Review Film Darkest Hour

Jum'at, 19 Januari 2018 - 05:30 WIB
Review Film Darkest Hour
Review Film Darkest Hour
A A A
JAKARTA - Masa Perang Dunia II adalah salah satu yang krusial dalam perjalanan sejarah kerajaan Inggris. Di masa kepemimpinan Raja Henry VI, kerajaan Inggris harus membuat keputusan untuk bertempur melawan Nazi pimpinan Hitler atau menyerah.

Di masa-masa krusial itulah, lantas muncul satu sosok yang terus dikenang sampai saat ini, yaitu Winston Churchill. Terpilih sebagai perdana menteri untuk menggantikan Neville Chamberlain, Churchill harus membuat keputusan untuk menjaga keutuhan negaranya dari ancaman Nazi.

Darkest Hour adalah film yang mengisahkan tentang hari-hari penting dimana Churchill harus memberikan keputusan demi keutuhan kerajaan Inggris yang sangat dicintainya. Film ini menggambarkan bagaimana pertentangan terjadi di parlemen dan juga pada diri Churchill saat tentara Nazi kian mendekati kawasan Inggris.

Dibintangi Gary Oldman sebagai Churchill, Darkest Hour dibuka dengan rapat di parlemen Inggris tentang langkah yang harus dilakukan kerajaan itu untuk menghadapi ancaman Nazi yang sudah hampir melumpuhkan seluruh kawasan Eropa. Salah satu keputusan mereka adalah memberhentikan Chamberlain (Ronald Pickup) sebagai perdana menteri saat itu. Satu-satunya sosok yang diajukan Chamberlain untuk menggantikannya adalah Churchill.

Sialnya, Churchill bukanlah tokoh yang disukai baik oleh partai berkuasa, oposisi atau pun Raja Henry VI (Ben Mendelsohn). Churchill dikenal sebagai tokoh yang kurang suka berdiplomasi dan memilih jalan perang untuk menyelesaikan konflik. Ini dianggap berbahaya. Namun, saat itu tidak ada pilihan lain selain mengangkat Churchill sebagai perdana menteri.

Churchill pun kemudian dilantik sebagai perdana menteri oleh Raja Henry VI. Dia langsung membentuk pemerintahan dengan dua kabinet, yaitu Kabinet Perang dan Kabinet Nonperang. Selain itu, dia juga menunjuk dua rivalnya, Chamberlain dan Viscount Halifax (Stephen Dillane) sebagai penasihatnya.

Churchill menghadapi masalah ketika pasukan Inggris terjebak di Calais dan Dunkirk. Churchill ingin agar mereka diselamatkan dengan cara menghadapi pasukan Nazi yang mengepung mereka. Tapi, cara itu ditentang Halifax yang menganggap itu adalah misi bunuh diri. Dia kemudian mengusulkan agar Inggris menggelar perundingan dengan Nazi yang dimediasi Italia yang saat itu dipimpin Mussolini. Halifax memberi waktu Churchill untuk mempertimbangkan opsi itu dan jika dia tidak mau berunding, Halifax mengancam mundur dari kabinet.

Churchill pun kian terdesak oleh waktu untuk menyelamatkan tentara Inggris yang menghadapi ancaman serangan udara Nazi di Calais dan Dunkirk. Sementara, perundingan bukanlah gayanya. Di sisi lain, kekalahan Prancis dan tumbangnya Belgia menjadi masalah baru baginya untuk menyelesaikan krisis tersebut.

Selama 2 jam 5 menit, Anda akan diajak sutradara Joe Wright untuk menyaksikan langsung sebuah sejarah penting di dunia ini. Akting Gary Oldman sebagai Churchill patut diacungi jempol. Dia berhasil menghidupkan karakter Churchill hampir seperti aslinya. Tingkah polah, mimik wajah sampai cara berjalan dan bicaranya pun hampir mirip dengan Churchill asli. Tak heran jika Gary digadang-gadang bakal mendapatkan Oscar tahun ini setelah berhasil menggondol Golden Globe awal tahun ini.

Bagi Anda pencinta film sejarah dan biografi, Darkest Hour adalah film yang patut masuk dalam daftar wajib tonton. Film ini sudah bisa dinikmati di bioskop kesayangan Anda mulai hari ini, Jumat (19/1/2018). Selamat menonton!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7965 seconds (0.1#10.140)