Efek Tak Berolahraga Lebih Buruk dari Merokok dan Diabetes

Senin, 19 November 2018 - 13:29 WIB
Efek Tak Berolahraga Lebih Buruk dari Merokok dan Diabetes
Efek Tak Berolahraga Lebih Buruk dari Merokok dan Diabetes
A A A
ATALANTA - Penelitian terbaru menemukan bahwa gaya hidup yang tidak aktif lebih buruk bagi kesehatan dari merokok, diabetes dan penyakit jantung.

Dr Wael Jaber, ahli jantung di Cleveland Clinic dan penulis senior penelitian tersebut menyebutkan hasil penelitiannya itu sangat mengejutkan.

"Menjadi tidak sehat di treadmill atau dalam tes latihan stres memiliki prognosis yang lebih buruk, sejauh kematian, daripada menjadi hipertensi, menjadi diabetes atau menjadi perokok saat ini," kata Jaber seperti dilansir CNN.

Peneliti secara retrospektif mempelajari 122.007 pasien yang menjalani tes treadmill di Cleveland Clinic antara 1 Januari 1991 dan 31 Desember 2014 untuk mengukur semua penyebab kematian yang berkaitan dengan manfaat olahraga dan kebugaran. Pasien dengan tingkat latihan terendah menyumbang 12% dari peserta.

"Penyakit kardiovaskular dan diabetes adalah penyakit paling mahal di Amerika Serikat. Kami menghabiskan lebih dari USD200 miliar per tahun untuk mengobati penyakit ini dan komplikasinya. Daripada membayar jumlah besar untuk pengobatan penyakit, kita harus mendorong pasien dan masyarakat kita untuk menjadi aktif dan berolahraga setiap hari," jelas Dr. Jordan Metzl, tabib kedokteran olahraga di Rumah Sakit untuk Bedah Khusus dan penulis buku The Exercise Cure.

Manfaat olahraga terlihat di semua usia baik pria atau wanita. Meski demikian, penelitian menunjukkan bahwa manfaat lebih banyak didapat pada wanita. Sementara, risikonya menjadi lebih mengejutkan ketika membandingkan dengan mereka yang tidak banyak berolahraga.

"Mungkin sedikit lebih menonjol pada wanita. Apakah Anda berusia 40-an atau 80-an, Anda akan mendapat manfaat dengan cara yang sama. Kita semua tahu bahwa gaya hidup yang tidak aktif atau tidak layak memiliki beberapa risiko. Bahkan faktor risiko sekuat merokok, diabetes atau bahkan penyakit stadium akhir," jelasnya.

"Membandingkan orang-orang dengan gaya hidup yang tidak aktif dengan mereka yang rajin berolahraga, risiko yang terkait dengan kematian adalah 500% lebih tinggi. Jika Anda membandingkan risiko duduk versus kinerja tertinggi pada tes latihan, risikonya sekitar tiga kali lebih tinggi daripada merokok," tambahnya.

Sedangkan dibandingkan seseorang yang tidak banyak berolahraga dengan yang berolahraga secara teratur, menunjukkan risiko 390% lebih tinggi. Untuk pasien, terutama mereka yang menjalani gaya hidup sedentari, Jaber menyarankan untuk meminta panduan dari dokter untuk berolahraga. "Tidak ada batasan usia yang tidak mendapat manfaat dari fit secara fisik," tandasnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5067 seconds (0.1#10.140)