Kopi Terbalik yang Unik dan Makan Siang di Rumah Adat Aceh

Kamis, 09 Mei 2019 - 12:31 WIB
Kopi Terbalik yang Unik dan Makan Siang di Rumah Adat Aceh
Kopi Terbalik yang Unik dan Makan Siang di Rumah Adat Aceh
A A A
MESKI badan pegal karena seharian perjalanan, saya tidak langsung beranjak ke tempat tidur. Setelah mandi, saya keluar hotel untuk mencari kedai kopi yang banyak tersebar di Serambi Mekkah. Beruntung, sekitar 50 meter berjalan kaki dari hotel saya menemukan Abucek Coffee, sebuah kedai kopi semi modern yang menyediakan kopi gayo arabika dan robusta.

Saya pilih kopi khop atau kopi telungkup yakni kopi tubruk hitam yang disajikan dalam gelas terbalik dengan wadah piring kecil di bawahnya. Bagaimana cara meminumnya? Bibir gelas diangkat sedikit, ditiup dengan sedotan dan keluarlah kopi di piring kecilnya.

Kopi itu lalu kita seruput. Hmm… nikmat! Pekat aroma dan rasa kopinya. Cara minum kopi seperti ini sudah menjadi tradisi di kawasan pesisir barat Aceh. Kopi yang disajikan untuk kopi khopadalah kopi robusta berkualitas tinggi dari Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.

Besoknya, konvoi hari kedua dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Dari hotel, para peserta mengunjungi Museum Tsunami Aceh. Museum ini adalah monumen simbolis bencana gempa bumi dan tsunami 2004 sekaligus pusat pendidikan bencana dan perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.

Konvoi juga singgah di Masjid Raya Baiturrahman. Masjid berusia lebih dari empat abad ini tak ha nya menjadi simbol agama dan budaya, tapi juga menyimpan semangat, kekuatan, per juangan dan nasionalisme rak yat Aceh menghadapi penjajah.

Dari Masjid Baiturrahman, konvoi bergerak menuju kampong wisata Desa Lubok Sukon di Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 12,4 km. Para peserta singgah di TK Pertiwi Keumalahayati Lubuk untuk memberikan sumbangan buku, papan tulis dan lemari untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sana.

Para peserta media drive makan siang di rumah seorang warga di desa ini, sekitar 150 meter dari TK tadi. Bangunan utama rumah warga bernama Pak Syamaun ini masih berbentuk rumah adat khas Aceh yang didirikan sekitar 150 tahun lalu namun masih terawat dengan baik. Materialnya didominasi kayu.

Hi dangan makan siang tentu juga khas Aceh semua. Misal nya gulai daging, ikan keumamahatau ikan tongkol bumbu rempah, telor asin, ikan asin dan emping. Yang isti me wa adalah sajian kuah plee’uyaitu sayur campur terdiri atas daun melinjo, buah pepaya, bunga kala, terong hijau dan lainnya.

Tidak ada yang tidak enak. Semua peserta lahap menyantap semua hidangan. Itu belum termasuk kuekue khas Aceh yang sudah disajikan lebih dulu sebelum ma kan siang seperti pulot (beras ketan yang dikukus dalam daun pisang), thimpan (ketan kelapa isi srikaya) dan kue adeeyang berbahan dasar singkong.

Sayang, jadwal yang padat dan waktu yang singkat tidak memungkinkan kami untuk menginap di Desa Lubok Sukon merasakan atmosfer perkampungan tradisional Aceh dan kearifan lokalnya. Mungkin di kesempatan lain. Sampai jumpa Aceh dan te rima kasih. Meurompok teuma. (Armydian Kurniawan)
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6744 seconds (0.1#10.140)