Mengenal Kanker Kolon dan Rektum, Ini Cara Deteksi Dini serta Gejalanya
loading...
A
A
A
MEDAN - Kanker kolon dan rektum mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat umum. Kanker jenis ini merupakan kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) bagian bawah yang terhubung ke rektum (anus).
Dokter Yossi Andila, M,Ked(Surg), SpB,Supsp, BD(K) mengatakan, deteksi dini yang paling mudah untuk kanker ini adalah dengan mencolok dubur. Kemudian, pemeriksaan feses atau tinja.
"Gejala kanker kolorektal tergantung pada ukuran dan lokasinya. Sebagian gejala umum yang dialami yaitu perubahan pada kebiasaan buang air besar, perubahan konsistensi tinja. Adanya darah dalam tinja dan perut yang terasa selalu tidak nyaman dalam kurun waktu minimal 6 minggu terus-menerus," beber dr Yossi Andila di Medan belum lama ini.
Menurut dr Yossi, faktor risiko yang dapat diubah yaitu melalui konsumsi daging merah dan daging olahan. Diet tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik hingga konsumsi rokok/paparan asap rokok sekaligus konsumsi alkohol, juga menjadi penyebab utama timbulnya kanker kolorektal.
Dokter Yossi menambahkan, pemeriksaan feses merupakan cara umum yang bisa dilakukan, yang meliputi beberapa pemeriksaan. Di antaranya pemeriksaan FIT atau FIT-DNA. Metode satu ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa pemeriksaan guna mendeteksi adanya perubahan DNA pada feses yang tidak bisa dilihat hanya dengan menggunakan mikroskop.
Lalu, pemeriksaan darah samar atau fecal occult blood test (FOBT).
"Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan darah yang terdapat pada feses," terang dokter yang berpraktik di Siloam Hospital Dhirga Surya Medan itu.
Pemeriksaan ini terbagi dalam dua jenis. Yaitu fetal immunochemical test (FIT), yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan mencampurkan feses dengan cairan khusus ke dalam mesin yang mengandung antibodi guna memeriksa adanya kandungan darah pada feses. Serta guaiac FOBT, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan menempatkan feses pada kartu khusus yang diberi bahan kimia. Jika feses positif mengandung darah, kartu akan berubah warna.
Pemeriksaan kolonoscopi merupakan gold standard utk mendiagnosis kanker kolorektal. Ini merupakan pemeriksaan yang hampir mirip dengan sigmoidoskopi, tetapi menggunakan selang yang lebih panjang mencapai keseluruhan bagian usus besar.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui stadium kanker dan letak kanker yang sesungguhnya. Selain beberapa metode tersebut, terdapat cara lain yang dilakukan, yaitu pemeriksaan kadar CEA dalam darah.
Tes ini akan menunjukkan kadar CEA dalam darah pengidap kanker. Jika kadar CEA tinggi, maka peserta positif mengidap kanker kolorektal.
Untuk mengantisipasi adanya penyakit lain yang berbahaya, tes darah secara lengkap juga diperlukan. Tes darah lengkap akan meliputi perhitungan jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit, serta hemoglobin.
Dokter Yossi Andila, M,Ked(Surg), SpB,Supsp, BD(K) mengatakan, deteksi dini yang paling mudah untuk kanker ini adalah dengan mencolok dubur. Kemudian, pemeriksaan feses atau tinja.
"Gejala kanker kolorektal tergantung pada ukuran dan lokasinya. Sebagian gejala umum yang dialami yaitu perubahan pada kebiasaan buang air besar, perubahan konsistensi tinja. Adanya darah dalam tinja dan perut yang terasa selalu tidak nyaman dalam kurun waktu minimal 6 minggu terus-menerus," beber dr Yossi Andila di Medan belum lama ini.
Menurut dr Yossi, faktor risiko yang dapat diubah yaitu melalui konsumsi daging merah dan daging olahan. Diet tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik hingga konsumsi rokok/paparan asap rokok sekaligus konsumsi alkohol, juga menjadi penyebab utama timbulnya kanker kolorektal.
Dokter Yossi menambahkan, pemeriksaan feses merupakan cara umum yang bisa dilakukan, yang meliputi beberapa pemeriksaan. Di antaranya pemeriksaan FIT atau FIT-DNA. Metode satu ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa pemeriksaan guna mendeteksi adanya perubahan DNA pada feses yang tidak bisa dilihat hanya dengan menggunakan mikroskop.
Lalu, pemeriksaan darah samar atau fecal occult blood test (FOBT).
"Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan darah yang terdapat pada feses," terang dokter yang berpraktik di Siloam Hospital Dhirga Surya Medan itu.
Pemeriksaan ini terbagi dalam dua jenis. Yaitu fetal immunochemical test (FIT), yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan mencampurkan feses dengan cairan khusus ke dalam mesin yang mengandung antibodi guna memeriksa adanya kandungan darah pada feses. Serta guaiac FOBT, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan menempatkan feses pada kartu khusus yang diberi bahan kimia. Jika feses positif mengandung darah, kartu akan berubah warna.
Pemeriksaan kolonoscopi merupakan gold standard utk mendiagnosis kanker kolorektal. Ini merupakan pemeriksaan yang hampir mirip dengan sigmoidoskopi, tetapi menggunakan selang yang lebih panjang mencapai keseluruhan bagian usus besar.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui stadium kanker dan letak kanker yang sesungguhnya. Selain beberapa metode tersebut, terdapat cara lain yang dilakukan, yaitu pemeriksaan kadar CEA dalam darah.
Tes ini akan menunjukkan kadar CEA dalam darah pengidap kanker. Jika kadar CEA tinggi, maka peserta positif mengidap kanker kolorektal.
Untuk mengantisipasi adanya penyakit lain yang berbahaya, tes darah secara lengkap juga diperlukan. Tes darah lengkap akan meliputi perhitungan jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit, serta hemoglobin.
(tsa)