Aktor Shia LaBeouf Kembali Intim dengan Dunia Akting

Senin, 23 Desember 2019 - 13:19 WIB
Aktor Shia LaBeouf Kembali Intim dengan Dunia Akting
Aktor Shia LaBeouf Kembali Intim dengan Dunia Akting
A A A
Aktor Shia Saide LaBeouf adalah ‘nama besar’ dengan karier yang melejit selama pertengahan hingga akhir 2000-an. Namanya terkenal sejak remaja, ketika membintangi serial televisi Disney Even Stevens. Dia menjadi ‘King of Fashion’ hingga ‘ikon pop’ karena peran mercusuar-nya di film Transformers. Lalu diikuti sejumlah hit blockbuster seperti Eagle Eye, Fury atau Indiana Jones And The Kingdom Of The Crystal Skull.

Dia juga menuai pujian atas perannya di American Honey pada 2016. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Shia menghilang begitu saja. Dia sempat mengalami krisis eksistensial di mata publik. Ini disebabkan sebagian besar masalah pribadi di belakang kamera. Mulai dari ‘ledakan kemarahan’, mabuk di lokasi syuting, perselisihan dengan polisi, hingga penyalahgunaan alkohol dan narkoba.

Setelah menjalani rehabilitasi kesehatan mental, Shia pun kembali ke dunia entertainmen yang membesarkannya. Saat ini dia percaya jika akting adalah ‘saluran’ untuk cinta. “Momen paling intim sepanjang hidup saya terjadi di lokasi syuting. Saya tidak tahu apakah ada sesuatu yang lebih intim daripada menciptakan sesuatu dengan seseorang. Saya pikir saya sangat tidak puas dalam hidup,” ujarnya, dikutip Variety.

Aktor berusia 33 tahun pada 11 Juni lalu ini pun menyiapkan proyek besar dalam hidupnya, film berjudul Honey Boy, drama semi-otobiografi berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri yang baru dirilis November lalu. Naskahnya pun ditulis saat dia berada di tempat rehabilitasi. Dikutip Independent, film ini didasarkan pada kisah masa kecilnya yang kacau dan pola asuh sang ayah. Film ini seolah menjadi ‘terapi’ bagi Shia.

Dikutip Bangkok Post, film ini disutradarai Alma Har’el dan dibintangi Lucas Hedges, Noah Jupe, FKA Twigs dan Maika Monroe. Film ini adalah otobiografi dirinya yang agak fiksi, mengikuti periode-periode tertentu dalam kehidupan dan kariernya melalui karakter fiksi dari seorang aktor cilik bernama Otis Lort, yang berjuang berdamai dengan ayahnya dan menangani masalah kesehatan mentalnya, termasuk PTSD yang dideritanya.

Shia sendiri secara mengejutkan berperan sebagai ayahnya sendiri, yakni James Lort I film berdurasi selama 93 menit ini. Honey Boy menuai pujian dalam hal dialog dan percakapan. Film ini mengeksplorasi tema agar Anda tidak pernah bisa melarikan diri dari tempat asal Anda, dan cara negatif masa lalu memengaruhi Anda di masa kini .

Meskipun ini mungkin pengalaman pribadi yang sangat spesifik, namun film ini juga bisa bersifat universal sehingga hampir setiap orang yang melihat film ini mungkin akan menemukan sesuatu yang ‘bergerak’ di dalam hati mereka. “Saya pikir konteksnya sangat penting. Dan saya pikir apa yang dilakukan Honey Boy adalah mengontekstualisasikan siapa saya di depan umum, dan semacam permainan di atasnya,” ujarnya kepada The Hollywood Reporter.

Dikutip Dazed, Shia terlahir miskin di Echo Park, Los Angeles. dia berasal dari keluarga broken home. Ayahnya adalah seorang pantomim dan badut, ibunya seorang balerina yang berubah menjadi seniman visual yang bekerja serabutan. Ketika dia berusia lima tahun, orang tuanya berpisah.

Dia pun bertemu seorang artis anak berusia 11 tahun dan tertarik mendapatkan perlengkapan selancar. Shia kecil pun hanya pergi ke sekolah tiga jam sehari. Seiring dewasa, dia ingin menghasilkan uang dan tetap menjaga keluarganya tetap hidup. Dia pun muncul di Disturbia, sebelum akhirnya mendapat kesempatan besar di film Transformers.

Sebelum sibuk dengan proyek film terbarunya, Shia sempat ditangkap karena berbagai masalah. Salah satunya adalah mabuk dan terlibat pertengkaran dengan seorang perwira saat syuting The Peanut Butter Falcon di Georgia pada 2017.

Dia pun diberi hukuman dipenjara selama tujuh tahun atau menjalani rehabilitasi selama sepuluh mimggu yang diperintahkan pengadilan. Dia pun memilih masuk rehabilitasi. Di sini Shia menyadari dirinya menderita PTSD.

