Konspirasi Yahudi: Perjanjian Versailles dan Kisah Tragis Roza Luxemburg

Senin, 11 Desember 2023 - 11:01 WIB
loading...
Konspirasi Yahudi: Perjanjian Versailles dan Kisah Tragis Roza Luxemburg
Roza Luxemburg. Foto/Ilustrasi: Herodoto
A A A
Traktat Versailles (1919) adalah suatu perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman . William G. Carr mengatakan dalam sejarah sering terjadi kesalahan besar, adanya perjanjian dan pertemuan yang sering menimbulkan akibat buruk yang tidak diharapkan oleh berbagai negara.

"Sejarah belum pernah menyaksikan akibat yang lebih buruk dari pada yang ditimbulkan oleh Perang Dunia I, yaitu perjanjian Versailles, yang buntutnya masih dirasakan oleh umat manusia sampai kini," tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).

Perjanjian Versailles yang menandai berakhirnya Perang Dunia I sebenarnya merupakan bibit timbulnya Perang Dunia II . Perjanjian ini telah mencoreng wajah dunia secara keseluruhan.



Dunia terkelompok menjadi wilayah jajahan, yang diistilahkan dengan kawasan-kawasan pengaruh. Perjanjian Versailles juga melahirkan penjajahan baru dengan istilah yang menyesatkan, seperti pemerintah perwakilan, perlindungan, pendudukan, pembinaan, kawasan pengaruh, dan seterusnya.

Timbullah berbagai pertikaian, pemberontakan, krisis macam-macam, yang diakibatkan oleh pengelompokan bangsa dan negara menjadi berbagai sekutu, yang pada akhirnya menumbuhkan bibit kekacauan di mana-mana, dan kecemburuan politik tak terhindarkan lagi. Sebagai akibat dari semua itu, situasi dunia makin buruk, setelah perjanjian Versailles dilaksanakan.

Opini dunia mulai menyadari keburukan isi perjanjian Versailles itu sedikit demi sedikit. Tokoh politisi dunia dibantu oleh para ahli strategi terus mengamati perkembangan yang terjadi. Akhirnya mereka meletakkan tanda tanya besar di seputar perjanjian itu.

Nah untuk itu, William G. Carr mencoba mengungkap tabir yang menutupi hakikat yang melatarbelakangi perjanjian itu.

Penindasan

Menurutnya, para analis netral memberi komentar tentang perjanjian Versailles, bahwa para wakil dunia berbudaya sebenarnya tidak menandatangani isi perjanjian yang berisi penindasan, sebanyak penindasan yang diderita oleh bangsa Jerman, setelah perjanjian itu diberlakukan.



Kebenaran ini terlihat dari sikap bangsa Jerman terhadap perlakuan yang mereka terima akibat diberlakukannya perjanjian itu beberapa hari setelah ditandatangani. Akibatnya, bangsa Jerman naik darah dan dendam, yang kelak berkembang menjadi bahan dasar pemikiran paham nasionalisme Aryan Jerman.

Fenomena kebencian bangsa Jerman ini kelak melahirkan Hitler dan Nazisme, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia II. Kita perlu melihat kembali kerancuan bagaimana Perang Dunia I berakhir, agar kondisi yang mengelilingi penandatanganan perjanjian Versailles tanggal 11 November 1918 menjadi jelas.

Permintaan untuk mengadakan gencatan senjata oleh komandan tertinggi angkatan bersenjata Jerman bukan berarti menyerah kalah. Peristiwa ini menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat besar. Pasukan Jerman masih tetap kuat dan masih maju menghadapi musuh.

Perempuan Yahudi

Permintaan komandan tertinggi Jerman itu semata-mata disebabkan oleh adanya bahaya yang mengancam dari dalam negeri Jerman sendiri, yaitu bahaya pemberontakan Komunis yang timbul di bawah pimpinan seorang perempuan Yahudi , Roza Luxemburg.



Ketika pimpinan pasukan Jerman sedang membicarakan masalah gencatan senjata dengan sekutu, ada peristiwa besar yang terjadi, yang perlu dicatat.

Gerakan pemberontakan Komunis di bawah pimpinan Roza Luxemburg berhasil menyusup ke dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman, khususnya ke dalam jajaran angkatan laut, yang selama itu menjadi incaran mereka.

Pada awal tahun 1918 tiba-tiba tersiar desas-desus di kalangan angkatan laut Jerman, bahwa panglima tertinggi angkatan bersenjata akan mengadakan serbuan bunuh diri dengan kapal perangnya secara besar-besaran terhadap armada angkatan laut Amerika, Inggris dan Perancis.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6912 seconds (0.1#10.140)