CISDI Dorong Menkes Budi Gunadi Perkuat Layanan Kesehatan Primer dan 3T

Rabu, 23 Desember 2020 - 21:01 WIB
loading...
CISDI Dorong Menkes Budi Gunadi Perkuat Layanan Kesehatan Primer dan 3T
CISDI dorong Menkes Budi Gunadi Sadikin mereformasi layanan kesehatan primer serta terus menegakkan upaya tes, lacak kasus, pengobatan dan isolasi sebagai jalan keluar pandemi. / Foto: dok. KoranSINDO
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan penggantian enam menteri pada jajaran Kabinet Indonesia Maju, Selasa (22/12). Beberapa di antara menteri yang diganti adalah Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto. Presiden Jokowi mengangkat Budi Gunadi Sadikin , Wakil Menteri BUMN sekaligus Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk menggantikan Terawan sebagai Menteri Kesehatan.

(Baca juga: Studi: Berenang Dapat Bantu Cegah Penyakit Kardiovaskular )

Dalam diskusi Pakar Membangun Kembali Sektor Kesehatan Indonesia yang diselenggarakan Center for Indonesias Strategic Development Initiatives (CISDI) pada 18 CDesember 2020, Menkes Budi Gunadi Sadikin, yang kala itu masih menjadi Ketua Satgas PEN, mengakui bahwa kepemimpinan sektor kesehatan belum optimal.

"Sektor ekonomi bergerak cepat karena kami sudah mengalami tiga krisis ekonomi . Tetapi krisis ekonomi saat ini disebabkan oleh krisis kesehatan. Sehingga respons kebijakan yang diterapkan seharusnya berbeda dari respon kebijakan terhadap krisis ekonomi. Sektor kesehatan harus menjadi yang terdepan (dalam merespons pandemi ini), bukan orang ekonomi," kata Budi Gunadi Sadikin melalui peranyataan resminya, Rabu (23/12).

Sebagai Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional sejak 20 Juli 2020, Budi Gunadi Sadikin bersama Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, intens melakukan diplomasi multilateral terkait pengadaan vaksin Covid-19 . Alhasil, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjanjikan Indonesia sebagai negara penerima vaksin bagi 23% populasi. Per 6 Desember 2020, Indonesia sudah menerima kloter pertama vaksin yang diproduksi oleh PT. Sinovac BioTech sebanyak 1,2 juta dosis. Kloter kedua vaksin tersebut akan diterima sebanyak 1,8 juta dosis sementara 30 juta dosis akan dikirim dalam bentuk bahan baku curah di bulan Januari 2021.

Meskipun vaksin sudah masif digadang sebagai jalan keluar untuk menghentikan pandemi, umum diketahui bahwa vaksin tidak akan menjadi peluru perak dari segala kekacauan ini. Untuk itu, CISDI mendorong Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk melakukan reformasi layanan kesehatan primer serta terus menegakkan upaya tes, lacak kasus, pengobatan dan isolasi sebagai jalan keluar pandemi.

"Kami sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin bahwa sektor kesehatan harus menjadi yang terdepan dalam penanganan pandemi dan Menteri Kesehatan harus bisa mengambil alih kepemimpinan secara nasional. Dalam kacamata kami, perlu ada reformasi sistem kesehatan termasuk penguatan layanan kesehatan primer untuk mendorong tidak hanya kesiapan faskes dan distribusi vaksin, tetapi juga menegakkan surveilans, 3T (test, trace, treatment), serta upaya promotif dan pencegahan di tingkat komunitas dan individual," ujar Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda.

Adapun yang tidak kalah penting, menurut Olivia adalah kesiapan logistik dan penerimaan masyarakat terhadap vaksin juga harus diharap secara serius. Upaya ini membutuhkan intervensi sistemik yang perlu disiapkan dengan cepat. CISDI berharap Menkes dapat melihat perspektif kesiapan sistem sebagai upaya integral dalam menyelesaikan permasalahan pandemi. Artinya, transformasi puskesmas dan perspektif kesehatan masyarakat perlu segera diperkuat.

"Selain itu, kami juga meminta Menkes menetapkan indikator yang jelas sesegera mungkin khususnya terkait penurunan jumlah orang sakit dan orang tertular. Indikator ini nantinya akan melindungi tenaga kesehatan dan mampu mengurangi beban kesehatan," ungkap Olivia.

Kesiapan vaksinasi juga berarti harus mempertimbangkan kesiapan layanan kesehatan Indonesia, baik publik maupun swasta. Maka, integrasi layanan dan reformasi sistem kesehatan secara jangka panjang juga perlu segera dilakukan. Dengan fragmentasi layanan yang terjadi sekarang, Indonesia akan kesulitan melakukan penanganan Covid-19 secara optimal, termasuk melakukan proses vaksinasi.

(Baca juga: Resep Arsik Ikan Mas, Sajian Istimewa Natal Khas Batak )

Publik menaruh harapan sangat besar pada perbaikan penanganan Covid-19 di Indonesia. CISDI setuju bahwa yang dibutuhkan sekarang adalah orang dengan pemahaman kesehatan masyarakat dan kemampuan manajerial yang baik tanpa memedulikan latar belakang pendidikan.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0868 seconds (0.1#10.140)