Film '13 Bom di Jakarta' Angkat Kisah Nyata Terorisme yang Libatkan Crypto Exchange
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film 13 Bom di Jakarta diangkat dari kisah nyata yang terinspirasi dari kasus terorisme yang melibatkan crypto exchange INDODAX pada 2015. Hal itu disampaikan oleh CEO INDODAX Oscar Darmawan.
“Jadi pada saat awal-awal kita pernah terjebak dalam suatu kasus terorisme yang melibatkan peledakan beberapa bom di pusat perbelanjaan di Jabodetabek. Pelakunya meminta tebusan sebesar 100 Bitcoin,” ungkap Oscar Darmawan.
Oscar Darmawan lantas bercerita mengenai pengalamannya saat tiba-tiba ditangkap oleh pihak kepolisian terkait kasus tersebut.
“Ada empat bom yang dipasang oleh para teroris dan menyebabkan adanya korban terluka akibat ledakan. Maka itu, banyak pihak yang terlibat pada penyelidikan itu, dari Intel, Bareskrim Mabes Polri, hingga Densus 88. Kasus saya waktu itu ditangani oleh Irjen. Pol. Albertus Rachmad Wibowo, selaku Direktur Cyber Mabes Bareskrim. Sekarang beliau menjadi Kapolda Sumatera Selatan," kata Oscar.
"Berkat kebijaksanaan dan kecerdasan beliau, saya terbukti tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan. Bahkan jadinya saya membantu mereka untuk melakukan penyelidikan, karena saat itu blockchain masih sangat baru di Indonesia. Saya pun hingga kini kagum dengan beliau,” tambahnya.
Oscar Darmawan mengatakan, mengangkat kasus ini menjadi sebuah film layar lebar adalah salah satu upaya INDODAX untuk mengedukasi masyarakat luas mengenai kripto.
"Ekosistem kripto pada masa itu masih dalam tahap awal dan belum matang seperti sekarang. Regulasi mengenai kripto pun belum ada di Indonesia. Maka dari itu, kami menghadapi berbagai tantangan yang cukup pelik dalam mendirikan startup kripto di Indonesia," beber Oscar Darmawan.
Oscar Darmawan juga mengungkapkan, ide pembuatan film ini berawal dari diskusinya bersama Angga Sasongko selaku sutradara film 13 Bom di Jakarta pada 2022.
“Mas Angga pernah mendengar kisah terorisme bermotif ekonomi yang melibatkan Bitcoin ini. Kemudian beliau meminta izin untuk mengangkat kisah tersebut untuk diceritakan kepada publik, tapi tentunya dengan didramatisasi. Akhirnya setelah INDODAX berdiskusi secara internal, kita sepakat untuk berkolaborasi membuat film mengenai bagaimana INDODAX membantu negara dalam mengungkap salah satu kasus terorisme di masyarakat. Lalu lahirlah film 13 Bom di Jakarta ini,” papar Oscar Darmawan.
Film ini diperankan oleh Chicco Kurniawan dan Ardhito Pramono yang masing-masing memerankan tokoh Oscar Darmawan dan William Sutanto. Mereka pendiri INDODAX yang tanpa diduga terlibat dalam kasus terorisme yang diprakarsai oleh seorang mantan militer bernama Arok. Arok meminta uang tebusan dalam bentuk Bitcoin melalui platform INDODAX dengan ancaman meledakkan 13 bom yang tersebar di Jakarta satu per satu jika permintaan tidak terpenuhi.
Film 13 Bom di Jakarta merupakan salah satu wujud nyata dari INDODAX untuk ikut mengembangkan industri kreatif melalui film. INDODAX sendiri rutin mengadakan festival film pendek setiap tahun untuk menggali potensi dan menjadi wadah bagi sineas muda berkreasi dengan maksimal. Festival film pendek ini dinamakan INDODAX Short Film Festival (ISFF).
ISFF sudah digelar sejak lima tahun lalu. Tahun ini adalah tahun keenam ISFF diselenggarakan.