Kemudian setelah membintangi The Peanut Butter Falcon, Shia mengaku lebih sering tersenyum dan menjadi lebih lembut dan tenang. Ini mungkin pengaruh dirinya berteman dengan aktor Down Syndrome yang membintangi film tersebut Zack Gottsagen. Dia pun kembali menata hidupnya di dunia akting. Dia mencoba mengirim naskah yang ditulisnya di rehabilitasi ke teman lamanya, sutradara Alma Har’el.

Har’el mengatakan dia merasakan urgensi untuk menceritakan kisah ini, bukan hanya karena dia berteman dekat dengan Shia.”Tetapi juga karena dia tidak pernah melihat banyak film yang diceritakan dari perspektif ini, dan hanya ada begitu banyak hal yang saya mengerti, berbicara dari sudut pandang seorang anak pecandu alkohol,” ujarnya kepada VICE.

Selain itu, menurut dia, film juga bisa menjadi panduan untuk memahami efek PTSD dan cara menghadapinya. Termasuk mendorong kesabaran masyarakat tentang perubahan yang tidak mungkin terjadi secara semalam.

“Shia dan aku sudah saling kenal selama tujuh tahun. Aku pernah ke sana untuknya ketika tidak ada orang lain berkali-kali. Jadi ada kepercayaan, tapi itu tidak berarti dia tidak mempertanyakan niatku, atau defensif, atau takut bagaimana ayahnya akan digambarkan, dan bagaimana Lucas dan Noah menggambarkannya. Itu menakutkan. Dan ada saat-saat kerentanan, tapi saya pikir kita semua keluar dari kemenangan dengan banyak cara. Kita semua belajar banyak tentang satu sama lain, dan harus bercerita karena banyak orang tidak bisa bercerita,” terangnya.

Kedua orang tuanya pun dikabarkan telah menonton film ini. “Mereka senang dengan reaksi saya terhadapnya, dan mereka tahu saya tidak akan membaginya dengan mereka kecuali saya bangga akan hal itu. Jadi saya pikir hanya tindakan berbagi dengan mereka semacam mengontekstualisasikan seluruh pengalaman menonton sebagai sesuatu yang cukup aman untuk mereka nikmati. Jadi mereka akan menikmatinya tanpa peduli jika saya memainkannya untuk mereka,” ungkapnya kepada People.
Dikira Tidak Bakal Akting Lagi

Shia LaBeouf sempat berfikir karir aktingnya sudah berakhir dan dia akan bergabung dengan Peace Corps. Hal ini terjadi saat dirinya sedang menajalani perawatan kesehatan mental di pusat rehabilitasi. “Rasanya seperti bertahan hidup, seperti tidak ada cara lain untuk pergi. Saya tidak memiliki banyak orang yang berbicara kepada saya. Saya berada di rumah sakit jiwa. Dan saya juga memiliki seorang dokter yang mendorong saya untuk menjelajahi bagian-bagian kotor ini dan menuliskannya,” ujarnya.

Dia pun menulis naskah film Honey Boy di sana. “Saya pikir karier akting saya sudah selesai. Saya akan bergabung dengan Korps Perdamaian. Jadi saya mengirimnya ke Mel Gibson dan untungnya dia tidak pernah mengirim kembali email itu dan itu memberi saya kesempatan,” terangnya, dikutip laman Breaking News. Dia mengatakan berada di lembaga membantunya menemukan empati untuk ayahnya, yang dia gambarkan selalu menjadi ‘penjahat terbesar dalam hidupnya’.

“Dan jika Anda bisa berempati dengan penjahat terbesar dalam hidup Anda dan mengikis beberapa bayangan ini, itu membuat Anda lebih ringan dan lebih bebas. Saya tidak berpikir saya memimpin dengan cinta, dan hidup saya telah berubah. Dan ketika Anda memimpin dengan ringan dan cinta, Anda bisa lebih mudah ke yang berat, Anda tahu? Ini jauh lebih mudah, lebih mudah diakses,” terangnya.

Dia pun mengaku dirinya memang lebih mudah marah dan meledak-meledak secara emosi. “Kemarahan dan hal-hal yang kasar sangat mudah - itu adalah hal-hal lain yang terasa cukup sulit. Mendapatkan tawa yang jujur ??itu sangat sulit, sangat sulit,” ungkapnya.

Dilansir Business Mirror, naskah yang ditulisnya ini juga menjadi latihan terapi dan empati bagi hubungan dia dengan sang ayah Jeffrey LaBeouf. Shia mengaku sudah tujuh tahun tidak berkomunikasi dengan sang ayah. Termasuk ‘pembebasan’ bagi dirinya.

“Ada sesuatu yang membebaskan tentang pengalaman ini dan juga menjadi sedikit gila. Menjadi sedikit gila, aku berharap itu pada semua orang. Ada sesuatu yang sangat membebaskan tentang menjadi sedikit gila. Gila adalah kebebasan,” terangnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1769 seconds (0.1#10.140)