Bukan Sekadar Kontes, Ajang Silaturahmi Pecinta Kicaumania

Kamis, 12 September 2019 - 08:21 WIB
Bukan Sekadar Kontes, Ajang Silaturahmi Pecinta Kicaumania
Bukan Sekadar Kontes, Ajang Silaturahmi Pecinta Kicaumania
A A A
BEKASI - Lovebird merupakan salah satu jenis burung paruh bengkok yang paling digemari kicaumania di Tanah Air.

Hal itu terlihat dari pasarannya yang laris dan jumlah kelasnya paling banyak di setiap kegiatan lomba burung berkicau. Fenomena meningkatnya penggemar lovebird ini baru terjadi setelah awal tahun 2000. Padahal sebelumnya, keberadaan burung ini hanya dipandang sebelah mata karena dianggap tidak bisa berkicau.

Namun pada kemudian hari, banyak komunitas yang mulai menyukai suara lovebird yang disebutnya sebagai kekekan atau ngekek . Intinya, kalau ngekeknya semakin panjang, maka harganya semakin mahal. Seiring banyaknya lomba, maka lovebird yang mampu ngekek di atas 15 detik harga minimal bisa dibanderol Rp1 juta, bahkan bisa lebih mahal lagi.

Keunikan lovebird dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang, namun secara umum terbagi dalam dua kelas, yakni suara dan warna. Dari segi suara, bagian yang paling digemari karena durasi kekekan yang panjang dan nyaring.

Adapun dari segi warna, burung ini warnanya bermacam-macam, seperti dominan hijau, biru, kuning, putih, pastel, campuran, blorok , dan berbagai warna langka. Warna varian baru dan unik harganya paling mahal. Tak salah kalau sudah banyak event organizer (EO) yang memanfaatkan peluang itu menjadi bisnis.

Menariknya, banyak orang yang ikut perlombaan burung lovebird atas dasar persaudaraan sesama kicaumania . Biasanya, tolok ukur perlombaan soal lamanya burung tersebut berkicau. Siapa yang memiliki suara ngekek panjang dipastikan menjadi juara. “Kalau saya ikut lomba biasanya hanya untuk melatih burung.

Makanya, lokasi yang dekat-dekat saja,” ujar Deny Iskandar, 40, pehobi lovebird . Dia mengaku memiliki lovebird berwarna hijau kepala hitam diberi nama Saka. Burung tersebut sudah lebih dari tiga tahun dimilikinya. Saka, kata dia, memiliki kemampuan ngekek sampai 3 menit bila sudah dilombakan.

Wajar saja, kalau setiap perlombaan dia menyabet juara satu di setiap kelas. “Paling cuma tiga kali ngekek panjang dia menang. Nilainya sampai ribuan,” ujarnya. Deny mengatakan, merawat lovebird Saka tidak ada yang spesialis. Dia hanya diberikan pakan milet putih kiloan.

Itu yang membuat tingkat berahi burung miliknya selalu stabil. “Tidak pernah pakai kimia atau obat instan herbal lainnya,” katanya. Setiap hari Saka hanya ditaruh di kandang kotak bersama pasangannya. Namun, setiap mau jalan ke arena perlombaan, Saka harus dipisah.

Tujuannya agar burung itu mencari pasangannya sambil ngekek panjang. Bahkan kualitas burung kesayangannya itu banyak yang melirik. “Sudah ada yang menawar Rp80 juta,” ungkapnya. Menurut Deny, prestasi yang dihasilkan Saka sudah banyak.

Sampai-sampai tempat untuk menaruh piala sudah tidak bisa tertampung. “Kadang pialanya saya taruh di rumah lain. Itu prestasi main di EO yang dekat-dekat saja,” katanya.

Dia mengakui, pada dasarnya pecinta lovebird mengikuti perlombaan hanya menyambung silaturahmi sesama kicaumania . “Hanya menyambung silaturahmi saja, hadiah yang kita terima dari perlombaan biasanya kembali untuk kebutuhan burung,” katanya.

Lovebird Konslet Harganya Ratusan Juta
Di dunia seni suara perburungan kini ada istilah "lovebird konslet", yaitu burung yang mampu ngekek terus menerus tanpa putus sambil matanya merem melek. Burung seperti ini semakin digandrungi kicaumania sehingga harganya melambung tinggi sampai ratusan juta rupiah.

Sebelum ini, lovebird yang sering dinobatkan sebagai juara kontes adalah yang ngekeknya panjang dan rajin. Durasi suara antara 20 detik dan 60 detik serta ditambah volume kasar dan keras, itulah yang sering jadi juara. Seperti lovebird milik Ade Sutlistio dari Farm Lovebird Bandung KKLB.

Nama hewan kesayangannya adalah Jalal dengan warna Slaty (abu-abu putih). Jalal sempat ditawar Rp750 juta setelah memenangkan ajang perlombaan di Cibubur, Jakarta, tahun 2016. Ketua Farm Lovebird Bandung KKLB Ade Sulistio mengatakan, prestasi membanggakan Jalal membuat harganya melambung tinggi.

Burung itu memiliki kelebihan suara ngekek yang panjang dan jeda rapat. Wajar saja ketika itu dia menyabet juara 1 sebanyak empat kali dalam empat kelas. “Kurang lebih kalau di perlombaan durasi suaranya sampai 1 menit,” katanya saat ditemui di Bekasi.

Pria kelahiran Cirebon 31 Desember 1984 ini mengaku Jalal merupakan burung yang dibelinya dari warga Bandung. Saat itu Jalal selalu diikutsertakan dalam ajang perlombaan burung lovebird di Jakarta maupun Bekasi. Hasilnya cukup membanggakan.

Hingga akhirnya ketertarikan pehobi lain mencapai nilai transaksi Rp750 juta. Bahkan, pembelinya menawar Rp500 juta, tapi dia tak berikan. Saat ini Jalal sudah diternak dan memiliki beberapa keturunan. Hanya saja, untuk mengikuti perlombaan lagi, Jalal sudah tidak diturunkan.

Selain faktor usia, juga kestabilan berahinya sudah tidak memadai. Pernyataan Ade sekaligus menjawab teka-teki hilangnya Jalal di arena perlombaan. Banyak kabar menyebutkan Jalal sudah tiada. Padahal Jalal kini sedang masuk di kandang ternak untuk bisa hidup bersama pasangannya. Jalal merupakan burung konslet .

Selain Jalal, Ade juga masih memiliki jagoan lainnya. Ada Napeleon, Tekila, Shake, dan Terminator. Harga burung yang dimilikinya juga tak main-main. Seperti Napeleon yang harganya sudah mencapai Rp250 juta. Sekarang dia tidak pernah membeli burung dari orang lain untuk bisa mencetak gaco.

Sebab Ade sudah memiliki ternak sendiri sebanyak 80 pasang lovebird . Sebaliknya, malah banyak orang yang tertarik dengan cetakan lovebird miliknya. “Ada 80 pasang lovebird yang saya ternak dan hampir kebanyakan juara semua,” ujarnya.

Bahkan, saking banyaknya, lovebird yang diurus dia harus mempekerjakan enam karyawan. Pekerjanya setiap hari hanya mengurus burung-burung kesayangannya mulai dari pengembunan sampai penjemuran dan memberi makan serta vitamin. “Kalau soal vitamin seluruh burung saya pasti diberikan setiap hari,” katanya. (Abdullah M Surjaya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4339 seconds (0.1#10.140)