Teknologi HD Grid 3D Mapping System Jadi Paradigma Baru untuk Aritmia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat sejumlah orang yang mengalami irama jantung yang tidak normal. Detak jantungnya dapat terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Kondisi ketika detak jantung tidak berdenyut dengan normal inilah yang dinamakan aritmia.
(Baca juga: Yuk, Perhatikan Perbedaan Rapid Test Antibody, Antigen dan Swab PCR )
Aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes , kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner. Pada beberapa kasus penyebabnya belum diketahui, Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau konsumsi kafein secara berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA.
Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik. Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke , bahkan kematian jantung mendadak.
"Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Sayangnya, efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat," ucap dokter jantung dan pembuluh darah konsultan electrophysiologist/interventional cardiologist dari Heartology Brawijaya Hospital, dr Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K), dalam Konferensi Pers Virtual, Sabtu (9/1).
Selain itu, obat-obatan anti aritmia juga sering memiliki efek yang tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya.
"Pada beberapa dekade terakhir, banyak pasien yang menderita aritmia lebih memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat. Tindakan ini merupakan tindakan intervensi nonbedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang," papar dr Sunu.
Dia mengungkapkan, belum lama ini, Heartology Cardiovascular Center melakukan tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system pada seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun.
Teknologi HD Grid 3D Mapping System diyakini memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, termasuk FA. Paradigma lama menggunakan kateter bipolar, sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar.
"Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi," terang dr Sunu.
(Baca juga: Tangani Segala Masalah Kecantikan dengan Edukasi yang Baik )
Hal ini dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ini mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10% setahun pascatindakan artinya 5-6x lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama. Hal lain yang juga penting adalah waktu tindakan yang bisa lebih cepat.
(Baca juga: Yuk, Perhatikan Perbedaan Rapid Test Antibody, Antigen dan Swab PCR )
Aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes , kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner. Pada beberapa kasus penyebabnya belum diketahui, Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau konsumsi kafein secara berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA.
Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik. Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke , bahkan kematian jantung mendadak.
"Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Sayangnya, efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat," ucap dokter jantung dan pembuluh darah konsultan electrophysiologist/interventional cardiologist dari Heartology Brawijaya Hospital, dr Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K), dalam Konferensi Pers Virtual, Sabtu (9/1).
Selain itu, obat-obatan anti aritmia juga sering memiliki efek yang tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya.
"Pada beberapa dekade terakhir, banyak pasien yang menderita aritmia lebih memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat. Tindakan ini merupakan tindakan intervensi nonbedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang," papar dr Sunu.
Dia mengungkapkan, belum lama ini, Heartology Cardiovascular Center melakukan tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system pada seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun.
Teknologi HD Grid 3D Mapping System diyakini memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, termasuk FA. Paradigma lama menggunakan kateter bipolar, sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar.
"Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi," terang dr Sunu.
(Baca juga: Tangani Segala Masalah Kecantikan dengan Edukasi yang Baik )
Hal ini dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ini mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10% setahun pascatindakan artinya 5-6x lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama. Hal lain yang juga penting adalah waktu tindakan yang bisa lebih cepat.
(nug)