujar Lusia.
Adapun tujuan konferensi ini adalah untuk mempromosikan AGI dalam komunitas genom, sekaligus mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan menjajaki peluang yang ditimbulkan oleh genetika berkelanjutan di Indonesia.
"Bidang genetika telah merevolusi cara kita memahami kesehatan manusia dan produksi pangan. Dengan kemajuan teknologi dan alat genetika, kami telah mampu mengidentifikasi penanda genetik yang berkontribusi terhadap risiko penyakit dan memahami faktor genetik yang memengaruhi kualitas dan keamanan pangan. Namun, kemajuan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan praktik genetika dan dampaknya terhadap lingkungan," beber Ivan.
Di Indonesia, negara yang kaya akan keanekaragaman genetik, genetika berkelanjutan semakin menjadi topik yang menarik. Genetika berkelanjutan, yang mengacu pada penerapan teknologi dan praktik genetika yang berkelanjutan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan, memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan manusia serta ketahanan pangan di Indonesia. Namun, genetika berkelanjutan juga memiliki tantangan tersendiri, seperti memastikan akses yang adil terhadap teknologi genetika dan mengatasi potensi risiko lingkungan yang terkait dengan modifikasi genetika.
Terkait tema konference, maka akan fokus pada penelitian terkini mengenai genetika berkelanjutan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit di Indonesia yang meliputin pengembangan pengujian genetik berkelanjutan, penggunaan informasi genetik berkelanjutan untuk mempersonalisasi pengobatan, dan identifikasi genetik berkelanjutan terhadap faktor risiko penyakit lokal.
Apalagi kini pemanfaatan teknologi genomik terus dikembangkan, tidak saja pada sektor kesehatan saja. Namun, sudah menyasar sektor pertanian hingga peternakan.
“Kita bisa perbaiki bibit unggul untuk sektor pertanian,” imbuh Ivan