Bisa Berikan Tekanan, Psikolog Sarankan PJJ Dilakukan secara Menyenangkan

Rabu, 21 Oktober 2020 - 04:31 WIB
loading...
Bisa Berikan Tekanan,...
Pembelajaran jarak jauh idealnya dilakukan secara menyenangkan dan kreatif. Foto Ilustrasi/Adobe Stock
A A A
JAKARTA - Meninggalnya siswa sekolah menengah atas (SMA) berinisial MI yang diduga bunuh diri dengan meminum racun rumput di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menjadi sorotan publik. Berdasarkan keterangan Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Jufri Natsir, korban diduga depresi karena banyaknya tugas pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari sekolah selama pandemi COVID-19.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengapresiasi gerak cepat kepolisian yang mengungkapkan motif korban melakukan bunuh diri. Jika benar karena mengalami PJJ, menurutnya, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh di Kabupaten Gowa.

( )

"KPAI mendorong peran sekolah dalam membantu anak-anak yang mengalami masalah mental atau psikologis akibat pandemi COVID-19 yang sudah mencapai tujuh bulan. Peran wali kelas dan guru bimbingan konseling menjadi sangat strategis dalam membantu anak-anak yang memiliki masalah psikologi, termasuk kesulitan dalam mengikuti PJJ,” papar Retno melalui siaran resminya.



Psikolog Kasandra Putranto mengatakan, PJJ idealnya dilakukan secara menyenangkan dan kreatif. Pasalnya, PJJ dapat memberikan tekanan kepada anak sehingga penting bagi orangtua dan guru menyiasati hal ini.

"Harus menyenangkan dan kreatif menjaga anak agar tidak bosan, tidak terkendala jaringan, dan tidak harus melulu di depan komputer," kata Kasandra saat dihubungi SINDOnews, Selasa (20/10).

"Pasti PJJ memberikan tekanan, yang harus disiasati oleh guru dan orangtua. Yang paling penting kondisi psikologis anak," sambungnya.

Oleh karena itu, lebih lanjut Kasandra menyarankan untuk para orangtua tetap terlibat penuh dalam proses PJJ anak selama pandemi COVID-19 seperti saat ini. KPAI juga menegaskan peran orangtua sangat besar dalam mencegah depresi pada anak.

( )

Adapun hal seperti pertengkaran dengan teman, perubahan suasana hati, mendapat nilai jelek, patah hati, hingga kurang perhatian bisa memengaruhi kondisi anak-anak, khususnya remaja. Namun, jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, hal itu bisa memicu depresi pada remaja.

"Orangtua terlibat penuh untuk memastikan anak mampu mengikuti pelajaran tanpa harus mendapatkan dampak tekanan," tutup Kasandra.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1688 seconds (0.1#10.140)