Penjelasan Ending Exhuma, Film Korea Terlaris di Indonesia
loading...
A
A
A
Ayahnya sakit parah, ibunya jadi alkoholik, sementara anaknya yang baru lahir menderita sakit yang tak terdeteksi. Sebelumnya, kakaknya juga bunuh diri.
Karena berbagai kesialan tersebut, ia lantas menyewa jasa Hwa-rim, terutama untuk menyembuhkan bayinya. Dari sinilah Hwa-rim mengetahui bahwa nenek moyang Ji-yong ternyata melakukan "panggilan kubur".
Ini dilakukan leluhur Ji-yong karena permintaannya agar kuburannya dipindah tidak diindahkan selama bertahun-tahun. Sang leluhur merasa tanah tempatnya dimakamkan penuh kutukan dan kesialan, karena itulah ia meneror keturunannya agar permintaannya itu dituruti.
Menyadari hal itu, Hwa-rim menyarankan pemindahan kuburan sang nenek moyang yang ada di Korea Selatan. Ji-yong menyetujui permintaan Hwa-rim, tapi ia meminta jasad leluhurnya itu langsung dikremasi saja tanpa dibuka petinya.
![Penjelasan Ending Exhuma, Film Korea Terlaris di Indonesia]()
Foto: Showbox
Rupanya, nenek moyang Ji-yong dikubur di lokasi perbukitan yang terpencil, dan hanya ada makamnya di sana. Makam itu juga tak diberi nama, dengan alasan menghindari pencurian.
Saat kuburan digali, ternyata peti mati sang leluhur memiliki motif atau hiasan yang identik dengan keluarga kerajaan. Dari sini, diketahui bahwa dulunya leluhur Ji-yong adalah orang berpengaruh, tapi dia merapat pada penjajah Jepang alias jadi pengkhianat negara. Fakta inilah yang ingin ditutupi oleh keluarga Park Ji-yong.
Setelah mati, atas saran biksu bernama Gisune, ia dimakamkan di perbukitan itu, yang sebenarnya adalah tanah yang tak bagus menurut ahli Feng Shui Kim Sang-deok.
![Penjelasan Ending Exhuma, Film Korea Terlaris di Indonesia]()
Foto: Showbox
Setelah leluhur Ji-yong berhasil dikremasi, muncul masalah baru. Ternyata ada peti mati kedua di lubang kubur yang sama dengan leluhur Ji-yong. Lebih aneh lagi, makamnya dikubur secara vertikal dan diikat dengan rantai.
Karena berbagai kesialan tersebut, ia lantas menyewa jasa Hwa-rim, terutama untuk menyembuhkan bayinya. Dari sinilah Hwa-rim mengetahui bahwa nenek moyang Ji-yong ternyata melakukan "panggilan kubur".
Ini dilakukan leluhur Ji-yong karena permintaannya agar kuburannya dipindah tidak diindahkan selama bertahun-tahun. Sang leluhur merasa tanah tempatnya dimakamkan penuh kutukan dan kesialan, karena itulah ia meneror keturunannya agar permintaannya itu dituruti.
Menyadari hal itu, Hwa-rim menyarankan pemindahan kuburan sang nenek moyang yang ada di Korea Selatan. Ji-yong menyetujui permintaan Hwa-rim, tapi ia meminta jasad leluhurnya itu langsung dikremasi saja tanpa dibuka petinya.
2. Status Nenek Moyang Park Ji-yong

Foto: Showbox
Rupanya, nenek moyang Ji-yong dikubur di lokasi perbukitan yang terpencil, dan hanya ada makamnya di sana. Makam itu juga tak diberi nama, dengan alasan menghindari pencurian.
Saat kuburan digali, ternyata peti mati sang leluhur memiliki motif atau hiasan yang identik dengan keluarga kerajaan. Dari sini, diketahui bahwa dulunya leluhur Ji-yong adalah orang berpengaruh, tapi dia merapat pada penjajah Jepang alias jadi pengkhianat negara. Fakta inilah yang ingin ditutupi oleh keluarga Park Ji-yong.
Setelah mati, atas saran biksu bernama Gisune, ia dimakamkan di perbukitan itu, yang sebenarnya adalah tanah yang tak bagus menurut ahli Feng Shui Kim Sang-deok.
3. Identitas Jasad di Peti Kedua

Foto: Showbox
Setelah leluhur Ji-yong berhasil dikremasi, muncul masalah baru. Ternyata ada peti mati kedua di lubang kubur yang sama dengan leluhur Ji-yong. Lebih aneh lagi, makamnya dikubur secara vertikal dan diikat dengan rantai.
Lihat Juga :