Rayakan HUT ke-18, Brawijaya Healthcare Gelar Happy, Healthy & Fun Bahas Permasalahan Kesehatan

Rabu, 11 September 2024 - 21:12 WIB
loading...
Rayakan HUT ke-18, Brawijaya...
Ki-ka: drg. Hestiningsih, MARS selaku Corporate Sales Direktur Brawijaya Healthcare, President Director Brawijaya Healthcare Group Amira Ganis, dan dr. Muhammad Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Brawijaya Healthcare mengadakan acara “Happy, Healthy & Fun” sebagai rangkaian dari HUT Brawijaya Healthcare ke-18 di Studio 2 XXI Pondok Indah Mall II, Jakarta Selatan. Dalam acara tersebut dihadirkan beberapa narasumber yakni dokter spesialis jantung Dr. dr. Muhammad Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS dari Braveheart Brawijaya Healthcare, dokter subspesialis gynekologi dan onkologi Dr. dr. Chamim, Sp.OG.SubSp.Onk dari Brawijaya Hospital Saharjo, dokter spesialis obgyn dr. Niken P. Pangastuti, Sp.OG – KFER dari unit IVF Brawijaya Hospital Antasari, dan dokter spesialis orthopedi dr. Paramita Dyah Lasmana, Sp.OT dari Brawijaya Hospital Tangerang.

Brawijaya Healthcare saat ini mempunyai beberapa Center of Excellence/Layanan Unggulan, salah satunya BraveHeart Center. BraveHeart adalah salah satu center yang mengkhususkan diri dalam pelayanan jantung/kardiovaskular.

BraveHeart memiliki tim dokter spesialis maupun subspesialis di bidang jantung, termasuk ahli dalam intervensi koroner, elektrofisiologi dan terapi pacujantung, penggantian katub jantung tanpa operasi, pencitraan jantung, bedah, dan jantung anak, yang semuanya dipimpin oleh dr. Muhammad Yamin.

Pada kesempatan tersebut, dr. Muhammad Yamin mengatakan, secara umum penyebab penyakit jantung terbagi atas kelompok umur, yaitu kelompok umur muda (di bawah usia 40 tahun) dan kelompok umur tua (di atas 40 tahun). Untuk kelompok umur di bawah 40 tahun, umumnya penyebab penyakit jantung adalah kelainan bawaan, listrik jantung atau kanal ion jantung, dan kelainan struktur organ jantung.

“Kalau listrik jantung yang paling sering adalah ion-ion yang mengatur kelistrikan jantung mengalami mutasi genetik yang mengakibatkan dengan pencetus tertentu seperti olahraga, berenang, atau karena kebisingan misalnya, ion itu bisa memicu irama jantung yang kacau yang bisa mengancam atau membuat denyut jantungnya berhenti,” kata Chairman of BraveHeart Center itu.

Sementara pada kelainan struktur organ jantung yang dibawa sejak lahir sudah tebal karena adanya kelainan gen-gen yang mengatur otot jantung. Otot yang tebal tersebut berpotensi membuat kelinstrikan jantung itu konslet. Pada profesi altet, biasanya karena sering berlatih lebih keras dari biasanya, otot yang awalnya sudah tebal menjadi lebih tebal. Maka semakin tebal otot jantung akan semakin mudah untuk konslet.

Untuk kelompok di atas 40 tahun, penyebab kematian mendadak yang paling sering adalah serangan jantung yang sering disebut penyakit jantung koroner.

“Jadi tidak semua serangan jantung adalah henti jantung dan tidak semua henti jantung adalah serangan jantung. Serangan jantung bisa bisa bikin henti jantung, tetapi henti jantung belum tentu karena serangan jantung,” terang dr. Muhammad Yamin.

Dalam kesempatan tersebut, President Director Brawijaya Healthcare Group Amira Ganis juga menegaskan komitmen Brawijaya Healthcare untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan untuk keluarga Indonesia.

"Kita telah memberikan pelayanan kepada ibu dan anak di Indonesia secara komprehensif. Alhamdulillah journey itu sudah berhasil dan terbukti. Dan kini kita mengembangkan kepercayaan masyarakat untuk layanan layanan baru, seperti jantung sebagai penyakit dengan tingkat kematian yang cukup tinggi," kata Amira Ganis.

"Pelayanan jantung BraveHeart baru mulai journey-nya di tahun ini, tapi sebelumnya kita sudah melakukan pelayanan jantung sejak 4 tahun yang lalu, dan sekarang kita semakin lengkap. Di mana kita berbicara tentang integrasi, layanan, kesehatan jantung bukan hanya untuk mengobati tetapi juga preventif, dan bagaimana kita memberikan layanan ini agar menjadi destinasi bagi masyarakat yang mengalami keluhan bisa mendapatkan pelayanan komprehensif di Brawijaya, termasuk pasien rujukan dari negara tetangga," lanjutnya.

Sementara itu, salah satu dokter di Brawijaya IVF Center, dr. Niken Pudji Pangastuti, Sp.OG (K) FER, menjelaskan bahwa kasus infertilitas adalah kegagalan pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual yang benar dan teratur selama satu tahun tanpa kontrasepsi.

"Secara umum faktor risikonya bisa berasal dari suami dan istri seperti gangguan pematangan sel telur, sumbatan pada saluran telur, masalah sperma, dan lain-lain. Untuk mengatasi permasalahan di atas bisa dilakukan beberapa hal seperti program bayi alami, inseminasi dan atau bisa dipertimbangkan program bayi tabung (IVF), terlebih buat pasangan yang sudah lama menikah dan sudah berumur," paparnya.

Di kesempatan yang sama, spesialis orthopedi, yakni dr. Paramitha Dyah Lasmana, SpOT, mengatakan bahwa nyeri lutut bisa terjadi di usia muda maupun lanjut. Yang membedakan keduanya hanya penyebab nyeri lutut, di mana usia muda paling banyak disebabkan karena cedera lutut, dan usia lanjut paling banyak karena proses pengapuran yang terjadi pada sendi lutut, sehingga nyeri lutut tidak bisa dianggap suatu hal yang sepele.

"Semakin cepat diketahui penyebab nyeri lutut maka semakin cepat penanganan dapat dilakukan, sehingga komplikasi dapat kita minimalkan dan kita dapat meningkatkan kualitas hidup. Prinsip penanganan nyeri sendi lutut bisa dikerjakan tanpa operasi dan dengan operasi, tergantung keluhan dan respons terhadap pengobatan sebelumnya," terangnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1141 seconds (0.1#10.140)