Ramadhan, Ibu-ibu di Serbia Lomba Masak Indomie
loading...
A
A
A
Banyak Muslim Serbia yang terusir kemudian menetap di Bosnia dan Sandzak yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Beberapa orang bermigrasi ke Anatolia, wilayah Bosnia. Itu sebabnya rakyat Bosnia Herzegovina kini mayoritas memeluk Islam.
Puasa di Beograd
Lantas bagaimana rasanya melaksanakan ibadah puasa di kota Beograd? Durasi ibadah menahan hawa nafsu di kota bersuhu rata-rata 16 derajat Celcius, lebih panjang dari Indonesia. Azan subuh berkumandang pukul 3.38 waktu setempat, waktu solat magrib jatuh pada pukul 19.39.
Biasanya, sebelum wabah covid 19 menyerang, KBRI rutin menggelar buka bersama dan salat tarawih seminggu sekali di akhir pekan. Tapi tahun lalu tidak diselenggarakan salat tarawih. Sebab, saat itu memasuki musim panas. Pada musim panas matahari tenggelam semakin malam. “Salat isya dan tarawih dilakukan di rumah masing-masing, soalnya bisa jam 12 malam baru selesai,” cerita Aty lagi.
Tahun ini buka bersama tetap digelar, namun secara virtual. Menu buka puasanya, masakan di rumah masing-masing. “Setelah itu kami bersapa ria melalui zoom.”
Di bulan Ramadan, WNI juga aktif melakukan pengajian bersama. Seperti halnya lomba masak, pembacaan ayat suci bersama juga dilakukan secara maya. “Sebenarnya ini kegiatan rutin, tapi baru intensif saat Ramadan tiba,” tutur ibu tiga anak itu.
Pengajian itu dipimpin bergantian oleh seorang ustazah berstatus mahasiswi alumni sebuah pesantren di tanah air. “Kadang-kadang bergantian dengan seorang ibu yang mengajinya sudah fasih,” kata dia.
Puasa di Beograd
Lantas bagaimana rasanya melaksanakan ibadah puasa di kota Beograd? Durasi ibadah menahan hawa nafsu di kota bersuhu rata-rata 16 derajat Celcius, lebih panjang dari Indonesia. Azan subuh berkumandang pukul 3.38 waktu setempat, waktu solat magrib jatuh pada pukul 19.39.
Biasanya, sebelum wabah covid 19 menyerang, KBRI rutin menggelar buka bersama dan salat tarawih seminggu sekali di akhir pekan. Tapi tahun lalu tidak diselenggarakan salat tarawih. Sebab, saat itu memasuki musim panas. Pada musim panas matahari tenggelam semakin malam. “Salat isya dan tarawih dilakukan di rumah masing-masing, soalnya bisa jam 12 malam baru selesai,” cerita Aty lagi.
Tahun ini buka bersama tetap digelar, namun secara virtual. Menu buka puasanya, masakan di rumah masing-masing. “Setelah itu kami bersapa ria melalui zoom.”
Di bulan Ramadan, WNI juga aktif melakukan pengajian bersama. Seperti halnya lomba masak, pembacaan ayat suci bersama juga dilakukan secara maya. “Sebenarnya ini kegiatan rutin, tapi baru intensif saat Ramadan tiba,” tutur ibu tiga anak itu.
Pengajian itu dipimpin bergantian oleh seorang ustazah berstatus mahasiswi alumni sebuah pesantren di tanah air. “Kadang-kadang bergantian dengan seorang ibu yang mengajinya sudah fasih,” kata dia.
(nth)