Quarter Life Crisis, Bikin Galau Kalangan Twenties
loading...

Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad dalam hidup manusia adalah hal yang wajar dialami anak muda. Foto/Francesca Mahaney, Pratt Institute
A
A
A
JAKARTA - Pernah gak, sih, kamu merasa galau mikirin masa depan dan merenung, “Kok hidup gue masih gini-gini aja, ya?”
Mungkin kamu mulai ragu dengan kompetensi diri, merasa terjebak dengan pilihan hidup, dan mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang langkahnya sudah jauh lebih maju dibanding kamu yang merasa masih di situ-situ aja.
Dinda Audy, 20, adalah salah satu dari banyak Generasi Z yang sedang mengalaminya. Dinda bercerita kalau ia merasa tersesat di tengah bidang perkuliahan yang nyatanya gak sesuai dengan ekspektasi.
“Ternyata gak sesuai passion, tapi udah telanjur nyebur (dalam jurusannya). Gue jadi bingung dan ngerasa abu-abu buat ke depannya. Mau mulai hal baru dari nol belum tentu berhasil, tapi kalau harus terus di bidang ini rasanya bukan gue banget,” curhat mahasiswi Universitas Indonesia (UI) ini.
Nah, kegalauan yang dialami Dinda sebenarnya bukanlah hal yang langka dialami oleh para kawula muda. Dalam psikologi, fenomena itu dikenal dengan istilah Quarter Life Crisis (QLC) atau krisis pada rentang usia seperempat abad. Ini adalah sebuah fase saat seseorang merasa cemas akan masa depan dan mulai mempertanyakan kembali pilihan hidupnya.
![Quarter Life Crisis, Bikin Galau Kalangan Twenties]()
Foto: jolitamo.com
Dipicu Banyak Alasan
Istilah Quarter Life Crisis pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Robbins dan Abby Wilner dalam buku mereka yang bertajuk "Quarter life Crisis: The Unique Challenge in Your Twenties" (2001).
Dalam bukunya, Robbins dan Wilner menjelaskan bahwa dewasa muda harus menemukan identitas mereka sebelum memasuki fase baru, yaitu kedewasaan. Apabila mereka mengalami kegagalan dalam membangun komitmen itu, mereka cenderung akan mengalami kebingungan pada identitasnya. Hal inilah yang nantinya dapat membawa seseorang pada Quarter Life Crisis.
Selain itu, QLC juga bisa dipicu oleh berbagai alasan, di antaranya ekspektasi yang gak sesuai harapan, karier dan pekerjaan, hubungan percintaan, tekanan untuk memenuhi harapan orang tua, atau insecure dengan masa depan.
Mungkin kamu mulai ragu dengan kompetensi diri, merasa terjebak dengan pilihan hidup, dan mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang langkahnya sudah jauh lebih maju dibanding kamu yang merasa masih di situ-situ aja.
Dinda Audy, 20, adalah salah satu dari banyak Generasi Z yang sedang mengalaminya. Dinda bercerita kalau ia merasa tersesat di tengah bidang perkuliahan yang nyatanya gak sesuai dengan ekspektasi.
“Ternyata gak sesuai passion, tapi udah telanjur nyebur (dalam jurusannya). Gue jadi bingung dan ngerasa abu-abu buat ke depannya. Mau mulai hal baru dari nol belum tentu berhasil, tapi kalau harus terus di bidang ini rasanya bukan gue banget,” curhat mahasiswi Universitas Indonesia (UI) ini.
Nah, kegalauan yang dialami Dinda sebenarnya bukanlah hal yang langka dialami oleh para kawula muda. Dalam psikologi, fenomena itu dikenal dengan istilah Quarter Life Crisis (QLC) atau krisis pada rentang usia seperempat abad. Ini adalah sebuah fase saat seseorang merasa cemas akan masa depan dan mulai mempertanyakan kembali pilihan hidupnya.

Foto: jolitamo.com
Dipicu Banyak Alasan
Istilah Quarter Life Crisis pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Robbins dan Abby Wilner dalam buku mereka yang bertajuk "Quarter life Crisis: The Unique Challenge in Your Twenties" (2001).
Dalam bukunya, Robbins dan Wilner menjelaskan bahwa dewasa muda harus menemukan identitas mereka sebelum memasuki fase baru, yaitu kedewasaan. Apabila mereka mengalami kegagalan dalam membangun komitmen itu, mereka cenderung akan mengalami kebingungan pada identitasnya. Hal inilah yang nantinya dapat membawa seseorang pada Quarter Life Crisis.
Selain itu, QLC juga bisa dipicu oleh berbagai alasan, di antaranya ekspektasi yang gak sesuai harapan, karier dan pekerjaan, hubungan percintaan, tekanan untuk memenuhi harapan orang tua, atau insecure dengan masa depan.