Studi: Virus Corona Jenis Baru dari Inggris Lebih Mudah Ditularkan, Waspadalah!

Jum'at, 25 Desember 2020 - 21:03 WIB
loading...
Studi: Virus Corona...
Di akhir 2020, dunia kembali digemparkan varian baru covid-19. Jika sebelumnya virus corona muncul di China akhir 2019, kali ini di Inggris dan telah menyebar. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Di akhir 2020, dunia kembali digemparkan dengan varian baru covid-19 . Jika sebelumnya virus corona muncul di China akhir 2019, kali ini melanda Inggris dan Afrika. Bahkan, penyebarannya semakin meluas.

Jumlah kasus COVID-19 di Inggris menjadi yang tertinggi saat ini, yakni hampir 40.000 pada Rabu dan Minggu lalu, diperkirakan 2% dari populasi masyarakat dinyatakan positif terjangkit COVID-19. (Baca juga: Hati Hati, Strain Baru Covid 19 di Afrika Selatan Lebih Berbahaya )

Ilmuwan Inggris menjelaskan bahwa lonjakan itu karena terdapat varian virus corona yang mengandung 17 mutasi, tampak lebih mudah ditularkan dan lebih sulit dikendalikan dalam hal penyebaran.

"Mengingat semua bukti biologis dan epidemiologis yang telah dikumpulkan dalam beberapa minggu terakhir, saya pikir gambaran tersebut semakin konsisten dengan sesuatu yang cukup serius," kata pemodel matematika Nick Davies, yang memimpin penelitian seperti dikutip NPR, Jumat (25/12/2020).

Davies adalah bagian dari sekelompok ilmuwan di Inggris, yang disebut SPI-M, yang tugasnya menggunakan model matematika untuk memprediksi bagaimana penyakit akan menyebar untuk memandu keputusan pembuat kebijakan.

Minggu lalu, ketika pejabat kesehatan mengumumkan kemunculan varian baru ini, Davies skeptis bahwa hal itu bertanggung jawab atas lonjakan di Inggris. Meski semua virus bermutasi, namun hal tersebut tidak membuat virus menjadi lebih berbahaya.

Tetapi beberapa hari kemudian, Davies melihat presentasi berita dari Afrika Selatan, dan keraguannya menguap. COVID-19 juga melonjak di sana. Pada saat yang sama, para ilmuwan di sana telah mendeteksi varian baru, yang secara mengejutkan memiliki kemiripan dengan varian Inggris. Kedua versi tersebut mengandung mutasi yang disebut N501Y.

Mutasi ini telah muncul pada varian sebelumnya dan telah diketahui meningkatkan seberapa erat ikatan virus pada sel manusia. Maka Davies pun mulai melakukan penelitian. Dia memasukkan data pada varian Inggris yang baru ke dalam model komputer. Dia ingin tahu mengapa varian baru itu menyebar begitu cepat. Dia menguji empat hipotesis utama. (Baca juga: Waspada! Virus Corona Baru dari Inggris Telah Terdeteksi di Singapura )

- Menulari orang yang sudah terjangkit COVID-19?
- Lebih mudah menulari anak?
- Menyebar lebih cepat dari versi sebelumnya?
- Lebih mudah ditularkan? (Artinya, ketika orang-orang tertular varian baru, apakah mereka cenderung menyebarkannya ke lebih banyak orang daripada ketika mereka terinfeksi dengan versi lain?)

"Peningkatan transmisibilitas adalah cara termudah bagi kami untuk menjelaskan apa yang kami lihat," terang Davies.

Secara khusus, penelitian tersebut menunjukkan bahwa varian baru ini sekitar 50% lebih mudah ditularkan daripada versi SARS-CoV-2 sebelumnya, virus penyebab COVID-19.

Namun, data belum bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa faktor lain berkontribusi pada dominasi varian baru di Inggris. Selain itu, tidak ada bukti bahwa varian tersebut menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada versi sebelumnya.

Studi sebelumnya, dengan varian lain, menunjukkan varian Inggris dapat menginfeksi sel manusia dengan lebih mudah. Dan itu mungkin menghasilkan lebih banyak salinan dirinya sendiri di dalam diri seseorang.

"Saat Anda mengusap orang yang terinfeksi virus corona, orang yang terinfeksi varian baru ini cenderung memiliki lebih banyak salinan virus di usap," kata Davies, yang juga bagian dari London School of Hygiene & Tropical Medicine.

Apapun alasan yang mendasarinya, pembuat kebijakan harus menanggapi varian baru ini dengan sangat serius, kata ahli epidemiologi Bill Hanage dari Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan. Jika memang 50% lebih menular, akan sulit menghentikan penyebarannya. (Baca juga: Merasakan Gejala COVID-19 Saat Berlibur? Jangan Panik, Ini yang Harus Dilakukan! )

"Mengingat asumsi dalam model mereka, sangat sulit untuk menghindari situasi seperti yang terjadi musim semi lalu, dalam hal kapasitas dan lonjakan tempat tidur rumah sakit, tanpa tingkat vaksinasi yang sangat tinggi," kata Hanage.

Konon, Hanage mengatakan tidak ada alasan bagi orang untuk panik atau takut. "Ini bukan virus ajaib," kata Hanage. Pesan itu juga ditulis pakar virus Ian Mackay di University of Queensland di Twitter.

Studi tersebut sangat menyarankan bahwa orang harus lebih rajin melakukan tindakan pencegahan: menghindari pertemuan besar, memakai masker, menjaga jarak fisik dan mencuci tangan. "Vaksin harus dikeluarkan dengan kecepatan yang sangat, sangat tinggi," beber Hanage.

Para ilmuwan yakin vaksin akan tetap efektif dengan varian baru ini. Hanage mengatakan bahwa semakin cepat masyarakat mendapatkan vaksin, semakin aman seluruh komunitas.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1415 seconds (0.1#10.140)