Penyebab Angka Perceraian Meningkat, Gegara Pendapatan Suami Kecil

Kamis, 07 Maret 2024 - 23:09 WIB
loading...
Penyebab Angka Perceraian Meningkat, Gegara Pendapatan Suami Kecil
Angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan. Salah satunya karena pendapatan suami kecil. Foto/ verywellmind
A A A
JAKARTA - Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan.

Hal ini berkaitan dengan angka pernikahan dan angka Total Fertility Rate (TFR) atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan wanita ikut menurun.



Dr. Hasto mengungkap bahwa berdasarkan data yang dia peroleh, salah satu faktor yang menyebabkan perceraian meningkat salah satunya yaitu perbedaan pendapat yang kecil, tapi kronis.

“Jadi ada datanya perceraian itu sebab utamanya apa. Mayoritas ya sebab utama perceraiannya adalah perbedaan pendapat suami istri yang kecil-kecil, tapi kronis ya,” kata dr. Hasto saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (7/3/2024).

Dia menjelaskan arti dari kronis itu karena hal tersebut terjadi secara terus menerus hingga membuat pasangan suami istri menjadi tidak satu tujuan dan memutuskan untuk berpisah. Berangkat dari hal yang kecil, ternyata bisa menimbulkan perpecahan yang besar.

Baginya perdebatan kecil yang kronis terjadi karena kedua belah pihak kurang dewasa, sehingga tidak bisa memaklumi satu sama lain. Tak cuma itu, imbas dari ketidakdewasaan itu juga membuat egoisme dalam diri menjadi meningkat.

Terlebih adanya pengaruh internet yang pesat membuat setiap pasangan menjadi hidup di dunianya masing-masing.

“Jadi dengan era internet of thing, kemudian cenderung hidup di alamnya sendiri misalnya begitu ya. Ketika egoismenya itu meningkat maka kemudian kurang mampu memaklumi orang lain, ini satu kenyataan ya,” ujar dr. Hasto.



Tak cuma itu, ia pun membeberkan alasan lain yang membuat meningkatnya angka perceraian di Indonesia, salah satunya berkaitan dengan meningkatnya orang yang terkena mental emotional disorder dan orang yang toxic. Sikap dari kelompok orang yang toxic bisa mempengaruhi kualitas hubungan, sehingga pasangan nya pun menjadi tidak betah dan hubungan tidak bertahan lama.

“Kemudian tadi rupanya banyak orang toxic yang kemudian ketika nikah, orang toxic itu menjadi orang yang paling menyebalkan ya. Orang toxic itu kan menyebalkan pasti pasangannya juga enggak betah dan enggak tahan lama,” ucap dia lagi.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2055 seconds (0.1#10.140)