Ictyos Kembangkan Kulit Ikan Menjadi Bahan untuk Fashion

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 14:45 WIB
loading...
Ictyos Kembangkan Kulit...
Ictyos bekerja dengan 250 klien, baik merek besar maupun produsen pengrajin yang menguji produk untuk digunakan dalam tali jam, tas, dan pakaian. / Foto: Ictyos
A A A
PARIS - Sebuah perusahaan Prancis sedang meningkatkan daur ulang dengan menggunakan kulit ikan yang seharusnya dibuang ke tempat sampah dan mengubahnya menjadi kulit. Kulit salmon, yang ditujukan untuk tempat sampah restoran, digunakan untuk tali jam dan dompet kelas atas.

(Baca juga: Meningkatkan Kerja Jantung Pada Level Gagal Jantung )

Meskipun ini mungkin tampak seperti tren baru yang aneh, kulit ikan untuk kulit sebenarnya adalah kerajinan kuno dan tidak pernah digunakan dalam mode arus utama. Namun, dengan manfaatnya yang ramah lingkungan, Anda dapat melihatnya lebih banyak.

Tiga teman di belakang perusahaan, bernama Ictyos, bertekad membuat proses ini lebih diterima di industri fashion .

"Kulit salmon memiliki kekenyalan, dan kemahiran, tebalnya kurang dari setengah milimeter, tetapi dengan ketahanan yang hampir setara dengan kulit sapi," kata salah satu pendiri Benjamin Malatrait seperti dikutip Metro, baru-baru ini. "Ia memiliki butiran yang lebih menonjol, dengan sisik yang sedikit mirip dengan kadal. Secara visual cukup eksotis," lanjutnya.

Ictyos telah diberi waktu enam bulan di dalam inkubator startup yang dijalankan oleh raksasa mode LVMH, pemilik merek seperti Louis Vuitton dan Christian Dior. Diharapkan pada akhirnya lulusan inkubator bisa mendapatkan kesepakatan dengan rumah mode LVMH.

Saat ini, Ictyos bekerja dengan 250 klien, baik merek besar maupun produsen pengrajin yang menguji produk untuk digunakan dalam tali jam, tas, dan pakaian. Namun tampaknya perusahaan tersebut bukanlah yang pertama bereksperimen dengan menggunakan limbah makanan untuk membuat pakaian dan aksesoris.

(Baca juga: Perbaharui Ritual Kecantikan di Rumah Selama Pandemi Covid-19 )

Sebelumnya, Chipotle telah meluncurkan koleksi baru yang dibuat dari beberapa produk sampingan restoran seperti biji alpukat. Biji alpukat ini digunakan untuk membuat pewarna pada pakaian dan tas, masing-masing menggunakan sekitar lima biji alpukat untuk mengubah warnanya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1660 seconds (0.1#10.140)