Inspiratif! Begini Kisah Yeni Trimulyani Melawan Kanker Serviks
loading...
A
A
A
JAKARTA - Yeni Trimulyani berbagi cerita saat melawan kanker serviks, di mana awalnya dia melakukan pemeriksaan biopsi, salah satu tes untuk mendeteksi penyakit kanker.
Yeni melakukan tes tersebut atas dasar adanya siklus menstruasi yang sangat panjang, yang sama sekali tidak ada rasa sakit atau gejala khas lainnya.
“Tidak berapa lama setelah melakukan biopsi, dokter menghubungi saya untuk menyampaikan hasil tes. Ternyata saya didiagnosis kanker service dan sudah stadium advance,” kata Yeni.
Tidak seperti pasien lain yang terkejut ketika dinyatakan menderita kanker, Yeni sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi kaget atau pun sedih.
“Jadi setelah dokter menyampaikan hasil diagnosis itu saya langsung bertanya langkah berikutnya apa yang harus dilakukan. Dokter bilang saya harus segera dioperasi,” kata Yeni.
Ketika itu, kasus Covid-19 tengah memperlihatkan grafik yang meningkat. Dia sempat berpikir untuk melakukan operasi di luar negeri sebelum akhirnya memutuskan untuk tetap di Jakarta.
“Pada 6 Januari 2021, saya dioperasi oleh Dr.dr.Gatot Purwoto, SpOG (K), MPH yang memiliki Kepakaran di bidang Onkologi Ginekologi. Saat itu operasi yang dilakukan adalah Histerektomi Radikal yaitu suatu operasi besar yang merupakan suatu prosedur medis yang dilakukan untuk mengangkat rahim (uterus) dan lever rahim (serviks) ; operasi saat itu berlangsung selama beberapa jam dan Alhamdulilah operasi berjalan lancar,” ungkap Yeni.
Usai operasi, pasien biasanya diwajibkan untuk memakai kateter dan urine bag. Pada saat itu dokter menerangkan bahwa tidak usah kuatir Jika nanti setelah keluar rumah sakit masih membawa urine bag selama beberapa bulan sambil beraktifitas kerja dsb toh bisa ditutupi dengan baju agar tidak terlihat (Karena pasca operasi histerektomi radikal pasien salah satunya akan sulit berjemur) namun 1 minggu kemudian Yeni meminta dokter untuk mengizinkan dirinya agar tidak usah dipasang urine bag.
“Jadi saya bilang ke dokter, boleh tidak saya berlatih dulu. Kalau memang ternyata tidak bisa, silakan dipasang urine bag. Dan, dokter mengizinkan,” jelas Yeni.
ASN di Kejaksaan Tinggi Banten itu kemudian melakukan meditasi, yang sudah dilakukannya beberapa bulan sebelum divonis menderita kanker. Beberapa hari kemudian, dokter menyatakan dirinya tidak perlu memakai urine bag.
Yeni melakukan tes tersebut atas dasar adanya siklus menstruasi yang sangat panjang, yang sama sekali tidak ada rasa sakit atau gejala khas lainnya.
“Tidak berapa lama setelah melakukan biopsi, dokter menghubungi saya untuk menyampaikan hasil tes. Ternyata saya didiagnosis kanker service dan sudah stadium advance,” kata Yeni.
Tidak seperti pasien lain yang terkejut ketika dinyatakan menderita kanker, Yeni sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi kaget atau pun sedih.
“Jadi setelah dokter menyampaikan hasil diagnosis itu saya langsung bertanya langkah berikutnya apa yang harus dilakukan. Dokter bilang saya harus segera dioperasi,” kata Yeni.
Ketika itu, kasus Covid-19 tengah memperlihatkan grafik yang meningkat. Dia sempat berpikir untuk melakukan operasi di luar negeri sebelum akhirnya memutuskan untuk tetap di Jakarta.
“Pada 6 Januari 2021, saya dioperasi oleh Dr.dr.Gatot Purwoto, SpOG (K), MPH yang memiliki Kepakaran di bidang Onkologi Ginekologi. Saat itu operasi yang dilakukan adalah Histerektomi Radikal yaitu suatu operasi besar yang merupakan suatu prosedur medis yang dilakukan untuk mengangkat rahim (uterus) dan lever rahim (serviks) ; operasi saat itu berlangsung selama beberapa jam dan Alhamdulilah operasi berjalan lancar,” ungkap Yeni.
Usai operasi, pasien biasanya diwajibkan untuk memakai kateter dan urine bag. Pada saat itu dokter menerangkan bahwa tidak usah kuatir Jika nanti setelah keluar rumah sakit masih membawa urine bag selama beberapa bulan sambil beraktifitas kerja dsb toh bisa ditutupi dengan baju agar tidak terlihat (Karena pasca operasi histerektomi radikal pasien salah satunya akan sulit berjemur) namun 1 minggu kemudian Yeni meminta dokter untuk mengizinkan dirinya agar tidak usah dipasang urine bag.
“Jadi saya bilang ke dokter, boleh tidak saya berlatih dulu. Kalau memang ternyata tidak bisa, silakan dipasang urine bag. Dan, dokter mengizinkan,” jelas Yeni.
ASN di Kejaksaan Tinggi Banten itu kemudian melakukan meditasi, yang sudah dilakukannya beberapa bulan sebelum divonis menderita kanker. Beberapa hari kemudian, dokter menyatakan dirinya tidak perlu memakai urine bag.