Suhu Tinggi Disebut Berpotensi Kurangi Penularan Corona

Sabtu, 04 April 2020 - 16:31 WIB
Suhu Tinggi Disebut Berpotensi Kurangi Penularan Corona
Suhu Tinggi Disebut Berpotensi Kurangi Penularan Corona
A A A
JAKARTA - Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Umum dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Yodi Mahendradhata mengemukakan bahwa pengaruh suhu tinggi kemungkinan masih bisa mengurangi penularan virus corona.

Menurut Dr. Yodi, memang ada studi-studi yang mengindikasikan demikian, yakni suhu tinggi dan kelembapan tinggi mungkin dapat mengurangi penularan virus corona. Meskipun begitu, lanjut dia, terdapat sejumlah faktor lain yang tetap lebih berperan dalam penularan. "Saya ingin menekankan bahwa salah satu faktor utamanya tetaplah kedisplinan masyarakat untuk melakukan social/physical distancing," tegas Dr. Yodi melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (4/4).

Jingyuan Wang, Associate Professor di Sekolah Ilmu dan Teknik Komputer, Universitas Beihang, Beijing dalam sebuah penelitian mengemukakan bahwa virus corona mirip dengan virus influenza, namun cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara yang dingin dan kering. Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus.

Sementara, Melanie Bannister-Tyrrell, seorang konsultan senior di Ausvet, perusahaan epidemiologi swasta kenamaan, memperlihatkan bahwa Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah, yakni sekitar 1-9 derajat celcius. Artinya, semakin tinggi temperatur, maka dugaan adanya kasus Covid-19 harian semakin rendah.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati mengungkapkan jika belum ada kasus Covid-19 di beberapa negara tropis, seperti Singapura, Thailand, Filipina, hingga Indonesia selaam Desember 2019-Januari 2020. Hal itu disebabkan suhu di negara-negara tersebut temperaturnya lebih dari 20 derajat. Akan tetapi, pada outbreak kedua, pengaruh iklim ini kalah dengan pengaruh yang lebih kuat penyebarannya oleh mobilitas orang.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa faktor iklim menjadi keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang memiliki temperatur dan kelembapan tinggi seperti Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19. Namun, ditekankannya jika social/physical distancing tetap menjadi faktor utama, karena apabila hal itu tidak dilakukan dengan ketat, maka keuntungan dari faktor temperatur tersebut tidak lagi berlaku.

Menurut Dwikorita, apa yang disampaikan Menko Luhut itu tidak ada salahnya juga, karena yang bersangkutan kemungkinan sudah mengumpulkan informasi dari berbagai pakar. "Jadi Pak Luhut itu betul, iklim itu membantu. Namun dampaknya itu delay, tidak seketika dampaknya berkurang, perlu waktu untuk alam bekerja. Ya meskipun ada penyebaran tetapi itu tidak murni, itu karena dibawa orang, alias mobilitas penduduk yang masif," terang Dwikorita.

Untuk suhu yang rendah -9 derajat kurang- dan kelembapan rendah atau kering, menurut ahli mikrobiologi, imunitas respons tubuh itu akan melemah, sehingga daya tahan untuk menangkal virus menjadi turun. Kalau temperatur naik, imunitas pun meningkat. Terlebih melihat perkiraan April hingga Agustus, rata-rata suhu bisa 30-32 derajat.

"Jadi kita ini beruntung karena cuacanya tidak ideal untuk perkembangan Covid-19 dengan catatan masyarakatnya itu patuh, menjaga physical distance, tinggal di rumah, tidak keluyuran ke mana-mana," ujarnya.

Dwikorita pun menambahkan, masyarakat harusnya bisa manfaatkan keuntungan iklim tropis ini untuk memperkuat imunitas di bawah matahari pada jam yang tepat. Hal itu diamini Dr.Yodi dengan menyebutkan bahwa berjemur di bawah sinar matahari pada jam tertentu bukan berarti mematikan virus, namun hal tersebut dapat membantu meningkatkan imunitas.

Sementara itu, Juru Bicara Menko Marves, Jodi Mahardi menyampaikan bahwa hasil kajian tersebut tidak serta merta membuat pemerintah menjadi lengah dan menjadikan hal tersebut sebagai landasan untuk mengambil kebijakan terkait penanganan Covid-19. "Menko Luhut menyampaikan, pemerintah akan selalu bekerja keras dengan melihat segala masukan dari berbagai kajian untuk mencari pilihan terbaik yang dapat diterapkan di Indonesia dengan segala karakteristiknya. Kita harus bekerja bersama dengan semua unsur untuk mencari solusi terbaik," ungkapnya.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4801 seconds (0.1#10.140)