Nutrisi yang Tepat Bisa Mencegah Penyakit karena Kurang Gizi

Kamis, 31 Januari 2019 - 09:08 WIB
Nutrisi yang Tepat Bisa Mencegah Penyakit karena Kurang Gizi
Nutrisi yang Tepat Bisa Mencegah Penyakit karena Kurang Gizi
A A A
Masalah anak dengan berat badan kurang hingga kini masih menjadi tantangan di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa satu dari lima anak Indonesia mengalami berat badan kurang.

Jika kondisi ini terjadi pada anak dalam usia tumbuh kembang dan tidak segera diintervensi, anak dengan berat badan tidak ideal terancam menjadi wasting (gizi kurang), bahkan stunting (tubuh kerdil). Keluarga, khususnya orang tua, perlu mencermati kondisi berat badan dan tinggi badan anak serta memberikan asupan gizi sesuai kebutuhan tahap usia mereka sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, persentase underweight (berat badan kurang) dan severe underweight (berat badan sangat kurang) pada kelompok balita di Indonesia mencapai 17,7%. Data tersebut menunjukkan bahwa angka anak yang menderita kekurangan gizi di Indonesia ternyata masih tinggi, di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 10%.

Dokter Spesialis Anak Dr dr Conny Tanjung SpA(K) mengatakan, walau berat badan kurang adalah kondisi serius dan perlu segera ditangani, sayangnya banyak orang tua belum menyadari bahwa tubuh anak yang tampak kurus membutuhkan perhatian dan penanganan khusus.

“Status gizi kurang merupakan salah satu permasalahan pertumbuhan yang mengacu pada kondisi berat badan ideal menurut tinggi badan. Kondisi ini dapat diakibatkan asupan gizi yang kurang, penyakit kronis, masalah kesulitan makan, praktik pemberian makan yang salah, dan ketidaktahuan orang tua," ucap dr Conny.

Dia menjelaskan, kondisi berat badan kurang pada balita akan menyebabkan berbagai dampak yang merugikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. "Risikonya antara lain penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit, anak tidak tumbuh optimal dan cenderung tumbuh pendek, serta gangguan perkembangan otak dan fisik seperti gangguan daya pikir hingga interaksi sosial, serta berbagai penyakit degeneratif," beber dr Conny.

Menurutnya, orang tua perlu lebih mewaspadai kondisi anak dengan berat badan kurang serta memantau berat dan tinggi badan anak secara cermat. Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk memantau berat dan tinggi badan anak secara rutin cukup rendah karena nyatanya selama 2018 baru sekitar 54,6% anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditimbang dan diukur tinggi sesuai standar, yaitu paling sedikit delapan kali dalam setahun, sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan.

“Selain mengupayakan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan ideal (sesuai tinggi badannya), orang tua juga perlu aktif memantau pertumbuhan anak di layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau untuk melihat status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan. Jika berat badan anak sudah terdeteksi berada di bawah kurva pertumbuhan, orang tua perlu segera mencari bantuan penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan untuk memperbaiki status gizi anak,” papar dr Conny.

Dr Conny mengatakan, dalam usia tumbuh kembang, di mana anak belum bisa menentukan apa yang baik untuk dikonsumsi, maka orang tua adalah penentu dalam memilih asupan dan pola makan yang baik bagi anak. "Untuk itu, penting bagi orang tua untuk memiliki persepsi yang benar dalam menghadapi masalah berat badan kurang pada anak," ucapnya
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5738 seconds (0.1#10.140)