Yuk, Tanggulangi Kanker dengan Cerdik

Kamis, 05 September 2019 - 13:28 WIB
Yuk, Tanggulangi Kanker dengan Cerdik
Yuk, Tanggulangi Kanker dengan Cerdik
A A A
JAKARTA - Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 diketahui terjadi peningkatan prevalensi kanker yang cukup signifikan, yaitu sebesar 28% dan beberapa indikator GERMAS belum menunjukkan perbaikan dibandingkan Riskesdas 2013.

Dibutuhkan upaya lebih kuat dalam mendorong implementasi Program Penanggulangan Kanker Nasional terutama upaya promotif dan preventif melalui GERMAS.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan penyakit kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang perlu diperhatikan bersama. Hal ini dikarenakan, beban epidemiologi dan beban ekonomi yang tinggi.

Berdasarkan Globocan 2018, di Indonesia jumlah kasus baru kanker sebanyak 348.809 kasus dengan estimasi kematian sebanyak 207.210 jiwa. Kanker terbanyak pada wanita adalah kanker payudara dengan insidens sebanyak 42,1 per 100 ribu penduduk, diikuti oleh kanker leher rahim dengan insidens sebanyak 23,4 per 100 ribu penduduk.

''Sedangkan pada pria, kanker terbanyak adalah kanker paru dengan insidens sebanyak 12,4 per 100 ribu penduduk, diikuti oleh kanker kolorektal dengan insidens sebesar 12,1 per 100 ribu penduduk,'' kata Menkes Nila.

Sementara, dr. Toufan menjelaskan bahwa angka kanker leher rahim di Indonesia masih dapat lebih tinggi dari prediksi-prediksi yang sudah ada.

''Pasien di RSCM sebanyak 70-80% menderita kanker leher rahim stadium diatas 2B. Selain itu IVA Test sudah tidak dijamin oleh BPJS, biasa IVA test Rp. 25.000, PAP Smear Rp. 75.000. Eradikasi kanker serviks bisa tercapai apabila cakupan skrining di atas 80%,'' jelas dr. Toufan.

Ketua Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN), Soehartati Gondhowiardjo mengungkapkan bahwa penyebab kanker bermacam-macam. Mulai dari genetik, gaya hidup, sampai lingkungan.

''Perlu upaya-upaya yang melibatkan semua tingkatan sistem kesehatan dari tingkat regional hingga nasional, pemerintahan, organisasi, dan komunitas untuk menjangkau seluruh populasi,'' ungkap Soehartati.

Kematian akibat kanker dan rasio mortalitas terhadap insidensi yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh keterlambatan diagnosis. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 70% pasien kanker didiagnosis pada stadium lanjut.

Keadaan ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait kanker, masih banyak penderita yang mencari perawatan tradisional dan alternatif, kurangnya perlindungan finansial, kurangnya pengetahuan tentang gejala umum dan tanda-tanda kanker di kalangan masyarakat.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapi hal tersebut adalah melalui pendekatan kesehatan masyarakat. pendekatan tersebut difokuskan pada intervensi perubahan perilaku melalui penerapan hidup CERDIK yakni Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.

Menkes Nila meyakini bahwa dengan kerja sama semua pihak dan dukungan dari masyarakat program penanggulangan kanker di Indonesia akan berjalan dengan baik dan optimal.

''Marilah kita budayakan tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini kanker dengan perilaku CERDIK untuk mencegah kanker,'' ucap Menkes.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4987 seconds (0.1#10.140)