Nasi Goreng Mbak Yati, Lezatnya Bikin Ketagihan
loading...
A
A
A
SALATIGA - Di Salatiga, Jawa Tengah banyak ditemui penjual nasi goreng atau bakmi di pinggir jalan. Namun jika ingin nasi goreng pinggir jalan yang enak, nasi goreng Mbak Yati bisa dicoba.
Berlokasi di Jalan Brigjen Sudiarto, sekitar 200 meter arah selatan Lapangan Pancasila, warung nasi goreng ini cukup kondang karena sudah berdiri sejak 1989 silam. Bahkan warung ini bisa dibilang perintis nasi goreng dan bakmi babat iso di Salatiga. Karena dulu warung nasi goreng dan bakmi belum menjamur seperti sekarang ini.
Menempati bangunan sederhada ukuran 3 m x 7 m, warung yang dikelola oleh Sumaryati (53) ini menyediakan menu spesial nasi goreng dan bakmi. Dijamin lezat. Karena nasi yang digunakan pun, dipilih dari beras pilihan. Sehingga nasi tetap empuk, namun tidak lengket dan tidak akas. Racikan bumbunya juga pas di lidah. (Baca: Usai Diperika oleh Dewan Pengawas KPK, Firli Bahuri Memilih Bungkam)
Jika sudah merasakan, bisa membuat ketagihan. Tak berlebihan jika banyak pelanggannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pelanggan yang memenuhi warung nasi goreng Mbak Yati, sejak sore hingga malam.
Sesuai dengan namanya, warung ini menyediakan menu unggulan nasi goreng dan bakmi. Ada bakmi goreng/kuah, nasi goreng ayam, nasi goreng telor, nasi goreng babat iso, nasi goreng pete dan nasi goreng babat gongso. Untuk bakmi, Mbak Yati mengaku membuat sendiri, sehingga dijamin tanpa bahan pengawet.
Karena rasanya jelas beda, dengan pengawet dan tanpa pengawet. Harganya pun tidak mahal dan pas di kantong. Setiap porsinya rata-rata Rp12.000. Sebelum berjualan nasi goreng, Sumaryati pernah berjualan pakaian. Namun usaha yang dirintisnya itu tidak bertahan lama. Gagal di bisnis pakaian, Sumaryati banting haluan dengan ternak ayam potong. Namun usaha ini juga gagal.
Di saat gundah mencari usaha apa yang cocok, Sumaryati sadar bahwa ia punya hobi dan bakat memasak. Ia lantas memutuskan untuk membuka usaha warung nasi goreng. "Saat saya buka pertama kali tahun 1989, warung nasi goreng dan bakmi belum sebanyak ini,” kata ibu empat anak ini. (Baca juga: Memanas, Rusia Bakal Gelar Latihan di Laut Mediterania)
Merintis warung nasi goreng hingga terkenal seperti sekarang ini, diakui Sumaryati penuh perjuangan yang panjang. Dirintis sejak tahun 1989, banyak suka duka yang dialaminya. “ Dulu di awal-awal jualan, sering merugi. Namun saya tetap sabar, dan Tuhan akhirnya memberi jalan,” kata istri dari Lukito ( Alm) ini.
Diceritakan Mbak Yati, awal berjualan di tahun 1989, harga nasi goreng/bakmi goreng setiap porsinya Rp 400, dan Rp 500 untuk menu spesial.Seiring perjalanan waktu, karena bisa mempertahankan rasanya, warung nasi goreng ini banyak pelanggan setianya. Para pelanggan dari berbagai kalangan di Salatiga, mulai pelajar, mahasiswa, pegawai dan sebagainya. “ Dari dulu kami berjualannya yang di tempat ini,” katanya.
Buka mulai pukul 15.00 WIB, warung ini sudah diserbu para pembeli, terutama pas sore atau jam makan malam. Biasanya warung tutup pukul 22.00 WIB. “Kami juga menerima pesanan. Dan biasanya pesanan itu untuk acara-acara rapat,” kata Mbak Yati. (Baca juga: Pengusaha Wisata Bandung Tolak Rencana Bandara Husein jadi Domestik)
Karena pelanggannya banyak, saban harinya ia menghabiskan 20 Kg beras untuk nasi goreng. Mengimbangi banyaknya pembeli, Sumaryati memperkerjakan 4 karyawati, ditambah dua anaknya yang setia membantunya.
