Stem Cell, Tabungan Sel untuk Jaminan Kesehatan
A
A
A
JAKARTA - Teknik terapi stem cell merupakan teknik pengambilan unspecialized cell dari embrio, sel darah tali pusar, atau kulit dari bagian tubuh manapun. Setelah sel ini diambil, kemudian disimpan di laboratorium berteknologi khusus yang menjamin sel mampu bertahan hidup berpuluh-puluh tahun mendatang.
Tentunya ada beberapa prosedur yang harus dilakukan jika ingin ”menabung” stem cell. Pasalnya, biaya yang dibutuhkan tidaklah ringan. Berbagai persyaratan medispun harus dilalui sebelum sel punca tersebut bisa disimpan dan digunakan di kemudian hari.
”Dalam proses penyimpanan tali pusat yang akan digunakan untuk stem cell harus dikontrol secara rutin. Setiap seminggu harus dicek, listrik tidak boleh mati, dan ada alat khusus di banknya,” jelas dr Ivan Rizal Sini, SpOG dari Rumah Sakit Bunda.
Nanti setiap sel punca yang disimpan akan ditaruh ditempat yang berbeda-beda. Seperti dari suhu penyimpanan dan wadah harus diperhatikan. Jika salah dalam proses penyimpanan, maka sel tersebut tidak bisa digunakan dan merugikan pasien.
Ivan mengungkapkan, setiap sel punca yang ingin disimpan tentu akan diverifikasi apakah bersih dari berbagai penyakit bawaan seperti hepatitis dan HIV. Setelah itu akan dipindahkan ke tempat penyimpanan biohazard.
”Di laboratorium setiap sel yang sudah diambil nantinya akan langsung disimpan, tentunya sesuai dengan prosedur yang sudah disepakati. Apakah sel tersebut bersifat donor atau privat (pribadi), dan jika ingin memakainya bisa diambil,” jelas Ivan.
Ivan menambahkan, jadi pada saat bayi lahir, tali pusat yang menghubungkan sang bayi dengan si ibu akan diambil sepanjang 15 cm untuk diproses. Nantinya akand iambil darah yang berada pada arteri tali pusar dan disimpan.
”Dalam prosesnya pun tidak boleh lama-lama karena akan mengakibatkan sel punca yang dihasilkan bisa rusak,” jelas Ivan.
Setiap orang yang ingin menyimpan sel punca secara pribadi tentu akan dikenakan biaya sesuai prosedur dan pemeriksaan. Namun, bila ingin menyimpan dengan menggunakan sistem donor, tidak dikenakan biaya (free ).
”Kalau yang privat, tentunya hanya bisa digunakan oleh keluarga sendiri seperti orang tua, dan saudara kandung dan sistemnya lebih mudah karena memiliki sel jaringan yang sama. Jika sistem donor, maka sel punca tersebut bisa digunakan oleh orang, tentunya dengan prosedur pemeriksaan apakah sel punca yang diberikan cocok atau tidak,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ivan menjelaskan, bila sel punca yang disimpan secara donor, maka pendonor tersebut berhak mendapatkan sel punca yang cocok juga. ”Jadi jika pendonor membutuhkan, bisa mendapatkan sel lain yang juga cocok dengan dirinya. Jika tidak, akan mengakibatkan efek samping seperti diare hebat, panas tinggi, dan mata kuning,” ungkapnya.
Ivan menegaskan bahwa untuk penggunaan stem cell milik orang lain dari bank sel publik harus disesuaikan human leukosit antigen (HLA)-nya. Terdapat pula risiko tertular penyakit lain dari sel yang disuntikkan.
”Kita kan enggak tahu apakah dalam sel yang diberikan tidak ada penyakit yang bisa ditularkan seperti virus, bakteri, atau jamur. Laboratorium harus memiliki kemampuan menyaring potensi penyakit-penyakit itu,” jelasnya.
Laboratorium ini memiliki peran yang sangat penting dari segi klinik seperti dalam penyembuhan kanker darah, penyakit stroke , jantung, dan juga glukoma. Namun, kocek yang harus dikeluarkan untuk penyimpanannya pun lumayan mahal.
Cell safe salah satu bank jaringan yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menyediakan penitipan darah tali pusat. ”Awal melakukan pengisian formulir terlebih dahulu. Setelah itu pada saat persalinan petugas Cell Safe akan mengambil darah dari tali pusat yang dipotong sepanjang15 cm untuk diolah di laboratorium,” jelas Iqbal, petugas Cell Safe.
Tahap awal jika ingin menggunakan jasa penitipan sel punca ini, dikenakan biaya sekitar Rp11 juta. Biaya ini sudah termasuk proses pemeriksaan darah, penyimpanan, dan pengiriman ke laboratorium.
”Hanya di awal saja yang biayanya mahal karena kita harus melakukan tes terlebih dahulu untuk memastikan sel darah tersebut bisa berkembang dengan baik dan tidak ada kotaminasi penyakit bawaan seperti hepatitis dan HIV. Untuk tahun kedua biayanya sekitar Rp1,5 juta pertahun,” jelas Iqbal.
