Suntikan Protein, Ilmuwan Jerman Membuat Tikus Lumpuh Kembali Berjalan

Jum'at, 22 Januari 2021 - 14:29 WIB
loading...
Suntikan Protein, Ilmuwan Jerman Membuat Tikus Lumpuh Kembali Berjalan
Peneliti Jerman berhasil memulihkan seekor tikus yang lumpuh akibat mengalami cedera tulang belakang. Foto/Reuters
A A A
BERLIN - Peneliti Jerman berhasil memulihkan seekor tikus yang lumpuh akibat cedera tulang belakang. Ini langkah baik bagi dunia kedokteran karena sebelumnya membangun kembali hubungan saraf pada mamalia dianggap tidak memungkinkan.

Kasus lumpuh yang disebabkan cedera saraf tulang belakang kerap dialami manusia. Biasanya dipicu dari olah raga hingga kecelakaan lalu lintas. Kelumpuhan terjadi karena tidak semua serabut saraf yang membawa informasi antara otot dan otak tidak dapat tumbuh kembali. (Baca: Arkeolog Gali Fosil Dinosaurus Raksasa Berusia 98 Juta Tahun di Argentina)

Kini para peneliti dari Ruhr University Bochum berhasil merangsang sel saraf tikus yang lumpuh untuk meregenerasi menggunakan protein perancang. "Hal khusus tentang penelitian kami adalah bahwa protein tidak hanya digunakan untuk merangsang sel-sel saraf yang memproduksinya sendiri, tetapi juga dibawa lebih jauh (melalui otak)," kata kepala tim Dietmar Fischer kepada Reuters.

Dengan cara ini intervensi yang relatif kecil, para peneliti menstimulasi sejumlah besar saraf untuk beregenerasi. "Pada akhirnya itulah alasan mengapa tikus bisa berjalan lagi," katanya.

Hewan pengerat yang sebelumnya lumpuh, akhirnya bisa berjalan setelah dua hingga tiga minggu mendapatkan pengobatan ini. Perawatan tersebut melibatkan penyuntikan pembawa informasi genetik ke otak untuk menghasilkan protein, yang disebut hyper-interleukin-6, menurut situs web universitas. (Baca juga: Ilmuwan Teliti Mata Uang Primitif Orang Eropa Zaman Perunggu)

Para ilmuwan sedang meneliti apakah pengobatan ini dapat ditingkatkan untuk mamalia yang lebih besar atau primata. “Jika berhasil untuk mamalia yang lebih besar, kami harus memastikan bahwa terapinya juga aman untuk manusia. Tapi itu pasti akan memakan waktu bertahun-tahun," katanya.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1882 seconds (0.1#10.140)