Cassandra, Bukti Bahwa Tak Harus Sempurna untuk Jadi Bintang

Sabtu, 24 November 2018 - 12:10 WIB
Cassandra, Bukti Bahwa Tak Harus Sempurna untuk Jadi Bintang
Cassandra, Bukti Bahwa Tak Harus Sempurna untuk Jadi Bintang
A A A
OTTAWA - Tak pernah tebersit di benak Cassandra Naud, bahwa dia bisa menjalani profesi impiannya: penari profesional. Kekurangan fisik berupa tompel berbulu di bawah mata kanannya sempat meredupkan ambisinya.

Namun, dia dengan tegas menolak melakukan operasi plastik untuk menghilangkan kekurangan itu, meski membuatnya diejek, bahkan dirisak.

Sebab, tanda lahir itu menjadi bagian dari keunikan kepribadiannya. Dia juga mengaku tetap percaya diri dan tidak merasa malu. Wanita berusia 22 tahun tersebut meraih sukses setelah melalui berbagai tekanan sosial sejak kecil. Agen yang memilihnya bahkan meminta untuk menghapus tompelnya di dalam foto dengan program Photo shop.

Temanteman sekolahnya juga sering meledeknya karena dia berbeda dari kebanyakan anak-anak. Orang tua Cassandra menyadari tompel itu sejak dia lahir. Mereka secara finansial juga mampu membayar dokter ahli untuk melakukan operasi.

Namun, mereka mencintai Cassandra apa adanya dan khawatir tindakan medis justru akan meninggalkan bekas luka. Atas alasan tersebut, mereka menolak operasi. Cassandra mengaku senang dengan keputusan orang tuanya. “Tanda lahir ini tumbuh di atas beberapa lapis kulit, operasi plastik merupakan satu-satunya solusi untuk menghilangkannya.

“Dokter memberikan pilihan kepada orang tua saya beserta risikonya atau saya akan memiliki mata yang tidak sempurna,” katanya. Seperti dilansir Dailymail.co.uk, meski memiliki tompel lebar, karier Cassandra sebagai penari tetap cerah. Dia mampu meliuk-liukkan tubuhnya sambil tersenyum manis.

Cassandra mengaku banyak orang yang penasaran dengan tanda lahir itu dan dia tidak merasa malu untuk menjawabnya karena ini adalah anugerah. “Sejujurnya saya tidak peduli dan tetap percaya diri. Saya tahu beberapa orang menaruh simpati terhadap saya, tapi saya baik-baik saja,” kata Cassandra.

“Se waktu kecil cemoohan teman-teman selalu membuat saya sakit hati dan menangis. Tapi, setelah dewasa, saya menjadi terbiasa dan tidak bersedih hati lagi.” Cassandra sempat tidak kuat memikul stres dan frustrasi.

Dia mencurahkan kesedihannya kepada ibunya dan meminta untuk melakukan operasi. Namun, setelah mendengar segala risiko yang akan ditanggungnya, dia kembali mundur. Dia lalu mengikuti studi tari di Akademi Drama dan Musik Amerika di AS.

Dengan pengalaman itu, Cassandra berpesan kepada seluruh perempuan dan lakilaki yang memiliki kekurangan fisik untuk mencintai diri mereka. “Kita harus menghargai kepribadian kita masingmasing. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan.

Janganlah kalian cemas, semuanya baik-baik saja,” katanya. Tak berbeda jauh dengan Cassandra, Winnie Harlow juga berhasil menjadi super model, sekalipun menderita penyakit kulit vitiligo sejak lahir. Viti logo terjadi saat pigmen kulit tidak mampu memproduksi melanin sehingga meninggalkan warna putih diarea terdampak.

Penyakit ini menjalar disebagian tubuh Winnie. Dia juga menjalani masa kecil yang sangat sulit. Setiap kali ke sekolah, dia selalu diejek teman-temannya dengan sebutan “sapi”, “kuda zebra”, dan sebagainya.

Dia akhirnya sering berpindah-pindah sekolah dan cemoohan itu selalu mengikutinya kemana pun dia pergi. Akibatnya, dia sempat ingin bunuh diri. Dengan kekurangannya itu, dia meneguhkan diri dan mengejar cita-cita menjadi model.

Kini Winnie menjadi salah satu model tersohor dan sering tampil di acara peragaan busana tingkat internasional. Dia bahkan merebut berbagai penghargaan bergengsi seperti Gala Spa Award 2015 dan Portuguese GQ. Model asal London, Moffy Gathorne Hardy, yang lahir dengan mata juling juga tidak putus asa mengejar cita-citanya itu.

Alumni Jurusan Sastra Prancis UCL itu tetap percaya diri. “Saya kira kita dapat mengasimilasikan segalanya sebagai bagian dari identitas, tak terkecuali ke kurangan fisik, terutama yang dibawa sejak lahir,”ujarnya.

Pemain snowboard untuk paralympic, Brenna Huckaby, juga tidak kehilangan peluang menjadi model, meski kakinya di amputasi. Perempuan berusia 22 tahun itu menjadi model pakaian dalam, SpotsIllustrated. Dia mengaku bangga dengan capaian tersebut, terutama dengan banyaknya dukungan dari para perempuan disabilitas.

“Responsnya sungguh luar biasa positif dan sangat memotivasi. Hal itu sesuai dengan apa yang saya harap kan,” ujar Brenna, dilansir cosmopolitan.com. “Sebelum sesi foto, saya berdoa semoga da pat melakukannya dengan sebaik mungkin.

Saya ingin merepresentasikan perempuan disabilitas secara benar.” Pada 2010 Brenna didiagnosis mengalami osteosar coma atau kanker tulang. Dengan kondisi yang rumit, dia terpaksa mengamputasi kaki kanannya sesuai saran dokter.

Sejak saat itu, sebagai seorang ibu serta atlet di Amerika Serikat (AS), dia harus berjuang untuk dapat mempertahankan kepercayaan diri dan citra. Madelina Stuart juga mengalami tekanan serupa untuk dapat mengejar cita-citanya menjadi seorang model.

Dengan penyakit down syndrome, dia diduga sebagian orang tidak akan mampu berjalan lenggaklenggok di atas catwalk. Namun, Madelina menepis semua keraguan itu dan menjadi model terkenal.

“Kalimat pertama yang saya keluarkan ialah, ‘Ibu lihat, saya telah menjadi model’,” kata Madelina, dikutip Vogue.com . Kesuksesan itu tidak hanya berasal dari perjuangan dan optimisme Madelina, tapi juga dukungan dan kata-kata bijak dari ibunya. Dia diminta untuk tetap semangat, kendati berbeda dari yang lain.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4095 seconds (0.1#10.140)