Telan Biaya Pembangunan hingga Rp4,3 Triliun, Ini Penampakan Balai Kota Provinsi Nagasaki Jepang

Sabtu, 27 Januari 2024 - 03:30 WIB
loading...
Telan Biaya Pembangunan...
Gedung Balai Kota Nagasaki dibangun pada 2017 dan menelan anggaran 43 miliar yen atau setara Rp4,3 triliun. Foto/MPI/Widya Michella
A A A
NAGASAKI - Jepang merupakan salah satu negara maju yang mengembangkan sejumlah inovasi dan kreativitas luar biasa. Sehingga tak jarang gedung-gedung yang dibangun menggunakan arsitektur megah dan berkelas.

Misalnya arsitektur balai kota di Provinsi Nagasaki, Jepang. Tim MNC Portal berkesempatan untuk melihat kemegahan gedung delapan lantai itu secara langsung dalam program Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) Indonesia-Japan Young Journalists Exchange pada Kamis (25/1/2024) lalu.

"Ini selesai dibangun pada 2017 dan menelan anggaran 43 miliar yen atau setara Rp4,3 triliun," kata pemandu yang bekerja di Provinsi Nagasaki.



Terdapat meja informasi yang berada di lobi dan di sebelah kanan balai kota, yang menampilkan sejumlah produk unggulan dari masyarakat lokal Nagasaki. Seperti produk olahan laut, sake, kue Castella, hingga kerajinan tangan masyarakat lokal.

Kemudian Tim MNC Portal juga berkesempatan naik ke lantai 8 untuk menikmati view Kota Nagasaki dari atas. Selain itu, balai kota ini juga menyediakan akses publik seperti ruang rapat, toko, hingga perpustakaan.

Direktur Divisi Budaya, Pariwisata, dan Hubungan Internasional Provinsi Nagasaki Jepang Sakaguchi Ikuhiro mengatakan, majunya perkembangan provinsi ini sebagai bukti kebangkitan Nagasaki dari keterpurukan usai dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat pada 9 Agustus 1945.

"Nagasaki menjadi target bom atom karena dulunya memiliki pusat perakitan kapal militer terbesar di Jepang. Tapi setelah mengalami kekalahan pasca perang dunia kedua, Jepang tidak lagi memproduksi kapal militer melainkan mengembangkan kapal kargo untuk perdagangan," katanya.



Kemudian, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Nagasaki juga didukung dengan kondisi geografis Nagasaki yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Hokkaido. Sehingga industri pengolahan perikanan tetap bertahan dan dikembangkan hingga saat ini.

"Jadi malah perikanan makin dikembangkan, volume hasil penangkapan ikan makin meningkat," kata dia.

Selain itu, Sakaguchi mengatakan, provinsi ini juga memiliki sejumlah peninggalan sejarah. Hal itu bermula dari adanya interaksi Jepang dengan negara lain setelah dibuka menjadi jalur perdagangan internasional.

"Jadi gedung material peninggalan sejarah masih ada di Nagasaki sejak dulu dan itu berlangsung sejak dulu. Sehingga China Town yang dibentuk di Nagasaki masih tetap dipertahankan menjadi sumber daya pariwisata," terang dia.

Dengan demikian, masyarakat Nagasaki dikenal sebagai warga yang toleran terhadap orang asing.

"Sejak dulu sudah terbiasa warga lokal berinteraksi dengan warga negara asing. Justru itu yang menjadi sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan pariwisata sejarah," pungkas Sakaguchi.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)