Sumaryati sangat bersyukur jika warung nasi goreng yang telah dirintisnya ini akhirnya bisa menjadi sandaran hidup keluarga. Bahkan ia juga sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
Bagi Sumaryati, dalam merintis usaha harus dilandasi dengan sabar dan tekun. “ Dengan modal itu, saya yakin Tuhan selalu memberi jalan kepada kita,” ucapnya.
Dikatakan Sumaryati, pelanggannya tidak hanya dari Salatiga saja. Para pelangganya juga berasal dari luar kota, seperti dari Semarang, Boyolali dan Solo. Terbukti, banyak pelancong dari luar daerah yang datang ke Salatiga untuk sekadar mampir ke warungnya.
"Banyak juga pelanggan dari luar kota. Mungkin dari getok tular,” katanya. Tanpa maksud menonjolkan diri, dikatakan Mbak Yati, para pelanggan mengaku cocok dengan masakannya karena rasanya yang khas dan bersih. “ Meski menempati warung yang sederhana, tapi kebersihan saya utamakan,” tandasnya.
Untuk mempertahankan para pelangganya, Mbak Yati selalu memprioritaskan pelayanan terhadap pembeli dengan mempertahankan cita rasa makanan dan menjaga kebersihan tempat jualan. (Lihat videonya: Pekerja Diduga Lalai Dua Bangunan Ruko Roboh)
Sementara itu, salah seorang pelanggan setia warung nasi goreng Mbak Yati, Kartika ( 23) warga Tuntang, Kabupaten Semarang menuturkan, dirinya sudah lama menjadi pelanggan Mbak Yati. Karena kebetulan kampusnya ( IAIN Salatiga) dekat dengan warung itu. "Saya sering kesini, masakannya saya cocok. Sampai hafal (akrab) dengan penjualnya ( Mbak Yati),” katanya. (Angga Rosa)
Berlokasi di Jalan Brigjen Sudiarto, sekitar 200 meter arah selatan Lapangan Pancasila, warung nasi goreng ini cukup kondang karena sudah berdiri sejak 1989 silam. Bahkan warung ini bisa dibilang perintis nasi goreng dan bakmi babat iso di Salatiga. Karena dulu warung nasi goreng dan bakmi belum menjamur seperti sekarang ini.
Menempati bangunan sederhada ukuran 3 m x 7 m, warung yang dikelola oleh Sumaryati (53) ini menyediakan menu spesial nasi goreng dan bakmi. Dijamin lezat. Karena nasi yang digunakan pun, dipilih dari beras pilihan. Sehingga nasi tetap empuk, namun tidak lengket dan tidak akas. Racikan bumbunya juga pas di lidah. (Baca: Usai Diperika oleh Dewan Pengawas KPK, Firli Bahuri Memilih Bungkam)
Jika sudah merasakan, bisa membuat ketagihan. Tak berlebihan jika banyak pelanggannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pelanggan yang memenuhi warung nasi goreng Mbak Yati, sejak sore hingga malam.
Sesuai dengan namanya, warung ini menyediakan menu unggulan nasi goreng dan bakmi. Ada bakmi goreng/kuah, nasi goreng ayam, nasi goreng telor, nasi goreng babat iso, nasi goreng pete dan nasi goreng babat gongso. Untuk bakmi, Mbak Yati mengaku membuat sendiri, sehingga dijamin tanpa bahan pengawet.
Karena rasanya jelas beda, dengan pengawet dan tanpa pengawet. Harganya pun tidak mahal dan pas di kantong. Setiap porsinya rata-rata Rp12.000. Sebelum berjualan nasi goreng, Sumaryati pernah berjualan pakaian. Namun usaha yang dirintisnya itu tidak bertahan lama. Gagal di bisnis pakaian, Sumaryati banting haluan dengan ternak ayam potong. Namun usaha ini juga gagal.
