Hadirkan Layanan Konsultasi Online, Dokter Kecantikan Ajak Beauty Enthusiast Teredukasi soal Skincare
loading...
A
A
A
JAKARTA - Maraknya pasar kosmetik di Tanah Air wajib diimbangi dengan edukasi kepada market, mengingat gempuran berbagai produk perawatan kulit tanpa pemahaman penggunaan yang tepat akan membawa dampak yang tidak baik bagi para beauty enthusiast.
Demikian disampaikan oleh dr. Azrida M. Biomed (AAM), Dipl. UPECAM (Paris), seorang dokter kecantikan.
Skincare dengan klaim dapat membuat kulit glowing dan cerah, ujarnya, semakin populer di kalangan beauty enthusiast. Banyak merek baru yang muncul dan turut bersaing di pasaran. Di satu sisi, fenomena tersebut bagus karena dapat memberi pilihan yang lebih variatif untuk konsumen. Namun, di sisi lain, konsumen juga harus semakin pintar memilih dan memilah produk mana yang aman dan tidak.
“Tidak sedikit produk milik dokter yang biasa disebut kosmetik bisa dijual bebas di berbagai platform online maupun offline. Padahal penggunaan dua hal tersebut berbeda,” paparnya dalam sebuah kesempatan.
Dokter yang memperoleh gelar Magister Anti Aging Medicine dari Universitas Udayana itu mengatakan, penting sekali edukasi yang tepat bagi pelanggan terkait skincare. Mengingat tidak sedikit produk kerap menyalahi aturan BPOM dengan memasukkan kandungan zat-zat berbahaya di dalamnya seperti merkuri, steroid, dan lain-lain.
Menurut dr Azrida, produk-produk skincare yang ditujukan untuk menjadikan kulit glowing biasanya dilengkapi zat-zat aktif yang dapat mencerahkan. Zat-zat aktif ini dibedakan menjadi dua, yaitu cosmedic grade dan cosmetic grade. Perbedaan tersebut didasarkan pada sifat yang dimiliki masing-masing zat.
Secara kasar, cosmetic grade dapat dibilang lebih aman daripada cosmedic grade. Untuk bahan yang termasuk dalam cosmedic grade, termasuk zat-zat yang bersifat pengobatan medis, di mana penggunaanya harus dengan pengawasan dokter yang memahami zat obat-obatan.
“Memang, untuk produk cosmedic hasilnya lebih cepat dan bisa dirasakan, misalnya untuk mencerahkan kulit, jerawat maupun problem lain. Namun yang perlu diingat, itu adalah obat yang harus dengan resep dokter,” kata dr Azrida yang juga menekuni dunia kecantikan di Prancis.
Sayang, hal tersebut kurang dipahami oleh pelanggan kosmetik di Indonesia. Mereka menganggap bahwa semakin cepat hasil yang diperoleh, maka cosmedic tetap jadi incaran. Padahal sejatinya itu adalah obat yang harus diawasi oleh dokter dalam penggunaannya.
“Alasannya bermacam-macam, kadang takut ditawari dokter perawatan lain, takut kalau ganti krim hasilnya nggak bagus. Padahal yang tahu dosis dari sebuah perawatan tentu dokter yang bersangkutan,” tandasnya.
Demikian disampaikan oleh dr. Azrida M. Biomed (AAM), Dipl. UPECAM (Paris), seorang dokter kecantikan.
Skincare dengan klaim dapat membuat kulit glowing dan cerah, ujarnya, semakin populer di kalangan beauty enthusiast. Banyak merek baru yang muncul dan turut bersaing di pasaran. Di satu sisi, fenomena tersebut bagus karena dapat memberi pilihan yang lebih variatif untuk konsumen. Namun, di sisi lain, konsumen juga harus semakin pintar memilih dan memilah produk mana yang aman dan tidak.
“Tidak sedikit produk milik dokter yang biasa disebut kosmetik bisa dijual bebas di berbagai platform online maupun offline. Padahal penggunaan dua hal tersebut berbeda,” paparnya dalam sebuah kesempatan.
Dokter yang memperoleh gelar Magister Anti Aging Medicine dari Universitas Udayana itu mengatakan, penting sekali edukasi yang tepat bagi pelanggan terkait skincare. Mengingat tidak sedikit produk kerap menyalahi aturan BPOM dengan memasukkan kandungan zat-zat berbahaya di dalamnya seperti merkuri, steroid, dan lain-lain.
Menurut dr Azrida, produk-produk skincare yang ditujukan untuk menjadikan kulit glowing biasanya dilengkapi zat-zat aktif yang dapat mencerahkan. Zat-zat aktif ini dibedakan menjadi dua, yaitu cosmedic grade dan cosmetic grade. Perbedaan tersebut didasarkan pada sifat yang dimiliki masing-masing zat.
Secara kasar, cosmetic grade dapat dibilang lebih aman daripada cosmedic grade. Untuk bahan yang termasuk dalam cosmedic grade, termasuk zat-zat yang bersifat pengobatan medis, di mana penggunaanya harus dengan pengawasan dokter yang memahami zat obat-obatan.
“Memang, untuk produk cosmedic hasilnya lebih cepat dan bisa dirasakan, misalnya untuk mencerahkan kulit, jerawat maupun problem lain. Namun yang perlu diingat, itu adalah obat yang harus dengan resep dokter,” kata dr Azrida yang juga menekuni dunia kecantikan di Prancis.
Sayang, hal tersebut kurang dipahami oleh pelanggan kosmetik di Indonesia. Mereka menganggap bahwa semakin cepat hasil yang diperoleh, maka cosmedic tetap jadi incaran. Padahal sejatinya itu adalah obat yang harus diawasi oleh dokter dalam penggunaannya.
“Alasannya bermacam-macam, kadang takut ditawari dokter perawatan lain, takut kalau ganti krim hasilnya nggak bagus. Padahal yang tahu dosis dari sebuah perawatan tentu dokter yang bersangkutan,” tandasnya.