Adi Kurdi, Sosok Berdedikasi yang Tidak Punya Prasangka Buruk
loading...
A
A
A
Dunia seni peran dan film Tanah Air berduka setelah aktor yang dikenal sebagai Abah dalam sinetron Keluarga Cemara, Agustinus Adi Kurdi, meninggal dunia pada Jumat (8/5). Sutradara film Terima Kasih Abah Terima Kasih Emak (Teta) yang juga sahabat almarhum, Dedi Setiadi, mengaku begitu kehilangan orang yang dinilainya begitu berdedikasi pada dunia seni peran, teater dan pendidikan.
Sebelum Adi meninggal, Dedi sempat melakukan video call dengan almarhum pada Kamis (7/5) siang. Namun, saat itu, Abah—sapaan untuk Adi, hanya diam saja meski memberikan respons dari pembicaraan mereka. Tak disangka, itu adalah komunikasi terakhir Dedi dengan Adi. Sehari kemudian, Dedi mendapat kabar dari keluarga bahwa Adi Kurdi meninggal di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Jakarta Timur.
“Yang jelas, tadi malam jantung berhenti kemudian dikasih tindakan, dipindahkan ke ICU rumah sakit kemudian meninggal. Kalau tahu, awalnya itu menantunya yang menunggu. Sejak awal kita masih ragu karena pas video call kemarin siang, Abah nggak bisa bicara hanya gerakan mendengar merespons rencana malam menunggu kabar menantu kita mau video call lagi memberikan semangat untuk bekerja lagi dengan kita syuting Teta,” ujar Dedi Setiadi kepada dalam sambungan telepon dengan SINDOnews.com, Jumat (8/5).
Dedi menceritakan, Adi sangat semangat sekali dan excited mengikuti syuting film Teta. Selama syuting, dia sama sekali tidakmenunjukkan kalau dia sedang sakit. Dia bahkan menjalani syuting dengan gairah luar biasa. Adi begitu bersemangat dan perhatiannya terhadap jadwal syuting tidak menurun.
“Awalnya mau kita kasi prioritas untuk jadwal syuting, dia nggak mau, tapi minta seperti biasa saja takut terganggu. Dalam adegan syuting film itu Abah masih semangat bantu di tempat saya,” ujar Dedi.
Menurut sutradara kelahiran Sukabumi 26 Oktober 1952 ini, Abah itu sosok orang yang bersih hatinya. Dia nggak pernah punya prasangka buruk kepada orang lain. Menurut Adi, semua orang itu baik hati, bersih dan satu hal peduli dengan pendidikan misal ada orang kurang baik langsung diajarkan olehnya.
Dedi terakhir bertemu Adi saat syuting Teta. Dan, Adi pun tidak sempat menonton film tersebut. Film Teta awalnya dijadwalkan tayang pada April lalu. Namun, akibat wabah Covid-19, jadwal penayangannya pun mundur pada Juli mendatang.
“Abah punya keinginan kalau film ini berhasil buat lanjutannya. Dia sosok seniman yang punya spirit berkarya dan framing dari film ini tentang pendidikan dan kasih sayang keluarga. Intinya ingin membuat tayangan film yang mendidik dan inspirasi buat keluarga,” tutur dia.
Selain itu, dengan kepergian ini menjadikan film Teta yang rencananya akan tayang pada Juli (tergantung situasi) akan menjadi tribute untuk Adi Kurdi. Sosok ini begitu mendedikasikan hidupnya dan film ini menjadi representasi abah untuk film ini yang tentunya akan semakin dikenal harum oleh publik.
“Awalnya film ini tribute untuk Arswendo namun kita juga tirubute untuk abah Adi Kurdi juga. Beberapa tahun buat kenangan di Sukabumi, Abah itu beneran makan pake daun pisang dan Abah punya kebiasaan beli oleh-oleh dari Cimande makanan lepet yang daun kelapa di dalamnya ada ketan kacang merah. Ini makanan sudah harus dilestarikan,” papar Dedi.
Bagi sutradara yang telah berusia 71 tahun ini, sosok Adi Kurdi adalah seorang yang selalu berpikir bagaiamana mengembangkan ketokohan Abah. Sepanjang hidupnya, Adi banyak memberikan inspirasi baik bagi sutradara dan lawan main dalam memainkan peran dengan benar. Kemampuan aktingnya membuatnya punya metode pengajaran terater berbeda dari biasanya. Adi sempat mengenyam pendidikan aktng di Amerika dan satu angkatan dengan aktor kondang Al Pacino.
