Viral! Penampakan Buku yang Diduga Pedoman Bullying di PPDS, Ahli Kesehatan Buka Suara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Viral di media sosial belum lama ini penampakan buku yang diduga merupakan pedoman bullying alias perundungan.
Buku pedoman bersampul merah yang bertuliskan 'Unthulektomi' itu tampak berisi sejumlah pedoman adat dan kebiasaan, juga hirarki dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Jika diperhatikan secara seksama, isi pedoman buku tersebut mayoritas terlihat mengarah ke ‘senioritas’ yang terjadi di lingkungan PPDS.
Misalnya, aturan yang mengharuskan junior datang lebih dulu dari senior hingga aturan junior harus makan lebih belakangan dari senior.
Ada juga aturan di mana junior dilarang banyak bertanya dan harus siap menerima tugas kestra dari senior.
Hal ini lantas menjadi sorotan. Mengingat baru-baru ini heboh kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan seorang mahasiswi PPDS Undip gegara bulying.
Menanggapi hal ini, Ahli Kesehatan dr Dicky Budiman mengatakan, sejauh ini dirinya tidak pernah menemukan pedoman PPDS tersebut dalam dunia pendidikan kedokteran. Dicky juga mengaku tidak mengetahui secara pasti sistem PPDS di Indonesia, mengingat ia sendiri lama mengenyam pendidikan kedokteran di luar negeri.
Berbeda dengan Indonesia, pedoman yang terkesan mengagungkan aksi ‘senioritas’ itu justru tidak ada di sistem pendidikan kedokteran di negara-negara maju.
“Umumnya nggak ada yang seperti itu sejauh yang saya lihat dan saya alami,” ujar dokter yang telah meraih gelar magister sains dalam bidang epidemiologi penyakit menular dari Universitas Griffith, Australia, saat diwawancara baru-baru ini.
“Kalau di negara maju, yang saya lihat, tidak terlalu dan terlihat seperti itu ya. Jadi hal-hal seperti ini kan sesuatu yang harus diverifikasi ya kepada saksi-saksi,” sambungnya.
Meski begitu, dr Dicky menegaskan, pedoman PPDS yang tengah viral tersebut harus segera diusut. Terlebih jika sudah memakan korban jiwa.
Pasalnya, ia sangat menyayangkan jika pedoman PPDS yang viral di sosial media tersebut memang benar adanya.
Dokter Dicky menilai, aturan untuk junior/senior dalam PPDS itu menurutnya tidak memiliki faedah alias manfaat sedikit pun.
“Tapi kalau profesi pendidikan spesialis, banyak isu-isu yang tentunya ini harus dijelaskan atau disampaikan ke orang yang melihat dan mengalami langsung,” tutur dr. Dicky.
“Kalaupun misal ternyata ada terbukti, ini sesuatu yang sangat buruk ya. Apa yang mau didapat manfaatnya kalau secara sistem memang seperti itu? Dan ini harus betul-betul digali dan diselesaikan,” tegasnya.
Buku pedoman bersampul merah yang bertuliskan 'Unthulektomi' itu tampak berisi sejumlah pedoman adat dan kebiasaan, juga hirarki dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Jika diperhatikan secara seksama, isi pedoman buku tersebut mayoritas terlihat mengarah ke ‘senioritas’ yang terjadi di lingkungan PPDS.
Misalnya, aturan yang mengharuskan junior datang lebih dulu dari senior hingga aturan junior harus makan lebih belakangan dari senior.
Ada juga aturan di mana junior dilarang banyak bertanya dan harus siap menerima tugas kestra dari senior.
Hal ini lantas menjadi sorotan. Mengingat baru-baru ini heboh kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan seorang mahasiswi PPDS Undip gegara bulying.
Menanggapi hal ini, Ahli Kesehatan dr Dicky Budiman mengatakan, sejauh ini dirinya tidak pernah menemukan pedoman PPDS tersebut dalam dunia pendidikan kedokteran. Dicky juga mengaku tidak mengetahui secara pasti sistem PPDS di Indonesia, mengingat ia sendiri lama mengenyam pendidikan kedokteran di luar negeri.
Berbeda dengan Indonesia, pedoman yang terkesan mengagungkan aksi ‘senioritas’ itu justru tidak ada di sistem pendidikan kedokteran di negara-negara maju.
“Umumnya nggak ada yang seperti itu sejauh yang saya lihat dan saya alami,” ujar dokter yang telah meraih gelar magister sains dalam bidang epidemiologi penyakit menular dari Universitas Griffith, Australia, saat diwawancara baru-baru ini.
“Kalau di negara maju, yang saya lihat, tidak terlalu dan terlihat seperti itu ya. Jadi hal-hal seperti ini kan sesuatu yang harus diverifikasi ya kepada saksi-saksi,” sambungnya.
Meski begitu, dr Dicky menegaskan, pedoman PPDS yang tengah viral tersebut harus segera diusut. Terlebih jika sudah memakan korban jiwa.
Pasalnya, ia sangat menyayangkan jika pedoman PPDS yang viral di sosial media tersebut memang benar adanya.
Dokter Dicky menilai, aturan untuk junior/senior dalam PPDS itu menurutnya tidak memiliki faedah alias manfaat sedikit pun.
“Tapi kalau profesi pendidikan spesialis, banyak isu-isu yang tentunya ini harus dijelaskan atau disampaikan ke orang yang melihat dan mengalami langsung,” tutur dr. Dicky.
“Kalaupun misal ternyata ada terbukti, ini sesuatu yang sangat buruk ya. Apa yang mau didapat manfaatnya kalau secara sistem memang seperti itu? Dan ini harus betul-betul digali dan diselesaikan,” tegasnya.
(tsa)