Lihat Juga: Film ZANNA: Whisper of Volcano Isle Tayang 2 Januari 2025, Pilihan Seru untuk Libur Tahun Baru
“Jadi pada saat awal-awal kita pernah terjebak dalam suatu kasus terorisme yang melibatkan peledakan beberapa bom di pusat perbelanjaan di Jabodetabek. Pelakunya meminta tebusan sebesar 100 Bitcoin,” ungkap Oscar Darmawan.
Oscar Darmawan lantas bercerita mengenai pengalamannya saat tiba-tiba ditangkap oleh pihak kepolisian terkait kasus tersebut.
“Ada empat bom yang dipasang oleh para teroris dan menyebabkan adanya korban terluka akibat ledakan. Maka itu, banyak pihak yang terlibat pada penyelidikan itu, dari Intel, Bareskrim Mabes Polri, hingga Densus 88. Kasus saya waktu itu ditangani oleh Irjen. Pol. Albertus Rachmad Wibowo, selaku Direktur Cyber Mabes Bareskrim. Sekarang beliau menjadi Kapolda Sumatera Selatan," kata Oscar.
"Berkat kebijaksanaan dan kecerdasan beliau, saya terbukti tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan. Bahkan jadinya saya membantu mereka untuk melakukan penyelidikan, karena saat itu blockchain masih sangat baru di Indonesia. Saya pun hingga kini kagum dengan beliau,” tambahnya.
Oscar Darmawan mengatakan, mengangkat kasus ini menjadi sebuah film layar lebar adalah salah satu upaya INDODAX untuk mengedukasi masyarakat luas mengenai kripto.
"Ekosistem kripto pada masa itu masih dalam tahap awal dan belum matang seperti sekarang. Regulasi mengenai kripto pun belum ada di Indonesia. Maka dari itu, kami menghadapi berbagai tantangan yang cukup pelik dalam mendirikan startup kripto di Indonesia," beber Oscar Darmawan.
Oscar Darmawan juga mengungkapkan, ide pembuatan film ini berawal dari diskusinya bersama Angga Sasongko selaku sutradara film 13 Bom di Jakarta pada 2022.
“Mas Angga pernah mendengar kisah terorisme bermotif ekonomi yang melibatkan Bitcoin ini. Kemudian beliau meminta izin untuk mengangkat kisah tersebut untuk diceritakan kepada publik, tapi tentunya dengan didramatisasi. Akhirnya setelah INDODAX berdiskusi secara internal, kita sepakat untuk berkolaborasi membuat film mengenai bagaimana INDODAX membantu negara dalam mengungkap salah satu kasus terorisme di masyarakat. Lalu lahirlah film 13 Bom di Jakarta ini,” papar Oscar Darmawan.
Film ini diperankan oleh Chicco Kurniawan dan Ardhito Pramono yang masing-masing memerankan tokoh Oscar Darmawan dan William Sutanto. Mereka pendiri INDODAX yang tanpa diduga terlibat dalam kasus terorisme yang diprakarsai oleh seorang mantan militer bernama Arok. Arok meminta uang tebusan dalam bentuk Bitcoin melalui platform INDODAX dengan ancaman meledakkan 13 bom yang tersebar di Jakarta satu per satu jika permintaan tidak terpenuhi.
Film 13 Bom di Jakarta merupakan salah satu wujud nyata dari INDODAX untuk ikut mengembangkan industri kreatif melalui film. INDODAX sendiri rutin mengadakan festival film pendek setiap tahun untuk menggali potensi dan menjadi wadah bagi sineas muda berkreasi dengan maksimal. Festival film pendek ini dinamakan INDODAX Short Film Festival (ISFF).
ISFF sudah digelar sejak lima tahun lalu. Tahun ini adalah tahun keenam ISFF diselenggarakan.
Lihat Juga: Film ZANNA: Whisper of Volcano Isle Tayang 2 Januari 2025, Pilihan Seru untuk Libur Tahun Baru
(tsa)