Puasa dan Kesalehan Kolektif

Selasa, 11 Mei 2021 - 06:35 WIB
loading...
Puasa dan Kesalehan Kolektif
Ahmad Syaikhu (Foto: Istimewa)
A A A
H Ahmad Syaikhu
Presiden Partai Keadilan Sejahtera

HANYA dalam hitungan hari kita akan berpisah dengan bulan suci Ramadan 1422 H. Momen sepuluh hari terakhir memiliki keutamaan yang sangat besar untuk mengoptimalkan ibadah kita kepada Allah SWT. Ini saat di mana doa tidak berjarak di hadapan Allah SWT. Jangan sampai momen ini terlewatkan begitu saja karena belum tentu kita bisa bertemu dengan Ramadan berikutnya. Mari memohon ampunan sekaligus petunjuk untuk keselamatan diri, keluarga, bangsa, dan negara yang kita cintai ini.

Ramadan kali ini merupakan tahun kedua ibadah puasa di tengah suasana pandemi Covid-19. Covid-19 telah menyebabkan banyak aktivitas kehidupan terganggu karena keterbatasan mobilitas yang kita lakukan. Allah SWT menjadikan Covid-19 sebagai ujian sekaligus peringatan bagi umat manusia agar manusia memperbaiki diri dan kehidupan secara kolektif, berbangsa, dan bernegara, bahkan dunia.

Pandemi Covid-19 awalnya merupakan masalah kesehatan. Dalam waktu singkat memiliki efek domino yang sangat cepat, menjalar menjadi masalah ekonomi, sosial, dan politik yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia. Bahkan memasuki tahun kedua penyebarannya, Covid-19 telah menjadi game changer bagi perjalanan bangsa-bangsa ke depan; apakah akan keluar menjadi bangsa pemenang atau sebaliknya, akan semakin terpuruk.

Pemberian vaksin kepada seluruh masyarakat menjadi harapan yang besar untuk bisa mengendalikan penyebaran Covid-19. Tetapi, memasuki Ramadan tahun ini, penyebaran Covid-19 masih terus berlangsung, seolah-olah memberikan pesan yang kuat kepada kita, sebenarnya episentrum permasalahan yang kita hadapi saat ini ada pada diri kita sebagai manusia. Jadi, vaksin hanya sebagai sebuah instrumen untuk memberikan daya tahan bagi tubuh kita dalam menghadapi Covid-19. Tetapi, lebih dari itu, memperbaiki kualitas kemanusiaan kita jauh lebih penting, menjadi solusi permanen untuk keselamatan umat manusia di muka bumi ini.

Persoalan kebangsaan yang kita hadapi saat ini tidak bisa diselesaikan dengan membuat aturan dan sistem semata, tetapi pada saat yang sama juga harus diiringi dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang berada di belakangnya, baik secara moral maupun perilaku. Keteladanan para pemimpin akan menjadi contoh yang sangat efektif untuk mengubah kondisi bangsa hari ini. Puasa bisa menjadi sarana untuk membentuk pribadi-pribadi pemimpin yang soleh untuk menjadi suri tauladan bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Puasa Mencetak Kesalehan
Tujuan puasa adalah untuk membentuk ketakwaan (2/183). Beberapa karakter takwa yang disebutkan dalam Alquran (3/134-135) antara lain senang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang, ingat Allah, dan memohon ampunan-Nya.

Karakter seperti ini sangat diperlukan dalam situasi sulit menghadapi Covid-19. Kepedulian orang yang bertakwa akan mendorong gerakan berinfak. Menahan amarah akan meredam konflik, memaafkan orang akan menghadirkan kedamaian. Interaksi kemanusiaan (humanisme) akan semakin kuat sebagai perwujudan hablum minannas. Ditambah lagi, seringnya mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya akan mendekatkan seseorang kepada Sang Khaliq (hablum minallah).

Kesalehan Multidimensi
Dalam membangun sebuah bangsa, tidak cukup hanya dengan kesalehan pribadi saja, tetapi juga diperlukan kesalehan secara kolektif dalam masyarakat.

Ramadan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kesalehan individu. Jika dalam masyarakat banyak terdapat kesalehan pribadi, maka akan terbentuklah kesalehan kolektif, yang akan bertransformasi menjadi kesalehan multidimensi, baik secara pribadi maupun kolektif. Kesalehan secara kolektif inilah yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi bangsa dan negara yang sedang terpuruk, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5019 seconds (0.1#10.140)