“Dia sosok aktor yang peduli dan perhatian sama semua pemain sutradara, crew dan lain. Berikan nasehat kepada semua orang terhadap karier, pendidikan dan profesi masing. Dia juga punya pendidikan sekolah teater dan akting dia Amerika bahkan dia satu lifting dengan Al Pacino yang dalam sekolah itu punya metode sendiri berharap dia masih ada untuk sekuel berikutnya dan stasiun televisi,” kata Dedi.
Sebagai informasi, Adi Kurdi meninggal di usia 71 tahun. Dia adalah aktor senior Indonesia yang mulai eksis di dunia hiburan sejak tahun 1980-an. Ia pernah bergabung dengan Bengkel Teater pimpinan dramawan kenamaan W. S. Rendra.
Kepiawaian Adi dalam dunia seni peran utamanya panggung teater sempat dipercaya oleh Rendra sebagai pemeran utama dalam pementasan teater Kisah Perjuangan Suku Naga yang terkenal. Namanya mulai melambung sejak berperan sebagai Abah di sineron Keluarga Cemara yang populer di tahun 1990-an. Selain itu, dia juga pernah terlibat di beberapa film layar lebar seperti 3 Hari Untuk Selamanya, Ratu Kosmopolitan, hingga Triangle the Dark Side.
Terakhir, Adi Kurdi membintangi film Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah. Ia kembali reuni dengan pemain sinetron Keluarga Cemara di film tersebut. Film itu seharusnya rilis pada 16 April lalu. Namun, hingga kini, belum ada kejelasan tentang kelanjutan film itu.
Adi Kurdi adalah sosok Abah dalam serial Keluarga Cemara yang terkenal di pertengahan 1990-an. Adi Kurdi lahir pada 22 September 1948 di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia pernah mendapat penghargaan Indonesian Movie Actors Award untuk Lifetime Achievement, Piala Maya untuk Aktor Pendukung Terpilih dan nominasi Piala Citra untuk pemeran pendukung pria terbaik dan Piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik.
Adi Kurdi memulai kariernya di dunia hiburan sejak 1980. Namanya mencuri perhatian di kalangan sineas Indonesia berkat kemampuannya tampil di berbagai pementasan teater. Salah satu pementasannya yang terkenal adalah Kisah Perjuangan Suku Naga. Rencananya jenazah Adi Kurdi akan dimakamkan di Bengkel Teater bersama almarhum WS Rendra.
Sebelum Adi meninggal, Dedi sempat melakukan video call dengan almarhum pada Kamis (7/5) siang. Namun, saat itu, Abah—sapaan untuk Adi, hanya diam saja meski memberikan respons dari pembicaraan mereka. Tak disangka, itu adalah komunikasi terakhir Dedi dengan Adi. Sehari kemudian, Dedi mendapat kabar dari keluarga bahwa Adi Kurdi meninggal di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Jakarta Timur.
“Yang jelas, tadi malam jantung berhenti kemudian dikasih tindakan, dipindahkan ke ICU rumah sakit kemudian meninggal. Kalau tahu, awalnya itu menantunya yang menunggu. Sejak awal kita masih ragu karena pas video call kemarin siang, Abah nggak bisa bicara hanya gerakan mendengar merespons rencana malam menunggu kabar menantu kita mau video call lagi memberikan semangat untuk bekerja lagi dengan kita syuting Teta,” ujar Dedi Setiadi kepada dalam sambungan telepon dengan SINDOnews.com, Jumat (8/5).
Dedi menceritakan, Adi sangat semangat sekali dan excited mengikuti syuting film Teta. Selama syuting, dia sama sekali tidakmenunjukkan kalau dia sedang sakit. Dia bahkan menjalani syuting dengan gairah luar biasa. Adi begitu bersemangat dan perhatiannya terhadap jadwal syuting tidak menurun.
“Awalnya mau kita kasi prioritas untuk jadwal syuting, dia nggak mau, tapi minta seperti biasa saja takut terganggu. Dalam adegan syuting film itu Abah masih semangat bantu di tempat saya,” ujar Dedi.
Menurut sutradara kelahiran Sukabumi 26 Oktober 1952 ini, Abah itu sosok orang yang bersih hatinya. Dia nggak pernah punya prasangka buruk kepada orang lain. Menurut Adi, semua orang itu baik hati, bersih dan satu hal peduli dengan pendidikan misal ada orang kurang baik langsung diajarkan olehnya.
