Menelisik Gampong Puuk, Pusat Perajin Cobek Gerabah di Kabupaten Pidie

Jum'at, 01 Januari 2021 - 17:12 WIB
loading...
Menelisik Gampong Puuk, Pusat Perajin Cobek Gerabah di Kabupaten Pidie
Warga Gampong Puuk, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh, memproduksi gerabah. Foto/iNews TV/Jamal Pangwa
A A A
PIDIE - Ada keunikan di salah satu desa di Kabupaten Pidie, Aceh. Warga satu desa tersebut, setiap harinya selalu disibukkan dengan produksi cobek dan gerabah berbahan tanah liat.

(Baca juga: SRC dan Smesco Dorong UMKM Nasional Kuasai Digitalisasi )

Pusat pembuatan cobek dan gerabah ini, ada di Gampong Puuk, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh. Meski harus menghadapi tantangan modernitas, namun warga di desa tersebut tetap memproduksi peralatan dapur berbahan tanah liat.

Proses pembuatan cobek gerabah ini banyak ditekuni kaum perempuan. Mereka harus mengumpulkan tanah liat terlebih dahulu dari pegunungan di dekat Gampong Puuk, lalu mengangkutnya ke rumah untuk diolah menjadi cobek gerabah .

Tanah liat terlebih dahulu diinjak-injak dengan kaki, dan dicampur pasir. Setelah siap, tanah liat tersebut diolah menjadi cobek gerabah secara manual. Mereka memproduksi cobek gerabah secara turun-temurun.

(Baca juga: 98 Hari Mengarungi Samudera Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19, KRI Bima Suci Pulang )

Marlina, salah satu pelaku perajin gerabah di Gampong Puuk, menyebutkan bahwa dirinya setiap hari bisa mengolah tanah liat secara manual untuk menjadi 100 buah cobek gerabah . "Membuat cobek gerabah , sudah dilakukan secara turun-temurun. Usaha ini masih kami lakukan dan lestarikan untuk memenuhi ekonomi keluarga," ungkapnya.

Hasil produksinya itu diambil langsung oleh agen-agen setiap dua minggu sekali. Marlina mengaku, biasanya agen akan mengambil 200-300 biji cobek gerabah untuk dipasarkan ke pasar-pasar tradisional. Harganya bervariasi Rp3.000-10.000/biji.



Selama pandemi COVID-19, Marlina mengaku permintaan cobek gerabah menurun drastis. "Kalau biasanya permintaannya bisa 200-300 biji, kini sekali ambil hanya 70-100 biji. Akibat pandemi COVID-19, permintaan menurun," tuturnya.

Pembuatan cobek gerabah ini, diakui Marlina kini terancam punah, karena tidak ada lagi generasi muda yang mau membuat benda-benda tradisional tersebut. Apalagi sekarang generasi muda lebih memilih untuk mengunakan panci modern.

(Baca juga: Bertahun-tahun Terdampak Lumpur Lapindo, 3 Desa di Sidoarjo Dilebur )

Dia berharap, pemerintah daerah juga memperhatikan nasib para perajin cobek gerabah . Di antaranya pemberian bantuan modal usaha, sehingga usaha tradisional para keluarga di Gampong Puuk tersebut tetap bisa bertahan.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2350 seconds (0.1#10.140)