Senyawa Baru Antikanker dan Antimalaria Ditemukan, Ternyata dari Tumbuhan di Indonesia Timur

Senin, 04 Januari 2021 - 10:40 WIB
loading...
Senyawa Baru Antikanker dan Antimalaria Ditemukan, Ternyata dari Tumbuhan di Indonesia Timur
Guru Besar Universitas Airlangga Prof. Tjitjik Srie Tjahjandarie, Dra., Ph.D melakukan penelitian selama 7 tahun dan menemukan senyawa baru antikanker dan antimalaria pada tumbuhan di Indonesia Timur. Foto/Ist
A A A
SURABAYA - Senyawa baru antikanker dan antimalaria akhirnya ditemukan. Penemuan ini bisa memberikan harapan besar pada upaya penanganan kanker dan malaria.

Penemuan senyawa itu diperoleh Guru Besar Universitas Airlangga Prof. Tjitjik Srie Tjahjandarie, Dra., Ph.D pada tumbuhan yang berada di kawasan Indonesia Timur.

Guru besar bidang Kimia Organik, Fakultas Sains dan Teknologi Unair ini menuturkan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas terbesar di dunia, salah satu di antaranya adalah tumbuhan. Bahkan, Indonesia Timur merupakan wilayah yang kaya sumber tanaman endemik.

“Tanaman endemik Indonesia Timur dipengaruhi oleh benua Australia atau disebut sebagai flora Australis. Keragaman senyawa metabolit sekunder dari flora Australis, terutama jenis suku Calophyllaceae, Rutacea, dan Fabaceae sampai saat ini belum pernah dikembangkan dan dilaporkan oleh peneliti,” kata Prof Tjitjik, Senin (4/1/2021).

Ia melanjutkan, selama tujuh tahun terakhir, dirinya dan tim melakukan penelitian yang fokus untuk mengungkap keragaman senyawa kimia jenis tumbuhan berhabitus pohon dari Indonesia Timur.
Pemetaan keragaman metabolit sekunder flora Australis Indonesia Timur, diharapkan dapat melindungi plasma nutfah tumbuhan Indonesia dan menemukan chemical marker untuk tumbuhan obat Indonesia terutama dari suku Calophyllaceae, Rutacea, dan Fabaceae.

Bahkan, katanya, pengembangan penelitian telah menghasilkan ratusan senyawa metabolit sekunder dengan puluhan senyawa baru yang memiliki efek fisiologis yang sangat tinggi dalam menghambat pertumbuhan sel kanker (antikanker) dan Plasmodium falciparum (antimalaria).

“Hasil penelitian pada tumbuhan Calophyllum yang merupakan famili dari Calophyllaceae menghasilkan enam senyawa baru dari spesies C. tetrapterum dan C. peekeli. Calotetrapterin A-C dari spesies C. tetrapterum yang dihasilkan memperlihatkan nilai penghambatan yang sangat kuat dalam menekan pertumbuhan sel kanker darah (P-388) dan Calopeekeli A-C dari C. peekeli merupakan senyawa baru golongan asam kromanoat yang sangat aktif sebagai antimalaria,” ujar Alumnus Univesity of Western Australia tersebut.

Genus Melicope, lanjutnya, merupakan bagian dari famili Rutaceae, yang mengandung senyawa golongan alkaloid, kumarin, flavonoid, asilfloroglusinol, asam sinamat dan hibrid alkaloid (gabungan dua senyawa).

Penelitian terhadap Melicope menghasilkan lima senyawa baru dari beberapa spesies Melicope yang sangat aktif sebagai antimalaria dan antikanker (kanker rahim).

(Baca juga: Gawat, Kematian Akibat COVID-19 di Jatim Terus Naik, Kini Jadi 6,96%)

“Melimolucanin A aktif sebagai antimalaria, dan emapat senyawa baru Meliglabrin, Meliquersifolin B, Melikodenin F, Melikodenin J menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap sel kanker rahim,” ucapnya.

(Baca juga: Warga Banyuwangi Gempar, Ada Penampakan 'Jokowi' di Kebun Buah Naga)

Selanjutnya, Flemingia merupakan salah satu jenis tumbuhan berbunga yang termasuk dalam famili Fabaceae, spesies F. macrophylla menghasilkan senyawa turunan flavonoid yaitu calkon tergeranilasi yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan sekaligus aktif dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara pada tahapan metastasis hingga apoptosis sel kanker.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0909 seconds (0.1#10.140)