Balas Perundungan dengan Balik Nge-bully Picu Anak Jadi Penjahat saat Dewasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perundungan saat ini tengah jadi sorotan menyusul terjadinya kasus tersebut di sebuah SMA di Serpong, Tangeran Selatan. Beberapa siswa di sekolah itu melakukan bully ke sesama siswa dan hal tersebut diduga sudah menjadi tradisi antargenerasi.
Kasus ini menyita perhatian banyak pihak, sampai-sampai spekulasi baru muncul.
Korban bully pada kasus SMA di Serpong dikabarkan adalah pelaku pelecehan seksual terhadap seorang murid perempuan. Karena adanya laporan tersebut, diduga para pelaku perundungan pun melakukan aksi 'tatar' ke korban.
Di sisi lain, saking heboh kasus ini, banyak pengguna media sosial yang melontarkan komentar keji pada anggota geng SMA di Serpong, yang mungkin saja itu tergolong dalam aksi bully verbal di dunia maya atau yang disebut cyberbullying.
Tak hanya melontarkan kalimat jahat, pengguna media sosial juga melakukan doxing pada setiap anggota geng bernama Geng Tai itu. Salah satu yang cukup heboh adalah anak Vincent Rompies dan Arief Suditomo.
Menjadi pertanyaan sekarang, apa yang akan terjadi jika seseorang melawan bully dengan nge-bully balik?
Laporan Kids Health yang di-review oleh Psikolog Leah Jennie Orchinik menjelaskan bahwa melawan tukang bully dengan mem-bully balik adalah pilihan yang sangat salah.
"Membalas perundungan dengan nge-bully balik akan memicu anak menjadi pribadi yang temperamental, berpotensi melakukan kekerasan seperti penjahat yang bisa melukai seseorang di masa depan," ungkap laporan tersebut, dikutip Kamis (22/2/2024).
Itu kenapa, rekomendasi terbaik melawan perundungan adalah menjauh dari situasi tersebut, melaporkan kejadian ke pihak bertanggung jawab, dan memastikan berada di lingkungan pergaulan yang sehat.
"Penting untuk para orang tua agar memberikan nasihat ke anak-anaknya bahwa tidak menanggapi perundungan dengan melawan atau membalas penindasan," tambah laporan tersebut.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah membantu korban bully untuk kembali percaya diri dan merasa diterima di lingkungannya.
Bukan sesuatu yang mudah memang, tapi berjalannya waktu si anak korban bully bisa kembali bersosialisasi dengan lingkungannya, asalkan dia berteman dengan seseorang yang memiliki pengaruh baik.
"Selain menjauhkan korban dari lingkungan 'tukang bully', dia juga coba untuk diajak ke klub olahraga baru atau terlibat dalam aktivitas yang dia sukai," ungkap laporan itu.
Sebagai orang tua pun harus 'standby' untuk menjadi rumah terbaik bagi anak yang merupakan korban bully. Orang tua harus siap mendengarkan segala keresahan atau cerita yang ingin dilontarkan anak.
Dengan kata lain, salah jika melawan bully dengan nge-bully balik. Pesan ini perlu ditanamkan oleh orang tua ke anak supaya perilaku bully tidak membudaya di lingkungan masyarakat.
Kasus ini menyita perhatian banyak pihak, sampai-sampai spekulasi baru muncul.
Korban bully pada kasus SMA di Serpong dikabarkan adalah pelaku pelecehan seksual terhadap seorang murid perempuan. Karena adanya laporan tersebut, diduga para pelaku perundungan pun melakukan aksi 'tatar' ke korban.
Di sisi lain, saking heboh kasus ini, banyak pengguna media sosial yang melontarkan komentar keji pada anggota geng SMA di Serpong, yang mungkin saja itu tergolong dalam aksi bully verbal di dunia maya atau yang disebut cyberbullying.
Tak hanya melontarkan kalimat jahat, pengguna media sosial juga melakukan doxing pada setiap anggota geng bernama Geng Tai itu. Salah satu yang cukup heboh adalah anak Vincent Rompies dan Arief Suditomo.
Menjadi pertanyaan sekarang, apa yang akan terjadi jika seseorang melawan bully dengan nge-bully balik?
Laporan Kids Health yang di-review oleh Psikolog Leah Jennie Orchinik menjelaskan bahwa melawan tukang bully dengan mem-bully balik adalah pilihan yang sangat salah.
"Membalas perundungan dengan nge-bully balik akan memicu anak menjadi pribadi yang temperamental, berpotensi melakukan kekerasan seperti penjahat yang bisa melukai seseorang di masa depan," ungkap laporan tersebut, dikutip Kamis (22/2/2024).
Itu kenapa, rekomendasi terbaik melawan perundungan adalah menjauh dari situasi tersebut, melaporkan kejadian ke pihak bertanggung jawab, dan memastikan berada di lingkungan pergaulan yang sehat.
"Penting untuk para orang tua agar memberikan nasihat ke anak-anaknya bahwa tidak menanggapi perundungan dengan melawan atau membalas penindasan," tambah laporan tersebut.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah membantu korban bully untuk kembali percaya diri dan merasa diterima di lingkungannya.
Bukan sesuatu yang mudah memang, tapi berjalannya waktu si anak korban bully bisa kembali bersosialisasi dengan lingkungannya, asalkan dia berteman dengan seseorang yang memiliki pengaruh baik.
"Selain menjauhkan korban dari lingkungan 'tukang bully', dia juga coba untuk diajak ke klub olahraga baru atau terlibat dalam aktivitas yang dia sukai," ungkap laporan itu.
Sebagai orang tua pun harus 'standby' untuk menjadi rumah terbaik bagi anak yang merupakan korban bully. Orang tua harus siap mendengarkan segala keresahan atau cerita yang ingin dilontarkan anak.
Dengan kata lain, salah jika melawan bully dengan nge-bully balik. Pesan ini perlu ditanamkan oleh orang tua ke anak supaya perilaku bully tidak membudaya di lingkungan masyarakat.
(tsa)