Stereotip Feminis Galak, Mengapa Bisa Ada?
loading...

Para feminis perempuan kerap mendapat streotip galak karena sering mengkritik dan berbicara pedas, terutama di media sosial. Foto/Gabriel Bouys, AFP, Getty Images
A
A
A
JAKARTA - Perempuan merupakan sosok yang digambarkan lemah lembut, emosional dan sensitif, hingga dianggap menjadi pihak yang tidak berdaya.
Perempuan juga punya stereotip untuk tetap tinggal di rumah menjadi ibu rumah tangga dan fokus mendidik anak, serta tidak perlu mendapatkan jenjang pendidikan yang tinggi.
Dari sinilah muncul para perempuan (juga laki-laki) yang aktif bersuara dan bergerak untuk mendorong hak perempuan mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki, yang sering disebut masyarakat sebagai feminis.
Sayangnya, belakangan kaum feminis malah diberi stereotip sebagai perempuan-perempuan galak yang sering ‘berisik’ memprotes ketimpangan yang dialami perempuan di tengah masyarakat.
![Stereotip Feminis Galak, Mengapa Bisa Ada?]()
Foto: Reuters
“Terutama di media sosial, contohnya seperti pada candaan atau humor seksis yang dianggap wajar bagi masyarakat dan selalu terulang, tapi sebenarnya candaan itu tidak baik. Hal itu yang membuat kaum feminis kesal dan melontarkan kalimat pedas kepada lawan bicaranya,” ujar Mutiara Annisa, salah satu anggota Gerakan Perempuan Universitas Negeri Jakarta.
Menurutnya, kesalahpahaman tersebut dapat dihindari oleh kaum feminis dengan memberikan komentar yang lebih sopan di media sosial.
Di sisi lain, masyarakat awam juga sebaiknya memahami hal yang menjadi perhatian bagi feminis.
Baca Juga: Sering Disangka dari Luar Negeri, Webtoon ini Asli Karya Penulis Indonesia
Ketika ada topik yang sedang hangat diperbincangkan, tak ada salahnya jika memahami terlebih dahulu isu sebelum berkomentar.
Perempuan juga punya stereotip untuk tetap tinggal di rumah menjadi ibu rumah tangga dan fokus mendidik anak, serta tidak perlu mendapatkan jenjang pendidikan yang tinggi.
Dari sinilah muncul para perempuan (juga laki-laki) yang aktif bersuara dan bergerak untuk mendorong hak perempuan mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki, yang sering disebut masyarakat sebagai feminis.
Sayangnya, belakangan kaum feminis malah diberi stereotip sebagai perempuan-perempuan galak yang sering ‘berisik’ memprotes ketimpangan yang dialami perempuan di tengah masyarakat.

Foto: Reuters
“Terutama di media sosial, contohnya seperti pada candaan atau humor seksis yang dianggap wajar bagi masyarakat dan selalu terulang, tapi sebenarnya candaan itu tidak baik. Hal itu yang membuat kaum feminis kesal dan melontarkan kalimat pedas kepada lawan bicaranya,” ujar Mutiara Annisa, salah satu anggota Gerakan Perempuan Universitas Negeri Jakarta.
Menurutnya, kesalahpahaman tersebut dapat dihindari oleh kaum feminis dengan memberikan komentar yang lebih sopan di media sosial.
Di sisi lain, masyarakat awam juga sebaiknya memahami hal yang menjadi perhatian bagi feminis.
Baca Juga: Sering Disangka dari Luar Negeri, Webtoon ini Asli Karya Penulis Indonesia
Ketika ada topik yang sedang hangat diperbincangkan, tak ada salahnya jika memahami terlebih dahulu isu sebelum berkomentar.
Lihat Juga :