Dedi terakhir bertemu Adi saat syuting Teta. Dan, Adi pun tidak sempat menonton film tersebut. Film Teta awalnya dijadwalkan tayang pada April lalu. Namun, akibat wabah Covid-19, jadwal penayangannya pun mundur pada Juli mendatang.
“Abah punya keinginan kalau film ini berhasil buat lanjutannya. Dia sosok seniman yang punya spirit berkarya dan framing dari film ini tentang pendidikan dan kasih sayang keluarga. Intinya ingin membuat tayangan film yang mendidik dan inspirasi buat keluarga,” tutur dia.
Selain itu, dengan kepergian ini menjadikan film Teta yang rencananya akan tayang pada Juli (tergantung situasi) akan menjadi tribute untuk Adi Kurdi. Sosok ini begitu mendedikasikan hidupnya dan film ini menjadi representasi abah untuk film ini yang tentunya akan semakin dikenal harum oleh publik.
“Awalnya film ini tribute untuk Arswendo namun kita juga tirubute untuk abah Adi Kurdi juga. Beberapa tahun buat kenangan di Sukabumi, Abah itu beneran makan pake daun pisang dan Abah punya kebiasaan beli oleh-oleh dari Cimande makanan lepet yang daun kelapa di dalamnya ada ketan kacang merah. Ini makanan sudah harus dilestarikan,” papar Dedi.
Bagi sutradara yang telah berusia 71 tahun ini, sosok Adi Kurdi adalah seorang yang selalu berpikir bagaiamana mengembangkan ketokohan Abah. Sepanjang hidupnya, Adi banyak memberikan inspirasi baik bagi sutradara dan lawan main dalam memainkan peran dengan benar. Kemampuan aktingnya membuatnya punya metode pengajaran terater berbeda dari biasanya. Adi sempat mengenyam pendidikan aktng di Amerika dan satu angkatan dengan aktor kondang Al Pacino.
“Dia sosok aktor yang peduli dan perhatian sama semua pemain sutradara, crew dan lain. Berikan nasehat kepada semua orang terhadap karier, pendidikan dan profesi masing. Dia juga punya pendidikan sekolah teater dan akting dia Amerika bahkan dia satu lifting dengan Al Pacino yang dalam sekolah itu punya metode sendiri berharap dia masih ada untuk sekuel berikutnya dan stasiun televisi,” kata Dedi.
Sebagai informasi, Adi Kurdi meninggal di usia 71 tahun. Dia adalah aktor senior Indonesia yang mulai eksis di dunia hiburan sejak tahun 1980-an. Ia pernah bergabung dengan Bengkel Teater pimpinan dramawan kenamaan W. S. Rendra.
Kepiawaian Adi dalam dunia seni peran utamanya panggung teater sempat dipercaya oleh Rendra sebagai pemeran utama dalam pementasan teater Kisah Perjuangan Suku Naga yang terkenal. Namanya mulai melambung sejak berperan sebagai Abah di sineron Keluarga Cemara yang populer di tahun 1990-an. Selain itu, dia juga pernah terlibat di beberapa film layar lebar seperti 3 Hari Untuk Selamanya, Ratu Kosmopolitan, hingga Triangle the Dark Side.
Terakhir, Adi Kurdi membintangi film Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah. Ia kembali reuni dengan pemain sinetron Keluarga Cemara di film tersebut. Film itu seharusnya rilis pada 16 April lalu. Namun, hingga kini, belum ada kejelasan tentang kelanjutan film itu.
Adi Kurdi adalah sosok Abah dalam serial Keluarga Cemara yang terkenal di pertengahan 1990-an. Adi Kurdi lahir pada 22 September 1948 di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia pernah mendapat penghargaan Indonesian Movie Actors Award untuk Lifetime Achievement, Piala Maya untuk Aktor Pendukung Terpilih dan nominasi Piala Citra untuk pemeran pendukung pria terbaik dan Piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik.
Adi Kurdi memulai kariernya di dunia hiburan sejak 1980. Namanya mencuri perhatian di kalangan sineas Indonesia berkat kemampuannya tampil di berbagai pementasan teater. Salah satu pementasannya yang terkenal adalah Kisah Perjuangan Suku Naga. Rencananya jenazah Adi Kurdi akan dimakamkan di Bengkel Teater bersama almarhum WS Rendra.
(alv)