Inspiratif! Begini Kisah Yeni Trimulyani Melawan Kanker Serviks

Kamis, 14 Desember 2023 - 17:29 WIB
loading...
Inspiratif! Begini Kisah...
Yeni Trimulyani berbagi cerita saat melawan kanker serviks, di mana awalnya dia melakukan pemeriksaan biopsi. Foto/ ist.
A A A
JAKARTA - Yeni Trimulyani berbagi cerita saat melawan kanker serviks, di mana awalnya dia melakukan pemeriksaan biopsi, salah satu tes untuk mendeteksi penyakit kanker.

Yeni melakukan tes tersebut atas dasar adanya siklus menstruasi yang sangat panjang, yang sama sekali tidak ada rasa sakit atau gejala khas lainnya.

“Tidak berapa lama setelah melakukan biopsi, dokter menghubungi saya untuk menyampaikan hasil tes. Ternyata saya didiagnosis kanker service dan sudah stadium advance,” kata Yeni.

Tidak seperti pasien lain yang terkejut ketika dinyatakan menderita kanker, Yeni sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi kaget atau pun sedih.

“Jadi setelah dokter menyampaikan hasil diagnosis itu saya langsung bertanya langkah berikutnya apa yang harus dilakukan. Dokter bilang saya harus segera dioperasi,” kata Yeni.

Ketika itu, kasus Covid-19 tengah memperlihatkan grafik yang meningkat. Dia sempat berpikir untuk melakukan operasi di luar negeri sebelum akhirnya memutuskan untuk tetap di Jakarta.

“Pada 6 Januari 2021, saya dioperasi oleh Dr.dr.Gatot Purwoto, SpOG (K), MPH yang memiliki Kepakaran di bidang Onkologi Ginekologi. Saat itu operasi yang dilakukan adalah Histerektomi Radikal yaitu suatu operasi besar yang merupakan suatu prosedur medis yang dilakukan untuk mengangkat rahim (uterus) dan lever rahim (serviks) ; operasi saat itu berlangsung selama beberapa jam dan Alhamdulilah operasi berjalan lancar,” ungkap Yeni.

Usai operasi, pasien biasanya diwajibkan untuk memakai kateter dan urine bag. Pada saat itu dokter menerangkan bahwa tidak usah kuatir Jika nanti setelah keluar rumah sakit masih membawa urine bag selama beberapa bulan sambil beraktifitas kerja dsb toh bisa ditutupi dengan baju agar tidak terlihat (Karena pasca operasi histerektomi radikal pasien salah satunya akan sulit berjemur) namun 1 minggu kemudian Yeni meminta dokter untuk mengizinkan dirinya agar tidak usah dipasang urine bag.

“Jadi saya bilang ke dokter, boleh tidak saya berlatih dulu. Kalau memang ternyata tidak bisa, silakan dipasang urine bag. Dan, dokter mengizinkan,” jelas Yeni.

ASN di Kejaksaan Tinggi Banten itu kemudian melakukan meditasi, yang sudah dilakukannya beberapa bulan sebelum divonis menderita kanker. Beberapa hari kemudian, dokter menyatakan dirinya tidak perlu memakai urine bag.

Yeni merasa meditasi yang sering dilakukannya sebelum dan sesudah menderita kanker memberikan dampak positif terhadap kondisi kesehatannya.

“Dengan meditasi saya bisa mengatur konsentrasi dan juga emosi saya. Mungkin ini juga yang membuat saya tidak shocked saat dokter memvonis saya menderita kanker serviks,” ujar Yeni.

Operasi hanya langkah awal dalam proses pemulihan. Masih ada tahapan lain yaitu kemoterapi dan juga radiasi. Kemoterapi biasanya dilakukan tengah malam hingga pagi hari. Saat kemo, Yeni tetap melakukan meditasi.

“Biasanya, pasien yang habis kemo itu kehilangan selera makan dan yang pasti mual. Saya justru kebalikannya, tidak mual dan selera makan bertambah. Demikian pula biasanya rambut akan rontok bahkan botak namun itu semua tidak saya alami, saya bahkan bisa langsung melakukan aktivitas sehari-hari bekerja setelah kemo,” ungkap Yeni.

Kemoterapi, radiasi dan meditasi menjadi hal yang rutin dijalani Yeni sebagai penderita kanker serviks. Dia sama sekali tidak patah semangat dengan kondisinya itu.

