Simon Reeve, Lelaki Petualang yang Menaklukkan Berbagai Medan

Senin, 04 Februari 2019 - 07:52 WIB
Simon Reeve, Lelaki Petualang yang Menaklukkan Berbagai Medan
Simon Reeve, Lelaki Petualang yang Menaklukkan Berbagai Medan
A A A
Wajahnya kerap wira-wiri di lebih dari 70 program televisi, terutama seri dokumenter dan jalan-jalan di BBC. Lebih dari 120 negara sudah disambanginya selama sekitar 15 tahun. Simon adalah presenter perjalanan budaya, petualang, sekaligus penulis terlaris New York Times. Perjalanannya selalu berusaha menyingkap hal-hal yang jarang terungkap, juga keajaiban, dalam sejumlah film dokumenter.

Beberapa serinya yang terkenal di BBC adalah Caribbean with Simon Reeve, Sacred Rivers, Indian Ocean, Tropic of Cancer, Equator, Tropic of Capricorn, Pilgrimage, dan Australia. Tahun lalu dia mengeksplorasi dan menyelidiki penganiayaan terhadap orang-orang Rohingya di Myanmar untuk BBC Two dan Big Life Fix.

Selain film dokumenter, pria kelahiran London, 21 Juli 1972 ini juga menulis buku-buku tentang terorisme internasional, sejarah modern, dan perjalanan petualangannya. Dikutip The Sun, Simon mulai membuat film dokumenter perjalanan untuk BBC setelah serangan 11 September 2001.

Dia pertama kali muncul di layar pada 2003 dalam empat bagian BBC Two dan BBC World Holidays, yakni dalam seri Holidays in Danger Zone serta Meet the Stans yang difokuskan pada Asia Tengah.
Pada 2005, dia menyajikan seri lima bagian berjudul Places That Don’t Exist yang berfokus pada negara-negara yang memisahkan diri dan negara-negara yang tidak dikenal.

Simon melakukan perjalanan di sepanjang Khatulistiwa pada 2006. Dia juga beberapa kali mengunjungi Indonesia. Lalu pada 2008, dia tampil di seri BBC Tropic of Cancer, Tropic of Capricorn, dan Equator. Pada 2017–2018, dia bergabung dengan para ahli seperti perancang, insinyur, dan pemrogram komputer dalam The Big Life Fix.

Para ahli ini menggunakan keterampilan mereka untuk membantu meningkatkan kehidupan bagi orang-orang dengan kebutuhan khusus.
Sebagian besar film dokumenter Simon menggabungkan perjalanan dan petualangan dengan masalah lingkungan, margasatwa, dan konservasi global. Dia telah melintasi hutan, gurun, gunung, lautan, dan beberapa daerah paling indah, berbahaya, dan terpencil di dunia.

Beberapa pengalaman seru pun dialaminya, mulai menghindar dari peluru di garis depan, diburu orang-orang dari ‘Bushmen of the Kalahari’, menyelam dengan pari manta serta anjing laut dan hiu, terkena malaria, berjalan melalui ladang ranjau, melacak singa dengan berjalan kaki, diajari memancing oleh Presiden Moldova, diadopsi oleh mantan pemburu kepala, dan ditahan karena dimata-matai oleh KGB.

Tidak hanya itu, perjalanannya di seluruh dunia telah membuatnya memakan segala sesuatu, mulai sup penis di Madagaskar hingga tikus bakar di Laos. “Aku bahkan pernah makan bola mata domba panggang yang sebenarnya agak lezat. Makanan jelas merupakan jendela nyata dalam budaya,” ujarnya, dikutip dari The Courier.

Simon bahkan menganjurkan bahwa jika ingin menyimpan beberapa kenangan, makanlah makanan yang paling gila. “Makanan sering kali merupakan tempat pengalaman paling menarik,” ungkapnya.
Simon berharap acaranya dapat membantu mendorong orang untuk pergi ke wilayah asing. “Dunia bisa menjadi tempat yang menakutkan, tetapi sebenarnya tidak. Ini adalah zaman keemasan untuk bepergian,” sebutnya.

Menurut Simon, saat ini media sosial kerap menipu seolah-olah menjadi tempat mendapatkan makna utama. “Tetapi, saya tidak pernah mendengar ada yang mengatakan mereka lebih suka berada di Facebook daripada melihat karang di Great Barrier Reef,” urainya.

Dilansir Shoot and Scribble, atas semua kerja kerasnya, Simon telah menerima penghargaan One World Broadcasting Trust Award untuk kontribusi luar biasa bagi pemahaman dunia yang lebih besar. Dia juga menerima penghargaan bergengsi Ness dari Royal Geographical Society dan Special Contribution Award di Travel Media Awards.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4013 seconds (0.1#10.140)