Review Film Spider-Man: Into the Spider-Verse

Jum'at, 14 Desember 2018 - 14:01 WIB
Review Film Spider-Man: Into the Spider-Verse
Review Film Spider-Man: Into the Spider-Verse
A A A
JAKARTA - Jika Anda sedang penat dan ingin mencari hiburan dengan menonton pada akhir pekan ini, banyak pilihan yang tersedia. Namun, jika Anda menginginkan tontonan spesifik yang bisa membuat Anda tertawa lepas, maka, Spider-Man: Into the Spider-Verse adalah film yang cocok untuk Anda.

Berformat animasi, film ini bakal membuat penontonnya tertawa terbahak-bahak dan menikmati tontonan komik yang dibikin hidup di atas layar bioskop. Penasaran, kan?

Spider-Man: Into the Spider-Verse sejatinya adalah usaha Sony Pictures untuk mengembangkan semesta Marvel mereka dengan Spider-Man menyusul kesuksesan reboot Spider-Man mereka, Homecoming, bersama Marvel Studios. Nah, di film animasi ini, Sony mulai memperkenalkan Spider-Man mereka yang mungkin akan dikembangkan menjadi film live action nantinya.

Di Spider-Man: Into the Spider-Verse, Anda akan dikenalkan sosok lain yang juga memakai topeng Spider-Man, yaitu Miles Morales. Berusia 15 tahun, Miles adalah anak seorang polisi keturunan Afro-Amerika dengan ibunya adalah keturunan Hispanik. Miles berasal dari Brooklyn, New York.

Pada masa itu, Spider-Man adalah Peter Parker yang berambut pirang, bukan berambut hitam seperti yang kita saksikan di Marvel Cinematic Universe (MCU) atau pun versi Sam Raimi. Sebagai polisi, ayah Miles tidak suka dengan Spider-Man yang dinilainya memiliki cara kerja yang berbeda dengan polisi. Di sisi lain, Miles dekat dengan pamannya, Aaron.

Suatu hari, Miles diajak Aaron ke sebuah tempat di mana dia bisa menyalurkan bakatnya, yaitu melukis mural. Di tempat yang terletak di kawasan rel kereta bawah tanah tersebut, Miles disengat laba-laba yang sudah terkena radiasi. Namun, dia tidak menggubrisnya.

Keanehan kemudian terjadi setelah sengatan tersebut. Jari Miles bisa menempel erat di dinding dan dia kesulitan melepaskannya. Indra perasannya pun berubah menjadi lebih sensitif. Dia pun berusaha mencari jawaban atas keanehan pada dirinya tersebut. Pencariannya ini membuatnya bertemu Spider-Man versi Peter Parker pirang. Spider-Man sedang bertarung melawan Green Goblin yang merupakan suruhan Kingpin alias Wilson Fisk, penjahat berbadan besar yang tak punya belas kasih.

Kingpin berusaha membuka portal dimensi lain untuk mengembalikan istri dan anaknya yang tewas kecelakaan. Spider-Man berusaha menghentikannya, tapi gagal. Portal terbuka. Akibatnya, Spider-Man dari dimensi lain muncul di masa Miles Morales berada. Miles pun menyadari kalau dia kini punya kemampuan yang sama dengan Spider-Man alias menjadi Spider-Man baru.

Miles pun bertemu Peter Parker dari dimensi lain, yaitu Peter Parker berambut hitam atau versi yang kita lihat di MCU atau versi Sam Raimi. Peter yang inilah yang kemudian berusaha mengajari Miles bagaimana cara menjadi Spider-Man. Selain Spider-Man versi Peter Parker berambut hitam, portal itu juga mendatangkan Spider-Man, lain yaitu Spider-Man Noir atau versi hitam putih, Spider-Woman (Gwen Stacy), Spider-Ham dan Spider-Girl (Penny Parker) yang berbentuk anime. Mereka harus bersatu untuk bisa menghentikan Kingpin yang dibantu Doc Ock yang ingin membuka portal dimensi lain.

Spider-Man: Into the Spider-Verse menawarkan cakrawala baru untuk mengenal lebih dalam Spider-Man dan dunianya. Menurut komik, topeng Spider-Man telah dipakai banyak orang dan Peter Parker hanyalah satu di antaranya. Di film ini, orang yang tidak membaca komik tapi suka Spider-Man bakal diajak untuk berkenalan dengan dunia si manusia laba-laba.

Yang menarik, selama 117 menit, Anda akan diajak nonton komik. Ya, film animasi ini memiliki grafis bak komik. Bahkan, ketika tokohnya bicara dalam hati, akan ada kotak dialog dengan tulisan ber-font khas komik di dalamnya. Selain itu, potongan-potongan adegan yang tak bergerak pun sangat mirip dengan gambar dari komik. Selain itu, mereka membiarkan gambar-gambar animasi ini sesuai aslinya. Mereka tidak mengubah Penny Parker menjadi versi komik mereka dan tetap menajdi sosok anime. Spider-Man Noir pun tetap berwarna hitam putih dan Spider-Ham tetap memiliki nuansa khas kartun. Sutradara Bob Persichetti, Peter Ramsey dan Rodney Rothman berhasil meramu film ini menjadi sangat menarik. Secara keseluruhan, film ini super fun!

Tak hanya memberikan aksi superhero ala film live action, Anda pun akan dibuat terpingkal-pingkal dengan aksi para superhero ini. Dialog-dialog ringan, menyentil bahkan menyentuh akan membuat Anda tidak ingin mengalihkan pandangan Anda dari layar bioskop selama menyaksikannya. Film ini juga tidak meninggalkan sisi humanis. Ada sejumlah adegan emosional terjadi pada diri Miles setelah menyadari bahwa dia adalah seorang Spider-Man tapi tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk membuktikan dirinya. Dan, jangan beranjak setelah film ini selesai! Ada adegan pascakredit yang menarik menanti Anda di sana!

Spider-Man: Into the Spider-Verse dibintangi Shameik Moore (Miles Morales), Jake Johnson (Peter Parker/Spider-Man versi rambut hitam), Hailee Steinfeld (Gwen Stacy), Mahershala Ali (Aaron Davis/Prowler, paman Miles), Brian Tyree Henry (Jefferson Davis-Morales, ayah Miles), Lily Tomlin (Bibi May), Luna Lauren Velez (ibu Miles), John Mulaney (Peter Porker/Spider-Ham), dan Kimiko Glenn (Penny Parker). Selain itu, film ini juga menampilkan Nicolas Cage sebagai pengisi suara Spider-Man Noir, Liev Schreiber sebagai Wilson Fisk/Kingpin dan Chris Pine sebagai Spider-Man/Peter Parker berambut pirang dari dunia Miles Morales. Mary Jane Watson disuarakan Zoe Kravitz.

Spider-Man: Into the Spider-Verse sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda mulai Jumat (14/12/2018). Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7050 seconds (0.1#10.140)