Di saat gundah mencari usaha apa yang cocok, Sumaryati sadar bahwa ia punya hobi dan bakat memasak. Ia lantas memutuskan untuk membuka usaha warung nasi goreng. "Saat saya buka pertama kali tahun 1989, warung nasi goreng dan bakmi belum sebanyak ini,” kata ibu empat anak ini. (Baca juga: Memanas, Rusia Bakal Gelar Latihan di Laut Mediterania)
Merintis warung nasi goreng hingga terkenal seperti sekarang ini, diakui Sumaryati penuh perjuangan yang panjang. Dirintis sejak tahun 1989, banyak suka duka yang dialaminya. “ Dulu di awal-awal jualan, sering merugi. Namun saya tetap sabar, dan Tuhan akhirnya memberi jalan,” kata istri dari Lukito ( Alm) ini.
Diceritakan Mbak Yati, awal berjualan di tahun 1989, harga nasi goreng/bakmi goreng setiap porsinya Rp 400, dan Rp 500 untuk menu spesial.Seiring perjalanan waktu, karena bisa mempertahankan rasanya, warung nasi goreng ini banyak pelanggan setianya. Para pelanggan dari berbagai kalangan di Salatiga, mulai pelajar, mahasiswa, pegawai dan sebagainya. “ Dari dulu kami berjualannya yang di tempat ini,” katanya.
Buka mulai pukul 15.00 WIB, warung ini sudah diserbu para pembeli, terutama pas sore atau jam makan malam. Biasanya warung tutup pukul 22.00 WIB. “Kami juga menerima pesanan. Dan biasanya pesanan itu untuk acara-acara rapat,” kata Mbak Yati. (Baca juga: Pengusaha Wisata Bandung Tolak Rencana Bandara Husein jadi Domestik)
Karena pelanggannya banyak, saban harinya ia menghabiskan 20 Kg beras untuk nasi goreng. Mengimbangi banyaknya pembeli, Sumaryati memperkerjakan 4 karyawati, ditambah dua anaknya yang setia membantunya.
Sumaryati sangat bersyukur jika warung nasi goreng yang telah dirintisnya ini akhirnya bisa menjadi sandaran hidup keluarga. Bahkan ia juga sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
Bagi Sumaryati, dalam merintis usaha harus dilandasi dengan sabar dan tekun. “ Dengan modal itu, saya yakin Tuhan selalu memberi jalan kepada kita,” ucapnya.
Dikatakan Sumaryati, pelanggannya tidak hanya dari Salatiga saja. Para pelangganya juga berasal dari luar kota, seperti dari Semarang, Boyolali dan Solo. Terbukti, banyak pelancong dari luar daerah yang datang ke Salatiga untuk sekadar mampir ke warungnya.
"Banyak juga pelanggan dari luar kota. Mungkin dari getok tular,” katanya. Tanpa maksud menonjolkan diri, dikatakan Mbak Yati, para pelanggan mengaku cocok dengan masakannya karena rasanya yang khas dan bersih. “ Meski menempati warung yang sederhana, tapi kebersihan saya utamakan,” tandasnya.
Untuk mempertahankan para pelangganya, Mbak Yati selalu memprioritaskan pelayanan terhadap pembeli dengan mempertahankan cita rasa makanan dan menjaga kebersihan tempat jualan. (Lihat videonya: Pekerja Diduga Lalai Dua Bangunan Ruko Roboh)
Sementara itu, salah seorang pelanggan setia warung nasi goreng Mbak Yati, Kartika ( 23) warga Tuntang, Kabupaten Semarang menuturkan, dirinya sudah lama menjadi pelanggan Mbak Yati. Karena kebetulan kampusnya ( IAIN Salatiga) dekat dengan warung itu. "Saya sering kesini, masakannya saya cocok. Sampai hafal (akrab) dengan penjualnya ( Mbak Yati),” katanya. (Angga Rosa)
(ysw)