Film Nona Manis Sayange Angkat Adat Istiadat Labuan Bajo, Salah Satunya Singgung Mahar Nikah

Rabu, 11 Oktober 2023 - 16:40 WIB
loading...
Film Nona Manis Sayange Angkat Adat Istiadat Labuan Bajo, Salah Satunya Singgung Mahar Nikah
Film Nona Manis Sayange menggambarkan adat dan kebudayaan Labuan Bojo. Salah satunya membahas bilis, sebuah mahar pernikahan. Foto/ Nurul Amanah.
A A A
JAKARTA - Labuan Bajo dikenal dengan panorama laut indah hingga menjadi salah satu destinasi wisata bagi turis lokal maupun mancanegara. Tapi, Labuan Bajo juga menyimpan keunikan lain di dalamnya yang mungkin masih belum diketahui khalayak ramai.

Labuan Bajo ternyata memiliki adat dan kebudayaan setempat yang masih dijunjung tinggi sampai saat ini. Salah satunya adalah adat kebudayaan dalam sebuah pernikahan.

Adat istiadat dalam pernikahan yang cukup sakral adalah urusan mahar. Sama seperti di beberapa daerah lainnya, Labuan Bajo juga punya aturan mengenai mahar yang disebut sebagai belis, di mana bertujuan menghargai martabat wanita yang akan dinikahi.



Belis ini masih belum diketahui oleh masyarakat di luar Bajo, hadirnya film Nona Manis Sayange ini menggambarkan belis sebagai bagian dari adat dan kebudayaan Labuan Bajo.

Selain itu, kehidupan masyarakat Labuan Bajo akan ditampilkan melalui karakter yang diperankan oleh jajaran cast film ini.

Pangeran Lantang yang didapuk sebagai bintang utama dalam film ini pun menjanjikan akan memerankan tokoh Akram sebagai sosok yang apa adanya, sebagaimana dirinya ingin memperlihatkan kepada masyarakat luas seperti apa ketulusan hati masyarakat Labuan Bajo .

"Semoga penonton terhibur, semoga mereka merasakan ketulusan, keikhlasan dari hati orang-orang dari Labuan Bajo karena nanti akan keliatan banget dari filmnya," ujar Pangeran Lantang kepada MNC Portal di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (11/10/2023).

Senada dengan Pangeran Lantang, Luz Victoria juga menjelaskan bahwa banyak pesan moral yang disampaikan daam film ini utamanya soal menghormati tradisi setempat, di mana pribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi".

Peribahasa ini mengandung makna bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat dirinya berada.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1180 seconds (0.1#10.140)