Menyicipi Lezatnya Sate Ayam Kampung Khas Gunungkidul
loading...
A
A
A
SATE ayam merupakan makanan yang dikenal luas masyarakat di Indonesia. Bahkan mantan Presiden Amerika Barack Husein Obama ketika berkunjung ke- Indonesia beberapa tahun silam mencari menu sate untuk di santap.
Berbagai sate khas pun muncul di Indonesia. Seperti sate madura, sate padang, atau sate ambal di Kebumen dan lain sebagainya.
Namun berbicara sate, di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga ada yang khas. Sebuah warung sate satu satunya yang menjual sate ayam kampung. Namanya sate ayam Bu Noto Taman.
Sejak mulai usaha warung sate di tahun 1963, sate ini tidak melakukan perubahan atau bergeser memakai daging ayam negeri (broiler). Namun tetap menyembelih ayam kampung jantan yang dijajakannya di Taman parkir Wonosari, tepatnya di depan Pasar Argosari Wonosari.
Meskipun hanya kios, namun usaha yang dilakoni bersama anak satu satunya tersebut menjadi salah satu kuliner khas di kabupaten terluas di DIY ini.
Menurut penuturan Bu Noto, dirinya dulu berjualan Terminal Lama Wonosari. Diapun merintis dari menyembelih satu ayam hingga saat ini delapan hingga 10 ayam besar jantan disembelih untuk dibuat sate. “Saya mulai usaha karena memang dulu di sini tidak ada ayam broiler. Maka saya mulai jual sate ayam kampung, “ tuturnya kepada Koran SINDO.
Usaha inipun terus digelutinya. Hingga terminal digeser dan sekarang menjadi taman parkir. “Lokasi saya tidak berubah ya di sini hanya sekarang bangunan beda dengan dulu,” imbuhnya.
Di tengah perjalanan dirinya pernah ditawari untuk berganti ke ayam broiler. Namun dirinya tidak mau. Dia memilih ayam kampung karena memang berbeda tekstur rasanya.
Tekstur ayam kampung menurutnya lebih padat. Selain itu juga lebih sehat karena tidak banyak menggunakan obat-obatan untuk mengemukakan. “Jadi ini asli ayam kampung, bukan ayam Jawa super. Karena kami sengaja mencari ayam jago yang besar sehingga banyak kalau dijadikan sate pertusuknya,” lanjut dia.
Benar saja, Sate Ayam Kapung Noto Taman memang berbeda. Dilengkapi dengan bumbu kacang kemudian irisan cabai bawang merah dan juga mentimun di berikan terpisah, menjadikan penikmat sate bisa menambahkan cabai irisan sesuai selera.
Aroma khas sate yang keluar memang berbeda dengan ayam negeri. Karena daging yang dipanggang tidak terlalu berminyak dan harus dipanggang lebih lama agar dagingnya matang secara keseluruhan.
Untuk membuat sate ayam ini, Bu Noto mengaku mendapatkan ayam dari penjual langganan. Penjual ayam sudah mengetahui keinginan ayam untuk bahan sate yang dibuatnya. “Ayam harus sehat, kalau sakit saya tolak, “ tegasnya.
Setelah ayam disembelih dan dibersihkan, dia bersama tenaga di rumah mengiris daging untuk bahan sate. Kemudian dibawa ke warung untuk dijual. Satu porsi sate ayam kampung lengkap dengan nasi dan minum, Anda hanya mengeluarkan Rp23.000. Harga yang sedikit mahal dari sate ayam broiler ini terobati dengan rasa sate yang lebih kenyal dan lezat.
Amelia salah satu penikmat sate dari Yogyakarta mengaku tidak sengaja menemukan sate ayam kampung Bu Noto saat dirinya bertandang di rumah kerabatnya di Wonosari. Saat menyantap sate Bu Noto, Amelia kaget karena rasanya jauh di luar ekspektasi makan sate.
Amelia merasa ketegihan setelah mencoba menyantapnya. Apalagi jarang sekali ditemukan sate dengan kelezatan yang sama Yogyakarta. “Sate ini menurut saya lebih sehat karena ayamnya ayam kampung tidak banyak obat untuk penggemuk seperti ayam broiler,” ucapnya.
