Penggunaan CT Scan Tingkatkan Risiko Tumor Otak pada Anak

Rabu, 10 Oktober 2018 - 13:30 WIB
Penggunaan CT Scan Tingkatkan Risiko Tumor Otak pada Anak
Penggunaan CT Scan Tingkatkan Risiko Tumor Otak pada Anak
A A A
JAKARTA - Sebuah penelitian menemukan, computed tomography (CT) scan yang biasa digunakan dalam dunia kesehatan ternyata bisa meningkatkan risiko tumor otak. Selama dua dekade terakhir, penggunaan CT scan telah meningkat secara dramatis. CT scan dipercaya dapat meningkatkan hasil diagnostik medis hingga meningkatkan hasil klinis.

Dilansir dari Zeenews, efek samping dari dosis radiasi yang tinggi lebih berisiko mempengaruhi anak-anak yang rentan terhadap ganasnya radiasi dibandingkan orang dewasa. Risiko yang paling umum disebabkan oleh radioaktivitas pada anak-anak dan orang dewasa muda adalah leukemia dan tumor otak. Peneliti dari Netherlands Canver Institute mengevaluasi kasus leukemia dan tumor otak akibat paparan radiasi CT scan pada masa anak-anak.

Peneliti melibatkan 168.394 responden anak-anak di Belanda yang menerima satu atau lebih CT scan antara tahun 1979 dan 2012. Selanjutnya, peneliti mensurvei semua departemen radiologi yang berbasis di rumah sakit Belanda untuk memastikan kelayakan dan responden. Di Belanda, pediatrik CT scan hanya dilakukan di rumah sakit.

Hasilnya ditemukan bahwa kasus kanker secara keseluruhan adalah 1,5 kali lebih tinggi dari yang diperkirakan. Risiko relatif meningkat menjadi dua atau empat kali lebih tinggi untuk anak-anak yang sering terpaparan radiasi CT scan. Namun, peneliti tidak menemukan hubungan antara CT scan dengan leukemia. Dosis radiasi ke sumsum tulang, di mana leukemia berasal ditemukan sangat rendah. Sementara, CT scan kadang-kadang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi yang terkait dengan peningkatan risiko tumor.

"Studi epidemiologi tentang risiko kanker dari radiasi medis dosis rendah menantang. Evaluasi kami yang hati-hati terhadap data dan bukti dari penelitian lain menunjukkan bahwa paparan radiasi terkait CT meningkatkan risiko tumor otak," kata peneliti utama penelitian, Michael Hauptmann dari Netherlands Cancer Institute.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7518 seconds (0.1#10.140)