Bali: Beats of Paradise Panen Pujian saat Diputar di Korea

Selasa, 29 Januari 2019 - 05:32 WIB
Bali: Beats of Paradise Panen Pujian saat Diputar di Korea
Bali: Beats of Paradise Panen Pujian saat Diputar di Korea
A A A
SEOUL - "Bali: Beats of Paradise", film karya sineas Indonesia yang berkarier di Hollywood, Livi Zheng kembali memukau perhatian ketika kali pertama diputar di Observatorium Seoul Sky, bangunan tertinggi di Korea Selatan, pada akhir pekan lalu.

Bali: Beats of Paradise menjadi sensasi tersendiri bagi pengunjung Sky Deck atau lantai 118 di bangunan monolit perak setinggi 555 meter tersebut. Bangunan megah itu tercatat di Guinness World Record sebagai observatorium dengan lantai kaca tertinggi di dunia.

Para pengunjung yang membayar tiket masuk berkisar 27-50 ribu Won atau sekitar Rp345-640 ribu juga mendapat suguhan indahnya Bali dan alunan gamelan Bali yang ditampilkan di Bali: Beats of Paradise melalui layar raksasa di sana. Seluruh penonton pun rela duduk di lantai dan berdiri berdesakan.

Salah satu seni Bali yang sering muncul sebagai pengiring ritual adat dan tari-tarian adalah gamelan. Hal ini diulas dalam Bali: Beats of Paradise melalui kisah perjalanan hidup Nyoman Wenten, seniman gamelan yang tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat bersama istrinya Nanik Wenten.

"Kisah nyata sepasang suami istri asal Indonesia yang memiliki mimpi memperkenalkan gamelan Bali di dunia internasional menjadi inti cerita. Film ini melibatkan musisi terkenal di antaranya Judith Hill, seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu asal California partner duet Michael Jackson, dan juga melibatkan gitaris jazz Indonesia asal Bali, I Wayan Balawan," terang sang sutradara Livi Zheng dalam siaran pers yang diterima SINDO, Selasa (28/1).

Wanita kelahiran 3 April 1990 ini pun secara khusus menambahkan niatannya membuat film ini tak lepas dari keinginannya untuk semakin memperkenalkan gamelan di dunia internasional. "Film ini secara khusus mengangkat gamelan yang sebenarnya sudah dipakai menjadi musik di beberapa film Hollywood, seperti Avatar dan Star Trek, juga game nintendo Super Mario Bros," ucap putri sulung pasangan Gunawan dan Lily Zheng ini.

Duta Besar RI untuk Korea Selatan, Umar Hadi yang juga turut berperan dalam produksi film ini tampak sangat bahagia ketika Bali: Beats of Paradise dapat ditayangkan di salah satu bangunan ikonik di Korsel yang menjadi simbol kebesaran dan modernitas negara tersebut.

"Saya berharap semakin banyak masyarakat di dunia internasional, khususnya di Korea Selatan yang mengetahui dan mengapresiasi gamelan, seiring dengan masyarakat Indonesia yang menyukai K-Pop," tutur mantan Konjen RI di LA ini.
Bali: Beats of Paradise Panen Pujian saat Diputar di Korea

Pada saat yang sama, CEO Lotte World, perusahaan induk Seoul Sky, Park Dongki dibuat kagum dan terpukau dengan suguhan kebudayaan Bali yang ditampilkan film garapan Livi selama setahun tersebut.

"Saya sangat terkejut bahwa musik tradisional bisa berkolaborasi dengan musik modern. Perpaduan antara keduanya menghasilkan musik yang sangat menakjubkan. Saya membayangkan bila seandainya gamelan dapat dipadukan dengan K-POP, sepertinya akan menghasilkan karya yang hebat," ungkapnya.

Sebelumnya, pihak Korean National Museum of Contemporary History secara khusus mengundang Livi untuk memperkenalkan karya terbarunya melalui private preview dan diskusi dengan berbagai kalangan di Korsel. Pemutaran secara khusus di National Museum of Korean Contemporary History, Seoul dan sukses menuai pujian dari berbagai pakar film dan akademisi Korsel.

Livi dalam berbagai kesempatan mengatakan film dokumenter ini diharapkan bisa menginspirasi para generasi muda di masa sekarang yang berangsur-angsur mulai meninggalkan budayanya seiring perkembangan zaman.

Bali: Beats of Paradise juga mendapatkan tanggapan positif dari Cho Chang-ho, sutradara Korea yang berhasil membuat berbagai film sukses seperti The Peter Pan Formula (2006) dan Lovers Vanished (2010).

"Dalam diri saya tiba-tiba timbul keinginan yang mendalam untuk lebih mendengar musik ini (gamelan), serta dengan berbagai cerita dan filosofi yang terangkai di dalamnya," puji Cho. "Saya merasa separuh hati saya sudah 'terbeli' oleh Indonesia," tambahnya.

Komentar berbeda disampaikan Christ Lee, jurnalis Sunday Times, salah satu surat kabar berbahasa Inggris di Korsel. "Saya merasa sangat tersentuh oleh film ini. Saya jadi merasakan bahwa gamelan bagi orang Indonesia adalah hidup dan harmoni yang indah," tuturnya.

"Saya juga jadi ingin tahu lebih banyak mengenai Indonesia dan budayanya."
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7321 seconds (0.1#10.140)