“Saya memiliki penerimaan atau akseptensi yang tinggi bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri saya adalah buah atau akibat dari perbuatan saya pun demikian perbuatan baik maka akan berbuah kebaikan dan perbuatan buruk akan berbuah keburukan sehingga penyakit yang terjadi pada saya merupakan buah dari perbuatan buruk yang telah saya lakukan di masa lalu,” katanya.

“Mungkin karena saya Kurang menjaga kesehatan ataupun batin saya penuh kotoran batin; sehingga dengan memiliki penerimaan terhadap yg terjadi pada diri kita sebagai akibat perbuatan kita maka kita akan menjadi lega dan tidak akan blaming others or situation (tidak menyalahkan orang lain dan keadaan atas peristiwa apapun yg terjadi pada diri kita, seburuk apapun) kesadaran dan penerimaan demikian saya per oleh Lewat berlatih dan menjalankan meditasi, saya bisa menjadi lebih fokus dan juga bahagia,” tutur Yeni lagi.

Yeni juga mengungkap salah satu manfaat meditasi, khususnya smile meditation, di mana praktek smile meditation melatih kita untuk tersenyum dan senyuman itu ternyata bisa menghasilkan hormon Betha endhorpine yang 200 kali lebih kuat dari morphin yang biasa digunakan untuk mengurangi rasa sakit kepada pasien penderita kanker.

Setelah lima bulan menjalani kemoterapi dan juga radiasi, Yeni dinyatakan bebas dari kanker serviks.

“Padahal, pasien lain yang juga dirawat bersamaan dengan saya masih ada yang menjalankan proses kemo dan radiasi, tapi saya oleh dokter dinyatakan sudah bebas dari kanker serviks. Dokter juga sangat gembira saya bisa pulih secepat itu,” kata Yeni.

Meditasi yang dilakukan secara rutin ternyata membuat sel-sel kanker yang hinggap di tubuh Yeni cepat pergi. Sejak itulah, Yeni mulai mengajak pasien kanker lainnya untuk melakukan meditasi.

“Pasien pertama saya adalah istri rekan kerja di kantor yang juga terkena kanker. Dia saya ajarkan cara untuk melakukan meditasi. Pada dasarnya, semua orang bisa melakukan meditasi. Saya hanya membimbing agar mereka yang melakukan meditasi bisa fokus,” cerita Yeni.

Kini, di sela-sela kesibukannya sebagai Asisten Pembinaan Kejaksaan Tinggi Banten, Yeni memberikan meditasi gratis kepada siapa pun yang membutuhkan.

Yeni juga bersama Pimpinan menginisiasi pendirian klinik kesehatan gratis yaitu Klinik asy syifa Kejaksaan Tinggi Banten untuk memberikan layanan kesehatan gratis bagi warga masyarakat dan saat ini sudah melayani 3.000 warga masyarakat secara gratis dan melayani pengobatan gratis dari desa ke desa sampai ke pelosok desa dan pulau saat ini sudah hampir 2.000 warga pelosok desa dan pulau dilayani pengobatan dan pemeriksaan kesehatan secara gratis dan bersama pimpinan Kejaksaan RI sedang dalam proses membangun Rumah Sakit Kejaksaan yang memiliki Onkologi center.

“Karena dari data yang ada di RS Dharmais, 167 ribu warga Banten berobat di sana. Sesuai UU no 11/2021, Kejaksaan mempunyai kewenangan di sektor kesehatan termasuk mendirikan Rumah Sakit. Jadi kami memanfaatkan lahan hasil rampasan kasus korupsi untuk mendirikan RS,” kata Yeni.

RSU Adhyaksa Banten rencananya akan Selesai dibangun pada Desember 2023. Dengan luas lahan 14 hektare dan mempunyai kapasitas 250 tempat tidur, RS ini bisa melayani warga yang mempunyai penyakit berat seperti kanker.
“Jadi, warga Banten tidak perlu lagi berobat ke Jakarta apabila terdeteksi penyakit kanker. Karena, RSU Adhyaksa ini sudah dilengkapi dengan peralatan yang canggih,” ujar Yeni.

Yeni membimbing secara free of charge (gratis) untuk mereka yang ingin melakukan meditasi dan yang ingin berlatih dapat mengunjungi situs resmi yayasan Dhammasukha Indonesia (bebas biaya). Yayasan Dhammasukha Indonesia adalah pusat pengajaran meditasi dan kegiatan sosial dimana Yeni tergabung sebagai asisten mentor; dengan mentornya adalah Brenda ieMcrae
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3556 seconds (0.1#10.140)