Memahami Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus

Senin, 11 Februari 2019 - 11:41 WIB
Memahami Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus
Memahami Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus
A A A
BUKAN hal mudah memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK). Terlebih, pandangan masyarakat terhadap ABK berbeda. Pengetahuan orang tua terhadap ABK juga masih rendah.

Selama ini masih banyak orang merasa asing dengan perilaku ABK. Misalnya ketika mereka tantrum (marah) atau saat didorong di kursi roda. Masyarakat masih menganggap aneh meski sosialisasi terkait ABK sudah sering digaungkan.

“Itu karena awareness masyarakat terhadap ABK masih rendah. Attitude inilah yang harus diubah. Mereka (ABK) ada di antara kita dan butuh diterima masyarakat. Mereka ingin membuktikan mampu berbuat sesuatu dan bukan karena rasa iba orang lain,” kata Reshma W Bhojwani, pendiri Saraswati Learning Center, pusat anak berkebutuhan khusus.

Dibenarkan psikolog klinis anak dari Saraswati Learning Center, ABK adalah anak spesial yang dititipkan kepada orang tua yang juga spesial. “Tuhan tidak akan beri hambanya ujian di luar kesanggupannya,” ungkap Cecilia Helmira MPsi. Karena itu, psikolog ini mengimbau orang tua dengan ABK agar menerima lebih dulu keadaan sang buah hati.

Kalau orang tua sudah menerima, mereka pasti akan mencari jalan terbaik bagi anaknya, entah dengan menjalani terapi wicara atau lainnya serta memberikan edukasi yang tepat. Menerima kondisi anak harus dengan rasa ikhlas, mengingat ada tantangan sepanjang tumbuh kembang sang anak ke depan.

“Sudah pasti perkembangan terlambat. Secara pendidikan dan pengasuhan juga akan ada hambatan. Ini harus diterima dengan lapang dada,” ucapnya.

Kondisi yang berbeda ini bisa dilihat dari perilaku sang anak sehari-hari. Sebut saja belum bisa bicara di usia seharusnya, tidak ada kontak mata, atau susah memahami perkataan ibunya atau orang lain. Orang tua seharusnya segera bertindak jika menemukan segenap kondisi ini dan berkonsultasi kepada psikolog guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Cecilia mengaku, gangguan yang banyak dialami sepanjang pengalamannya adalah autis dan down syndrome .

Dia pernah menemukan pasien anak berusia 2 tahun yang ibunya mengeluh sang anak tidak ada kontak mata. Si ibu curiga anaknya menderita autis. Ternyata setelah dilakukan assessment psikologi, anak tersebut hanya terpapar gawai dengan intensitas yang tinggi.

Lantas, bagaimana terapi yang diberikan kepada ABK dan seberapa efektif dampaknya terhadap anak? “Tergantung sejauh mana keterlambatan yang dihadapi anak dan seberapa cepat orang tua menyadarinya. Tentu semakin dini diketahui, semakin baik respons anak terhadap pengobatan,” ujar Cecilia. Selama ini dia menilai lebih banyak ABK yang terdeteksi dini ketimbang yang terlambat dideteksi.

Sementara itu, Reshma mengatakan, saat orang tua memiliki ABK, ahli kesehatan atau institusi kesehatan harus mampu memberikan informasi tentang bagaimana merawat dan membantu tumbuh kembang ABK. “Tujuannya agar ABK mampu memiliki kemandirian, berkomunikasi dengan sekitar nya, dan meregulasi dirinya,” ujar Reshma yang merupakan special needs educator ini.

Akhir tahun lalu, Saraswati Learning Center merayakan Hari Penyandang Disabilitas Sedunia dengan mengangkat kampanye Jakarta Inklusif. Ini adalah kampanye untuk menciptakan kepedulian dan penerimaan terhadap individu dengan kemampuan yang berbeda pada komunitas Jakarta.

Reshma adalah seorang ibu dari anak penderita down syndrome yang memiliki keinginan kuat memberdayakan para remaja dengan kemampuan berbeda agar diterima di masyarakat dengan kemampuannya bukan karena kasihan. Menurutnya, jika pola pikir masyarakat terhadap ABK atau difabel dapat berubah, akan lebih banyak penerimaan terhadap kondisi ABK. “Pada akhirnya Jakarta Inklusif akan dapat tercipta untuk semua individu difabel,” tuturnya.

Saraswati Learning Center adalah lembaga yang menyediakan jembatan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus hingga berbagai macam pelayanan lain yang akan membantu individu tersebut untuk mencapai potensi mereka yang maksimum. Di sini juga disediakan bantuan untuk orang tua dan anak. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5026 seconds (0.1#10.140)