Sinopsis 'Move to Heaven', Drama Korea Terbaru dan Fakta-Fakta Menariknya
loading...
A
A
A
Ada banyak stereotip negatif tentang pekerjaan ini, dan ini juga digambarkan dalam "Move to Heaven". Padahal, pekerjaan ini sangatlah mulia, karena berusaha menghormati seseorang yang sudah meninggal, dan berusaha 'mengantarkan' mereka ke tempat baru dengan damai.
Penulis skenario Yoon Ji-ryeon menulis cerita drama ini berdasarkan kumpulan esai berjudul "Tteonan Hu-e Namgyeojin Geotdeul" ("Things Left Behind") yang ditulis Kim Sae-byul, CEO dari bisnis trauma cleaner. Saat itu, penulis perempuan ini sedang mencari buku tentang kematian dan rasa duka.
Ji-ryeon lalu melakukan riset tentang pekerjaan ini hingga ke Amerika Serikat dan Jepang, termasuk ikut serta saat para trauma cleaner bekerja di lokasi. Dia juga banyak dibantu oleh Kim Sae-byul.
Ji-ryeon yang juga menulis drama "Boys Before Flowers" ini mengatakan bahwa tujuannya membuat cerita drama ini adalah agar orang-orang yang sudah meninggal punya orang yang menghargai dan menjaga barang-barang milik mendiang. Juga untuk menegaskan bahwa mereka yang sudah meninggal sudah melakukan yang terbaik dan kini saatnya mereka melepas semua kesedihan dan beban selama tinggal di dunia.
Sutradara Kim Sung-ho menambahkan bahwa untuk keperluan riset, dia datang ke pameran bisnis trauma cleaner dan melihat banyak video terkait profesi trauma cleanser.
Baca Juga: Daftar Tayangan Korea di Netflix untuk 2021, Ada Sitkom yang Dibintangi Para Idol
4. KISAH ORANG-ORANG YANG TERPINGGIRKAN
Foto: Netflix
Selain menyajikan dinamika hubungan Geu-ru dan Sang-gu, tiap episode "Move to Heaven" juga akan menceritakan sosok yang berbeda-beda, yaitu kisah mereka yang baru saja meninggal. Yang menarik, ada benang merah antara mereka, yaitu sosok-sosok yang terpinggirkan, minoritas, atau yang dianggap sebelah mata.
Ada sosok buruh yang diperlakukan tidak adil oleh perusahaannya, ada nenek renta yang dibiarkan tinggal sendiri oleh keluarganya dan jarang dijenguk, ada perempuan korban kekerasan dalam pacaran (KDP), hingga anak adopsi terlantar yang bingung dengan identitasnya. Hampir semuanya hidup sendiri, yang sekaligus menggambarkan fenomena sosial kehidupan perkotaan yang masyarakatnya individualistis.
Penulis skenario Yoon Ji-ryeon menulis cerita drama ini berdasarkan kumpulan esai berjudul "Tteonan Hu-e Namgyeojin Geotdeul" ("Things Left Behind") yang ditulis Kim Sae-byul, CEO dari bisnis trauma cleaner. Saat itu, penulis perempuan ini sedang mencari buku tentang kematian dan rasa duka.
Ji-ryeon lalu melakukan riset tentang pekerjaan ini hingga ke Amerika Serikat dan Jepang, termasuk ikut serta saat para trauma cleaner bekerja di lokasi. Dia juga banyak dibantu oleh Kim Sae-byul.
Ji-ryeon yang juga menulis drama "Boys Before Flowers" ini mengatakan bahwa tujuannya membuat cerita drama ini adalah agar orang-orang yang sudah meninggal punya orang yang menghargai dan menjaga barang-barang milik mendiang. Juga untuk menegaskan bahwa mereka yang sudah meninggal sudah melakukan yang terbaik dan kini saatnya mereka melepas semua kesedihan dan beban selama tinggal di dunia.
Sutradara Kim Sung-ho menambahkan bahwa untuk keperluan riset, dia datang ke pameran bisnis trauma cleaner dan melihat banyak video terkait profesi trauma cleanser.
Baca Juga: Daftar Tayangan Korea di Netflix untuk 2021, Ada Sitkom yang Dibintangi Para Idol
4. KISAH ORANG-ORANG YANG TERPINGGIRKAN

Foto: Netflix
Selain menyajikan dinamika hubungan Geu-ru dan Sang-gu, tiap episode "Move to Heaven" juga akan menceritakan sosok yang berbeda-beda, yaitu kisah mereka yang baru saja meninggal. Yang menarik, ada benang merah antara mereka, yaitu sosok-sosok yang terpinggirkan, minoritas, atau yang dianggap sebelah mata.
Ada sosok buruh yang diperlakukan tidak adil oleh perusahaannya, ada nenek renta yang dibiarkan tinggal sendiri oleh keluarganya dan jarang dijenguk, ada perempuan korban kekerasan dalam pacaran (KDP), hingga anak adopsi terlantar yang bingung dengan identitasnya. Hampir semuanya hidup sendiri, yang sekaligus menggambarkan fenomena sosial kehidupan perkotaan yang masyarakatnya individualistis.
Lihat Juga :