Menikmati Sensasi Pedas Asem-Asem Manuk Kuntul di Tepi Tambak

Rabu, 01 Agustus 2018 - 13:30 WIB
Menikmati Sensasi Pedas Asem-Asem Manuk Kuntul di Tepi Tambak
Menikmati Sensasi Pedas Asem-Asem Manuk Kuntul di Tepi Tambak
A A A
GRESIK - Gresik tidak hanya dikenal dengan wisata religi saja, namun juga dikenal dengan seribu kota dengan makanan khas. Satu diantaranya, asem-asem ‘manuk (burung) kuntul’.

Lokasinya, di tepian Kali Mireng, Desa Manyar Sidomukti, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur. Tepatmya, 3 kilometer dari gapuro masuk Manyar Kompleks. Masuk pintu gerbang, lurus saja hingga keluar desa menuju ke pangkalan perahu di Kali Mireng.

Nah, Manyar Kompleks itu ada tiga desa; Manyar Rejo, Manyar Sidimukti dan Manyar Sidorukun. Meski tiga desa, namun menjadi satu, makanya disebut Manyar Kompleks. Manyar berdekatan dengan Kawasan Industri Maspion (KIM).

Dipastikan jalannya tidak becek. Tidak hanya motor, mobil pun dapat melaju dengan nyaman. Karena jalan desa tersebut sudah dibangun dengan menggunakan dana desa. Warga menyepakai untuk membangun dengan komposisi paving stone.

Warungnya sederhana dengan ukuran 4 kali 4 meterpersegi. Di samping kanan dan kiri serta belakang, terdapat sebuah tambak. Di depannya, jalan dan hamparan memanjang Kali Mireng. Ada dua gubuk di tepi kali yang biasa di tempati pembeli.

“Asyik suasananya, ada perahu lewat. Anginnya juga semilir, enak,” kata Ali, seorang pengunjung.

Tak lama, Sholikah (43), pemilik warung membawa dua piring nasi putih. Cukup menggoda untuk segera disantap, karena sisi tepi piring dituangkan sambal terasi. Bersamaan itu, pemilik warung yang berwajah mirip Soimah, komedian yang juga pemandu kompetisi music salah satu telivisi, membawa dua mangkuk asem-asem manuk kuntul.

Semakin menggoda untuk segera disantap. Selain aromanya yang khas layaknya asem-asem, sajiannya dengan rempah yang dicincang, yaitu cabai dan daun bawang. Juga sembulan tulang sayap membuat perut makin terasa lapar. Apalagi, terlihat juga daging bagian dada.

“Enak. Ada pedesnya dan gurih dan asin. Cocok dan gak rugi, jauh-jauh ke sini!” gumam Bashori, kawan Ali yang juga ikut menikmati sajian tersebut.

Sekilas memang sederhana. Suasana lokasi warung di tepi Kali Mireng ditambah sensasi rasa asem-asemnya yang luar biasa. Apalagi, untuk mendapatkan manuk kuntul, pengakuan Sholikah, tidak mudah. Juga melalui perjuangan yang sulit dan mendebarkan.

“Saya membeli manuk kuntulnya dari para pemilik tambak. Biasanya, mereka menangkap dengan cara menyambit (memotong) senar layang-layang. Biasanya, itu dilakukan pada sore sampai petang,” ujar Sholikah.

Kuntul sendiri adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ardeidae. Burung ini berkaki panjang, berleher panjang, dan tersebar di seluruh dunia. Burung Cangak dan Kowak juga termasuk keluarga Kuntul. Dan, di Manyar burung itu berada di muara Kali Mireng.

Biasanya, manuk kuntul itu berangkat mencari makan saat pagi hari, selepas subuh. Kemudian kembali dari perantuan, saat sore menjelang petang. Saat itulah, banyak warga Manyar Kompleks yang bermain layang-layang untuk menangkap burung kuntul tersebut.

Itupun, cukup sulit dan hanya yang terbiasa yang bisa melakukannya. Cara menangkapnya adalah menghadang burung dengan senar atau benang yang sudah ditaburi serbuk kaca. Saat benang kena tubuh manuk kuntul, maka akan jatuh. Saat itulah, pemilik layang-layang menangkapnya.

“Saya beli dari warga yang man layang-layang. Satu manuk kuntul harganya Rp35.000,” ujar Sholikah.

Karena sulit menangkap manuk kuntul itulah, membuat Sholikah tidak setiap hari menjual menu asem-asem manuk kuntul. Hanya saja, saat musim kemarau, biasanya setiap hari ada saja yang berhasil menangkap. Beda dengan musim hujan, cukup sulit menangkap manuk kuntul dengan layang-layang karena kerap terjadi hujan.

“Awalnya saya hanya melayani warga Manyar yang kebetulan pulang atau berangkat ke tambak. Tetapi sekarang banyak yang datang dari luar desa,” aku warga Desa Roomo, Kecamatan Manyar tersebut.

Desa Roomo dengan Manyar Kompleks cukup jauh jaraknya, sekitar 8 kilometer. Sehingga, setiap hari Sholikah pulang pergi menempuh jarak 16 kilometer. Meski awalnya, menu asem-asem manuk kuntul hanya melayani warga sekitar, sekarang menjadi menu andalan. Pembelinya banyak orang luar desa, bahkan luar kabupaten.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5373 seconds (0.1#10.140)