Diapun mengaku setiap ke Gunungkidul, selalu mampir di warung Sate Ayam Kampung Bu Noto Taman ini. (Suharjono)
Berbagai sate khas pun muncul di Indonesia. Seperti sate madura, sate padang, atau sate ambal di Kebumen dan lain sebagainya.
Namun berbicara sate, di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga ada yang khas. Sebuah warung sate satu satunya yang menjual sate ayam kampung. Namanya sate ayam Bu Noto Taman.
Sejak mulai usaha warung sate di tahun 1963, sate ini tidak melakukan perubahan atau bergeser memakai daging ayam negeri (broiler). Namun tetap menyembelih ayam kampung jantan yang dijajakannya di Taman parkir Wonosari, tepatnya di depan Pasar Argosari Wonosari.
Meskipun hanya kios, namun usaha yang dilakoni bersama anak satu satunya tersebut menjadi salah satu kuliner khas di kabupaten terluas di DIY ini.
Menurut penuturan Bu Noto, dirinya dulu berjualan Terminal Lama Wonosari. Diapun merintis dari menyembelih satu ayam hingga saat ini delapan hingga 10 ayam besar jantan disembelih untuk dibuat sate. “Saya mulai usaha karena memang dulu di sini tidak ada ayam broiler. Maka saya mulai jual sate ayam kampung, “ tuturnya kepada Koran SINDO.
Usaha inipun terus digelutinya. Hingga terminal digeser dan sekarang menjadi taman parkir. “Lokasi saya tidak berubah ya di sini hanya sekarang bangunan beda dengan dulu,” imbuhnya.
Di tengah perjalanan dirinya pernah ditawari untuk berganti ke ayam broiler. Namun dirinya tidak mau. Dia memilih ayam kampung karena memang berbeda tekstur rasanya.
Tekstur ayam kampung menurutnya lebih padat. Selain itu juga lebih sehat karena tidak banyak menggunakan obat-obatan untuk mengemukakan. “Jadi ini asli ayam kampung, bukan ayam Jawa super. Karena kami sengaja mencari ayam jago yang besar sehingga banyak kalau dijadikan sate pertusuknya,” lanjut dia.
Benar saja, Sate Ayam Kapung Noto Taman memang berbeda. Dilengkapi dengan bumbu kacang kemudian irisan cabai bawang merah dan juga mentimun di berikan terpisah, menjadikan penikmat sate bisa menambahkan cabai irisan sesuai selera.
Aroma khas sate yang keluar memang berbeda dengan ayam negeri. Karena daging yang dipanggang tidak terlalu berminyak dan harus dipanggang lebih lama agar dagingnya matang secara keseluruhan.
Untuk membuat sate ayam ini, Bu Noto mengaku mendapatkan ayam dari penjual langganan. Penjual ayam sudah mengetahui keinginan ayam untuk bahan sate yang dibuatnya. “Ayam harus sehat, kalau sakit saya tolak, “ tegasnya.
Setelah ayam disembelih dan dibersihkan, dia bersama tenaga di rumah mengiris daging untuk bahan sate. Kemudian dibawa ke warung untuk dijual. Satu porsi sate ayam kampung lengkap dengan nasi dan minum, Anda hanya mengeluarkan Rp23.000. Harga yang sedikit mahal dari sate ayam broiler ini terobati dengan rasa sate yang lebih kenyal dan lezat.
Amelia salah satu penikmat sate dari Yogyakarta mengaku tidak sengaja menemukan sate ayam kampung Bu Noto saat dirinya bertandang di rumah kerabatnya di Wonosari. Saat menyantap sate Bu Noto, Amelia kaget karena rasanya jauh di luar ekspektasi makan sate.
Amelia merasa ketegihan setelah mencoba menyantapnya. Apalagi jarang sekali ditemukan sate dengan kelezatan yang sama Yogyakarta. “Sate ini menurut saya lebih sehat karena ayamnya ayam kampung tidak banyak obat untuk penggemuk seperti ayam broiler,” ucapnya.
Diapun mengaku setiap ke Gunungkidul, selalu mampir di warung Sate Ayam Kampung Bu Noto Taman ini. (Suharjono)
(ysw)