Dia menambahkan, pihaknya selalu memberikan laporan setiap tahunnya tentang perkembangan sel punca yang dititipkan sehingga tidak ada keraguan saat sel punca ingin digunakan.
Tentunya ada beberapa prosedur yang harus dilakukan jika ingin ”menabung” stem cell. Pasalnya, biaya yang dibutuhkan tidaklah ringan. Berbagai persyaratan medispun harus dilalui sebelum sel punca tersebut bisa disimpan dan digunakan di kemudian hari.
”Dalam proses penyimpanan tali pusat yang akan digunakan untuk stem cell harus dikontrol secara rutin. Setiap seminggu harus dicek, listrik tidak boleh mati, dan ada alat khusus di banknya,” jelas dr Ivan Rizal Sini, SpOG dari Rumah Sakit Bunda.
Nanti setiap sel punca yang disimpan akan ditaruh ditempat yang berbeda-beda. Seperti dari suhu penyimpanan dan wadah harus diperhatikan. Jika salah dalam proses penyimpanan, maka sel tersebut tidak bisa digunakan dan merugikan pasien.
Ivan mengungkapkan, setiap sel punca yang ingin disimpan tentu akan diverifikasi apakah bersih dari berbagai penyakit bawaan seperti hepatitis dan HIV. Setelah itu akan dipindahkan ke tempat penyimpanan biohazard.
”Di laboratorium setiap sel yang sudah diambil nantinya akan langsung disimpan, tentunya sesuai dengan prosedur yang sudah disepakati. Apakah sel tersebut bersifat donor atau privat (pribadi), dan jika ingin memakainya bisa diambil,” jelas Ivan.
Ivan menambahkan, jadi pada saat bayi lahir, tali pusat yang menghubungkan sang bayi dengan si ibu akan diambil sepanjang 15 cm untuk diproses. Nantinya akand iambil darah yang berada pada arteri tali pusar dan disimpan.
”Dalam prosesnya pun tidak boleh lama-lama karena akan mengakibatkan sel punca yang dihasilkan bisa rusak,” jelas Ivan.
Setiap orang yang ingin menyimpan sel punca secara pribadi tentu akan dikenakan biaya sesuai prosedur dan pemeriksaan. Namun, bila ingin menyimpan dengan menggunakan sistem donor, tidak dikenakan biaya (free ).
”Kalau yang privat, tentunya hanya bisa digunakan oleh keluarga sendiri seperti orang tua, dan saudara kandung dan sistemnya lebih mudah karena memiliki sel jaringan yang sama. Jika sistem donor, maka sel punca tersebut bisa digunakan oleh orang, tentunya dengan prosedur pemeriksaan apakah sel punca yang diberikan cocok atau tidak,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ivan menjelaskan, bila sel punca yang disimpan secara donor, maka pendonor tersebut berhak mendapatkan sel punca yang cocok juga. ”Jadi jika pendonor membutuhkan, bisa mendapatkan sel lain yang juga cocok dengan dirinya. Jika tidak, akan mengakibatkan efek samping seperti diare hebat, panas tinggi, dan mata kuning,” ungkapnya.
Ivan menegaskan bahwa untuk penggunaan stem cell milik orang lain dari bank sel publik harus disesuaikan human leukosit antigen (HLA)-nya. Terdapat pula risiko tertular penyakit lain dari sel yang disuntikkan.
”Kita kan enggak tahu apakah dalam sel yang diberikan tidak ada penyakit yang bisa ditularkan seperti virus, bakteri, atau jamur. Laboratorium harus memiliki kemampuan menyaring potensi penyakit-penyakit itu,” jelasnya.
Laboratorium ini memiliki peran yang sangat penting dari segi klinik seperti dalam penyembuhan kanker darah, penyakit stroke , jantung, dan juga glukoma. Namun, kocek yang harus dikeluarkan untuk penyimpanannya pun lumayan mahal.
Cell safe salah satu bank jaringan yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menyediakan penitipan darah tali pusat. ”Awal melakukan pengisian formulir terlebih dahulu. Setelah itu pada saat persalinan petugas Cell Safe akan mengambil darah dari tali pusat yang dipotong sepanjang15 cm untuk diolah di laboratorium,” jelas Iqbal, petugas Cell Safe.
Tahap awal jika ingin menggunakan jasa penitipan sel punca ini, dikenakan biaya sekitar Rp11 juta. Biaya ini sudah termasuk proses pemeriksaan darah, penyimpanan, dan pengiriman ke laboratorium.
”Hanya di awal saja yang biayanya mahal karena kita harus melakukan tes terlebih dahulu untuk memastikan sel darah tersebut bisa berkembang dengan baik dan tidak ada kotaminasi penyakit bawaan seperti hepatitis dan HIV. Untuk tahun kedua biayanya sekitar Rp1,5 juta pertahun,” jelas Iqbal.
Dia menambahkan, pihaknya selalu memberikan laporan setiap tahunnya tentang perkembangan sel punca yang dititipkan sehingga tidak ada keraguan saat sel punca ingin digunakan.
(ysw)